Share

Bintang

last update Last Updated: 2023-07-12 08:51:18

‘Saat kulangkahkan kaki keluar dari tempat yang selalu membuatku nyaman. Aku enggan mendongakkan kepalaku, tak ingin menengadahkan wajahku. Bahkan tak ingin melihat betapa cerahnya hari itu. Bukan, bukan ‘ku tak ingin melihat indahnya dunia, tapi aku sedang lari dari kenyataan jika telah mematahkan hati pemuda yang aku cintai. Hingga aku tidak mampu menatap langit, yang mampu mengingatkan kepadanya. Aku adalah sebuah bintang yang durhaka pada langit karena tidak mau menemaninya dan menatapnya.’

“Bu Bintang.”

Seorang staff tampak berjalan cepat untuk menyusul seorang gadis yang sudah sampai di depan lobi.

Gadis berambut panjang sebahu itu menoleh. Bintang adalah seorang direktur pemasaran di perusahaan sang ayah. Dia berhenti melangkah dan menunggu staffnya menyusul dirinya.

“Payung Anda, Bu.” Staff itu memberikan payung lipat ke Bintang.

“Ah iya, sampai lupa,” ucap Bintang dengan senyum tipis di wajah.

Staff itu memberikan payung ke Bintang, lantas menyodorkan berkas yang dibawanya juga.

“Ini juga ketinggalan, Bu. Untung Bu Bintang belum pergi.”

Bintang mengambil stopmap berisi berkas itu, hingga memejamkan sekilas dan menggeleng kepala pelan karena bisa melupakan berkas penting itu.

“Terima kasih, ya. Hampir saja tidak terbawa, padahal ini dokumen penting,” ucap Bintang sangat berterima kasih karena staffnya sudah membawakan berkas itu.

“Sama-sama, Bu.”

Bintang pun pamit karena harus pergi bertemu kliennya. Sudah satu tahun ini dia bekerja di perusahaan sang papi sebagai direktur pemasaran karena kemampuannya berinteraksi dan juga menarik investor untuk menanamkan modal di perusahaan perbankan milik keluarganya.

Bintang membuka payung lipatnya, berjalan di bawah payung untuk menghindarkannya dari terik matahari, serta untuk menghalau pandangannya dari langit.

‘Aku terus berusaha untuk tidak mengingatmu, karena aku tahu kesalahan yang kubuat, sudah menyakiti dan membuatmu sangat terluka. Aku mengelak karena sadarbahwa aku tak layak untuk melihatmu, bahkan menyebut namamu pun bibir ini tak layak.’

**

“Coklat hangat kesukaanmu.”

Secangkir coklat hangat diletakkan di meja, uapnya mengepul dan aromanya begitu menggelitik indera penciuman.

“Terima kasih,” ucap Bintang dengan senyum lebar. Menatap Anta yang masih berdiri setelah menyajikan coklat panas itu.

Anta duduk berseberangan dengan Bintang, menemi sepupunya yang datang untuk makan siang seperti biasa di kafe miliknya.

Sejak lulus kuliah, Anta lebih tertarik mengembangkan bisnis milik keluarga daripada bekerja di perusahaan kakeknya. Dia lebih suka berhadapan dengan gelas, bahan makanan, dan yang lainnya, daripada kertas-kertas yang bertumpuk.

“Habis ketemu klien?” tanya Anta menebak.

“Ya, untung saja semuanya berjalan dengan lancar,” jawab Bintang lantas menyesap coklat panas miliknya.

“Pelan-pelan,” ucap Anta saat melihat Bintang kepanasan.

Pria itu mengambil tisu dan memberikan ke Bintang. Bintang mengambilnya dan langsung mengusap permukaan bibir.

“Terima kasih,” ucap Bintang setelah mengusap permukaan bibir.

“Bin, bukankah kamu bisa meminta staffmu yang menemui klien, kenapa harus kamu sendiri yang keluar?” tanya Anta keheranan. Sepupunya itu seorang direktur utama, tapi selalu melakukan semuanya sendiri.

“Bisa saja aku meminta staff ‘ku yang mengurus, tapi di sini aku sedang membangun kepercayaan, Ta. Dengan begitu klien akan percaya dan tidak meragukan kami, karena aku sebagai direktur pun turun tangan sendiri,” ujar Bintang menjelaskan.

Anta terus menatap Bintang, gadis itu memang masih sama seperti dulu, pekerja keras dan mudah berinteraksi dengan orang. Namun, Anta merasa ada sesuatu yang hilang dari Bintang. Gadis itu sudah tidak pernah lagi tersenyum tulus dan hangat seperti dulu saat bersama orang lain. Hanya ada senyum keterpaksaan untuk membuat lawan bicaranya merasa senang, meski gadis itu sendiri tidak.

“Tidak terasa delapan tahun berlalu. Dulu kita hanya tahu bermain dan belajar, tapi kini kita sudah bisa mengelola bisnis keluarga,” ucap Anta sambil menatap keluar kafe.

Meski dia berkata jika mereka sering bermain, pada kenyataannya itu tidak berlaku bagi Bintang.

“Hm … bukankah ini tujuan kita belajar,” balas Bintang. Dia kembali mengambil cangkir coklatnya, meniup uap panas yang masih mengepul, lantas menyesap perlahan.

Anta mengalihkan pandangan dari luar ke Bintang, ditatapnya sang adik sepupu yang terlihat bahagia, meski menyimpan sejuta kepedihan.

“Bin, apa tujuanmu di masa depan?” tanya Anta.

Bintang berhenti menyesap coklat panasnya, hingga tampak berpikir kemudian memandang Anta. Tujuan, apa dia memiliki tujuan hidup. Jika memang ada, apakah dia bisa mewujudkannya.

“Entah, aku tidak tahu. Yang aku tahu sekarang adalah menjalani apa yang bisa aku jalani,” jawab Bintang dengan senyum kecil di wajah.

Anta terus memperhatikan Bintang, hingga secara iseng pria itu bertanya, “Jika tiba-tiba Langit kembali dan berdiri di hadapanmu, apa kamu akan menemuinya?”

Pertanyaan Anta membuat jantung Bintang berdegup dengan cepat. Dia menatap Anta dengan tatapan yang tidak bisa dideskripsikan. Langit, nama yang sudah tidak pernah disebutnya lagi. Andai bertemu, apakah mungkin pria itu juga mau bicara kepadanya. Dia melihat luka dalam tatapan pria itu delapan tahun silam, setelah delapan tahun berlalu, mungkinkan Langit mau kembali bicara dengannya.

“Jangan membahas itu. Kamu tahu bagaimana kami. Lagi pula ini sudah delapan tahun, Ta. Aku tidak yakin dia mengingatku,” jawab Bintang dengan senyum getir di wajah.

Anta terus memperhatikan Bintang, memang sudah delapan tahun berlalu, tapi Anta yakin kalau Bintang masih mencintai Langit sama seperti delapan tahun lalu sebelum Langit dan Bintang berpisah.

‘Aku terlalu malu untuk bertemu dengannya. Salahku menorehkan luka dihatinya. Andai takdir mempertemukan kami, aku pun tidak yakin apakah dia sudi mengenaliku. Sungguh, jika bisa berharap, aku tidak ingin bertemu dengannya. Aku terlalu penakut untuk mempertanggungjawabkan apa yang sudah aku lakukan.’

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
pasti nanti akan bertemu lagi
goodnovel comment avatar
vieta_novie
El & Bin masih saling mencintai & ga bisa melupakan meski terpisah jarak & waktu...
goodnovel comment avatar
Adeena
pasti ada kala'y kalian bertemu karn Bingtang dan Langit tempat't satu ga bs di pisahkan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   Bonus Chapter 5~Akhir

    Langit dan yang lain hari itu menunggu cemas di depan ruang operasi. Hari ini Bintang menjalani operasi cesar sesuai dengan yang dijadwalkan dokter, setelah melakukan beberapa tes dan memastikan kondisi Bintang siap untuk melahirkan. “Duduklah, El. Operasinya pasti berjalan lancar,” kata Joya yang pusing melihat putranya mondar-mandir tidak jelas sejak tadi. Annetha, Arlan, Kenzo, juga Sashi juga menatap Langit yang tidak bisa tenang. “Mana bisa tenang, Mi.” Langit sangat mengkhawatirkan kondisi Bintang. Meski Bintang dalam kondisi sehat, tapi tetap saja Langit cemas. Joya membuang napas kasar, berdiri lantas menarik tangan Langit dan mengajaknya duduk bersaam. “Yang perlu kita lakukan sekarang itu doa, El. Bukan mondar-mandir yang bikin pusing!” sembur Joya sambil menahan Langit agar tidak mondar-mandir lagi. Langit menatap Joya sendu, kecemasan terlihat jelas dari tatapan mata pria itu. “Kita banyak doa saja, El. Semoga semuanya lancar. Kamu dengar sendiri kata dokter, selama

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   Bonus Chapter 4

    “Benarkah? Ya Tuhan, mami benar-benar bersyukur dan bahagia.”Annetha langsung memeluk Bintang mengetahui jika putrinya hamil. Dulu memang takut, tapi Annetha pun memilih pasrah seperti putrinya, agar mendapatkan jalan yang terbaik.Bintang dan Langit pergi ke rumah Annetha setelah dokter mengizinkan Bintang pulang, setelah memastikan kondisi Bintang membaik. Keduanya sengaja datang ke sana karena ingin menyampaikan kabar kehamilan Bintang, meski Bintang sendiri tidak yakin jika sang papi akan menerimanya. Namun, yang jelas Bintang tidak ingin kejadian dulu terulang.“Mami tidak marah?” tanya Bintang dengan ekspresi takut di wajah pucatnya.Annetha melepas pelukan, lantas menatap Bintang sambil menangkup kedua pipi putrinya itu.“Tentu saja tidak, kenapa mami harus marah? Mami malah sangat bahagia akhirnya keinginanmu terkabul,” ucap Annetha penuh rasa syukur.Sashi berada di pangkuan Langit, mendengarkan percakapan antara orang tua, apalagi Bintang menangis dalam pelukan Annetha.“Mo

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   Bonus Chapter 3

    Sashi duduk di bangku depan gedung sekolah, menunggu Bintang yang tidak kunjung datang. “Apa Mommy lupa?” Sashi menghela napas kasar sampai kedua pundak naik-turun. Guru Sashi sudah menghubungi Bintang, tapi tidak ada jawaban karena tas Bintang tertinggal di klinik beserta ponselnya, membuat Sashi akhirnya menunggu karena yakin jika Bintang akan menjemputnya. Sashi masih setia di sana. Duduk sambil mengayunkan kedua kaki maju mundur. Hingga seorang anak laki-laki menghampirinya. “Kamu belum dijemput?” Sashi mendongak, menatap anak laki-laki kakak kelasnya yang duduk di kelas enam. “Iya, Mommy belum jemput,” jawab Sashi masih memandang anak laki-laki itu. Anak laki-laki itu mengedarkan pandangan, kemudian ikut duduk di samping Sashi. “Mamaku juga belum jemput, sepertinya jemput kedua adikku yang les lebih dulu,” ucap anak laki-laki itu sambil mengedarkan pandangannya. Sashi mengangguk-angguk mendengar ucapan anak laki-laki itu, tidak buruk duduk bersama menunggu jemputan masing

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   Bonus Chapter 2

    Langit berlarian menuju ke klinik untuk melihat kondisi Bintang, sesampainya di klinik melihat Bintang yang terbaring dengan wajah pucat dan lemas meski sudah sadar.“Bin.” Langit mendekat dan langsung membelai wajah istrinya itu.“Bagaimana kondisinya?” tanya Langit ke dokter jaga di klinik karena Bintang terlihat masih meringis menahan sakit.“Tekanan darahnya sangat rendah, kemungkinan kelelahan. Tapi untuk mengetahui kondisi pasti penyebabnya, mungkin bisa dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan lepngkap, Pak.” Dokter klinik hanya mengecek kondisi Bintang berdasarkan keluhan saja.Langit tidak banyak bicara. Dia pun meraup tubuh Bintang ke gendongan dan membawa keluar dari klinik. Kondisi Bintang yang tidak biasa, tentu saja membuat Langit cemas. Dia harus membawa Bintang ke rumah sakit untuk pemeriksaan menyeluruh.“El, ada apa?” Joya dan Kenzo yang kebetulan baru saja keluar lift di lobi, terkejut melihat Langit menggendong Bintang.“Kondisi Bintang buruk, Mi. Aku mau

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   Bonus Chapter 1

    Dua tahun kemudian. “Mommy! Daddy! Sashi telat sekolah!” Suara melengking dari luar kamar terdengar sampai dalam. Bintang dan Langit yang masih tidur pulas pun terkejut karena suara Sashi juga ketukan pintu beberapa kali. Bintang terduduk dengan mata masih tertutup. Dia pun mengucek mata, mencoba membuka kelopak mata lebar agar bisa melihat jarum jam di dinding. “Ya Tuhan!” Bintang sangat terkejut karena waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi. “El, bangun! Kita kesiangan!” Bintang memukul lengan suaminya, meminta agar Langit segera bangun. Biasanya jam segini Bintang sudah bangun memasak dan menyiapkan perlengkapan sekolah Sashi, tapi pagi ini dia malah kesiangan bangun. Ini semua gara-gara suaminya yang mengajak begadang semalaman. Meminta jatah tidak ada habisnya, membuat Bintang kelelahan luar biasa, lantas terbangun kesiangan. “Bentar, Bin. Lima menit lagi.” Langit malah menarik selimut masih sambil memejamkan mata. Enggan bangun karena masih sangat mengantuk. “El, Sashi

  • Terjerat Cinta Playboy Manis   S2 : Happy Ending

    Bintang melipat kedua tangan di depan dada, menatap suaminya yang baru saja selesai menjalani operasi kecil dan menatap dengan ekspresi wajah kesal. Langit melirik Aldo, dalam tatapan matanya seolah ingin melempar kalimat ‘Aku akan memotong gajimu, lihat saja dasar pengkhianat!’, sungguh Langit tidak menyangka saat keluar dari ruang operasi langsung melihat Bintang. “Tidak usah melirik Aldo, urusanmu denganku, El!” Bintang tahu ke mana arah pandangan suaminya, hingga langsung menegur pria itu. Langit menatap Bintang, terlihat bersalah dan takut melihat tatapan istrinya itu. “Keluarlah, Al. Tenang saja, aku yang akan menjamin karirmu,” ucap Bintang memberikan jaminan ke sekretaris suaminya, sebab dia memaksa Aldo untuk bicara jujur. “Baik, Bu.” Aldo pun secepat kilat kabur dari ruangan itu, tidak ingin terlibat masalah antar suami-istri yang sudah menciptakan ketegangan sejak beberapa menit lalu. Langit benar-benar tak berkutik, diam karena merasa salah. Dia melihat Bintang menar

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status