Share

Lollipop

4

Arabelle menatap datar pemandangan pinggir jalan sepanjang perjalanan. Ia sama sekali tidak bersemangat hanya untuk sekedar berbicara. Sejak keluar dari parkiran rumah sakit, tidak ada sepatah katapun yang ia ucapkan meskipun sesekali Elliot mengajak ia berbicara. Hatinya masih terluka, otaknya belum bisa mencerna dan menerima kenyataan pahit. Ia pun masih terjebak dalam ilusi kalau kedua orang tuanya akan kembali.

Kembali untuk memeluk dirinya, kembali untuk tertawa dengannya, dan kembali untuk meramaikan hidupnya. Tanpa diundang, setetes air mata mengalir di pipinya dan jatuh mengenai tangan kanan yang dibalut perban. Tanpa terasa, mobil yang ia kendarai berhenti.

"Ra," panggil Elliot. Namun, Arabelle tidak menyahut. Gadis itu diam, tenggelam dalam lamunan yang dia ciptakan sendiri.

"Ara!" panggil Elliot lagi dengan suara yang lebih tinggi.

"Y--a," jawab Arabelle tergugu karena kaget.

"Kita sudah sampai."

Arabelle membuang pandangannya ke arah apartemen megah yang berdiri. Ia pikir, Elliot akan membawa ia pulang ke rumahnya. Akan tetapi, sepertinya dugaaanya salah karena sepanjang jalan ia hanya melamun dan tidak memperhatikan kalau jalan yang mereka lewati bukan mengarah ke rumahnya.

"Mulai sekarang, kamu tinggal sama Uncle di apartemen ini. Kamu tidak keberatan, kan?"

"Ara ngak keberatan, kalau tinggal di rumah pasti Ara bakal kangen banget sama Dady dan Mamy."

"Ra, kamu sekarang punya Uncle, jadi jangan merasa kalau kamu sendiri." Elliot menghadapkan tubuhnya pada Arabelle.

"Ara bakal coba."

"Ayo jalanin hidup bersama." Elliot mengulurkan tangannya pada Arabelle. Ia janji, akan memenuhi kehidupan gadis itu dengan penuh kasih sayang hingga kesedihan tidak akan bisa mendekat. Arabelle menatap kikuk tangan Elliot. Tangan yang sudah lama tidak ia genggam.

"Setuju." Arabelle menyambut uluran tangan Elliot dengan antusias. Mengulas senyum tipis dengan perasaan lega kalau ada satu orang yang akan menjadi rumah dan tempat ia bersandar.

Elliot tersenyum senang karena Arabelle mau menggengam tangannya. Rasanya jutaan bunga mekar secara bersamaan.

"Oh, Uncle punya sesuatu buat kamu." Elliot membuka dasbord mobil, mengeluarkan dua buah permen lolipop berwarna-warni. Makanan favorit Arabelle yang tidak akan ia lupakan.

"Lolipop," ujar Arabelle melebarkan senyum.

"Yah, lolipop, permen kesukaanmu."

"Ternyata Uncle masih ingat kalau aku suka maka permen ini."

"Tentu saja, Uncle tidak akan pernah lupa apapun tentangmu karena gadis manis ini hanya milik Elliot." Elliot mencubit gemas pipi chuby Arabelle.

"Terimakasih, Uncle," ucap Arabelle polos. Lalu, mengecup pipi Elliot cepat. Hal yang selalu ia lakukan, saat mendapatkan apa yang ia suka. Elliot terdiam dengan senyum kaku. Pria itu segera turun dari mobil dan berjalan dengan cepat mengitari mobil. Ia membukakan pintu mobil untuk Arabelle. Dimana, sebelumnya ia membukakan savebelt gadis itu.

"Hati-hati," ucap Elliot sambil membantu Arabelle turun dari mobil dengan hati-hati.

"Yang sakit tanganku Uncle, bukan kakiku. Jadi, aku bisa berjalan dengan baik," seloroh Arabelle yang sedikit tidak nyaman karena Elliot memegang bahunya.

"Kamu masih tetap cerewet ternyata, Uncle tidak mau nanti kamu tersandung dan jatuh. Kalau perlu, Uncle bakal gendong kamu sampai apartemen."

"Posesif sekali," sungut Arabelle tersenyum miring.

"Oh, udah tahu kata-kata begituan kamu, ya." Elliot mengacak gemas puncak kepala Arabelle hingga rambut gadis itu berantakan.

"Uncle!" pekik Arabelle kesal.

"Maaf-maaf, biar Uncle rapikan rambutmu." Elliot mengusap lembut kepala Arabelle.

"Keponakan Uncle cantik banget," lanjut Elliot memberi pujian yang membuat Arabelle terkekeh.

Elliot dan Arabelle berhenti di lantai tiga gedung. Sedikit berbelok mereka sampai di tempat tujuan.

"Uncle tinggal di apartemen ini udah lama? Kenapa ngak kasi tahu Ara kalau Uncle tinggal di sini? Kan, Ara bisa main ke sini." Arabelle memperhatikan pintu hitam di depannya. Kalau Elliot tinggal di kota ini, lantas mengapa dia tidak memberitahu dirinya?

"Uncle baru pindah ke sini, beberapa hari yang lalu."

"Saat Uncle tahu kalau Dady dan Mamy tewas?"

Elliot mengangguk kecil.

"Tapi, mulai sekarang Uncle bakal tinggal di sini selamanya demi gadis manisku. Kita masuk?"

"Iya."

Elliot mengeluarkan kartu akses, menempelkan pada pintu sehingga benda persegi panjang itu terbuka.

"Selamat datang!"

"Welcome in your house, Baby!"

Teriak suara cempreng dan merdu menyatu memenuhi ruangan. Arabelle terkejut bukan kepalang mendengar teriakan keras tersebut, dimana setelah itu disambut dengan suara peluit nyaring dan juga suara musik DJ.

Elliot bertepuk tangan dan tersenyum senang melihat Camelia dan Queenza menyambut Arabelle dengan meriah. Camelia adalah adik kandungnya. Gadis rambut bercat pirang sepundak dengan wajah sedikit mirip dengan Elliot. Camelia melompat-lompat tidak karuan dan sesekali berjoget mengikuti irama DJ yang diputar.

Arabelle yang melihat tingkah Camelia tertawa kecil karena lucu. Gadis itu terlihat seperti ulat yