Langit menjadi Playboy kelas kakap setelah diputus sang kekasih delapan tahun lalu. Meninggalkan negara kelahirannya, dia berubah 180 derajat dari sifat aslinya. Hingga pertemuannya kembali dengan Bintang—cinta pertama dan satu-satunya gadis yang memenuhi hatinya. Langit harus kembali merasakan sakitnya patah hati, tapi juga kembali mendapatkan tekad untuk menaklukkan Bintang. Lalu, apakah Langit berhasil mendapatkan Bintang agar bisa balas dendam?
Lihat lebih banyak“Hanya itu? Hanya karena itu kamu meminta putus? Hanya karena kamu bosan denganku? Lelucon macam apa itu, hah!”
“Ya, aku bosan. Lagi pula sejak awal, bukankah kamu tahu jika hanya menjadi pelampiasanku saja? Ayolah, jangan terlalu munafik. Kita masih muda, bahkan cinta yang kita rasakan hanyalah cinta monyet saja. Bahkan kita tidak tahu apakah kita akan terus bertahan. Cinta kita hanya sebuah kenakalan dan emosi sesaat. Tidak ada cinta yang tulus di antara kita.”
‘Setiap kata yang terucap, bagai belati yang menyayat hati. Aku mencintaimu setulus hati, tapi kamu hanya menganggapnya sebagai kenakalan dan emosi sesaat. Bintang, apa yang terjadi kepadaku sekarang, aku akan menyalahkanmu di masa depan. Jika kelak kita bertemu lagi, maka kamu harus membayarnya. Berdoalah kita tidak akan pernah bertemu lagi.’
**
Suara desahan menggema di ruangan berukuran besar itu, tidak ada penyekat dinding, antara ranjang, dapur, hingga ruang tamu menjadi satu meski ada jarak yang memisah. Hanya kamar mandi yang memiliki pembatas dan pintu lain.
“El, You Amazing.” Suara wanita berkewarganegaraan Prancis itu terdengar berat dan seksi.
“Aku selalu hebat, baby,” balas pria yang kini sedang memacu tubuh wanita yang ada di bawahnya. Tubuh pria itu polos tanpa sehelai benang pun yang menutupi, di bahu kanan pria itu ada sebuah tato berbentuk satu bintang.
Pria itu terus memacu tanpa jeda, dia akan bercinta ketika ingatan akan masa lalu yang baginya menyakitkan kembali melintas di ingatan.
Bergonta-ganti pasangan biasa dilakukan, ketika dirinya merasa bosan dengan wanita yang dikencaninya. Ya, bosan, kata yang membuat pria bernama Langit Eldar Abimand akhirnya menggila hingga kini menjadi seorang playboy kelas kakap. Bermodal ketampanan dan harta yang dimiliki, pria itu mengencani tidak cukup hanya satu wanita. Entah sudah berapa wanita yang menjadi teman tidurnya kala dia menginginkan. Semua dilakukan para wanita itu dengan sukarela, karena mereka begitu terpesona dengan sosok Eldar yang merupakan pria berkewarganegaraan Indonesia.
Keduanya saling memacu dengan suara desahan yang memenuhi ruangan. Mereka tidak mengenal waktu, asal gairah yang sedang membara itu bisa dipadamkan.
**
Sinar sang surya mulai menyusup masuk. El masih tidur dengan lelap karena lelah akibat percintaannya dengan teman kencannya bernama Stevani. Bahkan saat sinar matahari mulai menyilaukan mata, dua insan yang terbuai dalam mimpi itu masih belum terjaga.
Stevani memeluk El yang bertelanjang dada, sedangkan dia memakai lingerie seksi berwarna merah terang. Dia tidur berbantal lengan El, sedangkan satu tangan memeluk erat tubuh teman kencannya itu.
Di sisi lain, seorang wanita terlihat berjalan dengan anggun di koridor apartemen tempat El tinggal. Satu tangan menenteng tas branded, sedangkan tangan satunya melambai mengikuti langkah kaki yang begitu pasti. Dia mengulas senyum saat sudah berdiri di depan pintu unit apartemen El. Hingga telunjuk wanita itu menekan tombol kombinasi untuk membuka pintu unit itu.
Wanita dengan rambut sepanjang bahu itu memutar handle begitu terdengar suara bunyi kalau kode yang dimasukkan benar. Dia melangkah masuk untuk mencari El, hingga langkahnya terhenti saat melihat pemandangan di depannya. Bra, celana dalam, pakaian wanita, bahkan botol minuman beralkohol terlihat berserakan di lantai dan meja. Wanita itu mengepalkan telapak tangan, kemudian kembali melangkah hingga melihat pemandangan yang begitu menusuk mata.
“El! Langit!” teriak wanita itu frustasi.
Langit dan yang lain hari itu menunggu cemas di depan ruang operasi. Hari ini Bintang menjalani operasi cesar sesuai dengan yang dijadwalkan dokter, setelah melakukan beberapa tes dan memastikan kondisi Bintang siap untuk melahirkan. “Duduklah, El. Operasinya pasti berjalan lancar,” kata Joya yang pusing melihat putranya mondar-mandir tidak jelas sejak tadi. Annetha, Arlan, Kenzo, juga Sashi juga menatap Langit yang tidak bisa tenang. “Mana bisa tenang, Mi.” Langit sangat mengkhawatirkan kondisi Bintang. Meski Bintang dalam kondisi sehat, tapi tetap saja Langit cemas. Joya membuang napas kasar, berdiri lantas menarik tangan Langit dan mengajaknya duduk bersaam. “Yang perlu kita lakukan sekarang itu doa, El. Bukan mondar-mandir yang bikin pusing!” sembur Joya sambil menahan Langit agar tidak mondar-mandir lagi. Langit menatap Joya sendu, kecemasan terlihat jelas dari tatapan mata pria itu. “Kita banyak doa saja, El. Semoga semuanya lancar. Kamu dengar sendiri kata dokter, selama
“Benarkah? Ya Tuhan, mami benar-benar bersyukur dan bahagia.”Annetha langsung memeluk Bintang mengetahui jika putrinya hamil. Dulu memang takut, tapi Annetha pun memilih pasrah seperti putrinya, agar mendapatkan jalan yang terbaik.Bintang dan Langit pergi ke rumah Annetha setelah dokter mengizinkan Bintang pulang, setelah memastikan kondisi Bintang membaik. Keduanya sengaja datang ke sana karena ingin menyampaikan kabar kehamilan Bintang, meski Bintang sendiri tidak yakin jika sang papi akan menerimanya. Namun, yang jelas Bintang tidak ingin kejadian dulu terulang.“Mami tidak marah?” tanya Bintang dengan ekspresi takut di wajah pucatnya.Annetha melepas pelukan, lantas menatap Bintang sambil menangkup kedua pipi putrinya itu.“Tentu saja tidak, kenapa mami harus marah? Mami malah sangat bahagia akhirnya keinginanmu terkabul,” ucap Annetha penuh rasa syukur.Sashi berada di pangkuan Langit, mendengarkan percakapan antara orang tua, apalagi Bintang menangis dalam pelukan Annetha.“Mo
Sashi duduk di bangku depan gedung sekolah, menunggu Bintang yang tidak kunjung datang. “Apa Mommy lupa?” Sashi menghela napas kasar sampai kedua pundak naik-turun. Guru Sashi sudah menghubungi Bintang, tapi tidak ada jawaban karena tas Bintang tertinggal di klinik beserta ponselnya, membuat Sashi akhirnya menunggu karena yakin jika Bintang akan menjemputnya. Sashi masih setia di sana. Duduk sambil mengayunkan kedua kaki maju mundur. Hingga seorang anak laki-laki menghampirinya. “Kamu belum dijemput?” Sashi mendongak, menatap anak laki-laki kakak kelasnya yang duduk di kelas enam. “Iya, Mommy belum jemput,” jawab Sashi masih memandang anak laki-laki itu. Anak laki-laki itu mengedarkan pandangan, kemudian ikut duduk di samping Sashi. “Mamaku juga belum jemput, sepertinya jemput kedua adikku yang les lebih dulu,” ucap anak laki-laki itu sambil mengedarkan pandangannya. Sashi mengangguk-angguk mendengar ucapan anak laki-laki itu, tidak buruk duduk bersama menunggu jemputan masing
Langit berlarian menuju ke klinik untuk melihat kondisi Bintang, sesampainya di klinik melihat Bintang yang terbaring dengan wajah pucat dan lemas meski sudah sadar.“Bin.” Langit mendekat dan langsung membelai wajah istrinya itu.“Bagaimana kondisinya?” tanya Langit ke dokter jaga di klinik karena Bintang terlihat masih meringis menahan sakit.“Tekanan darahnya sangat rendah, kemungkinan kelelahan. Tapi untuk mengetahui kondisi pasti penyebabnya, mungkin bisa dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan lepngkap, Pak.” Dokter klinik hanya mengecek kondisi Bintang berdasarkan keluhan saja.Langit tidak banyak bicara. Dia pun meraup tubuh Bintang ke gendongan dan membawa keluar dari klinik. Kondisi Bintang yang tidak biasa, tentu saja membuat Langit cemas. Dia harus membawa Bintang ke rumah sakit untuk pemeriksaan menyeluruh.“El, ada apa?” Joya dan Kenzo yang kebetulan baru saja keluar lift di lobi, terkejut melihat Langit menggendong Bintang.“Kondisi Bintang buruk, Mi. Aku mau
Dua tahun kemudian. “Mommy! Daddy! Sashi telat sekolah!” Suara melengking dari luar kamar terdengar sampai dalam. Bintang dan Langit yang masih tidur pulas pun terkejut karena suara Sashi juga ketukan pintu beberapa kali. Bintang terduduk dengan mata masih tertutup. Dia pun mengucek mata, mencoba membuka kelopak mata lebar agar bisa melihat jarum jam di dinding. “Ya Tuhan!” Bintang sangat terkejut karena waktu sudah menunjukkan pukul enam pagi. “El, bangun! Kita kesiangan!” Bintang memukul lengan suaminya, meminta agar Langit segera bangun. Biasanya jam segini Bintang sudah bangun memasak dan menyiapkan perlengkapan sekolah Sashi, tapi pagi ini dia malah kesiangan bangun. Ini semua gara-gara suaminya yang mengajak begadang semalaman. Meminta jatah tidak ada habisnya, membuat Bintang kelelahan luar biasa, lantas terbangun kesiangan. “Bentar, Bin. Lima menit lagi.” Langit malah menarik selimut masih sambil memejamkan mata. Enggan bangun karena masih sangat mengantuk. “El, Sashi
Bintang melipat kedua tangan di depan dada, menatap suaminya yang baru saja selesai menjalani operasi kecil dan menatap dengan ekspresi wajah kesal. Langit melirik Aldo, dalam tatapan matanya seolah ingin melempar kalimat ‘Aku akan memotong gajimu, lihat saja dasar pengkhianat!’, sungguh Langit tidak menyangka saat keluar dari ruang operasi langsung melihat Bintang. “Tidak usah melirik Aldo, urusanmu denganku, El!” Bintang tahu ke mana arah pandangan suaminya, hingga langsung menegur pria itu. Langit menatap Bintang, terlihat bersalah dan takut melihat tatapan istrinya itu. “Keluarlah, Al. Tenang saja, aku yang akan menjamin karirmu,” ucap Bintang memberikan jaminan ke sekretaris suaminya, sebab dia memaksa Aldo untuk bicara jujur. “Baik, Bu.” Aldo pun secepat kilat kabur dari ruangan itu, tidak ingin terlibat masalah antar suami-istri yang sudah menciptakan ketegangan sejak beberapa menit lalu. Langit benar-benar tak berkutik, diam karena merasa salah. Dia melihat Bintang menar
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen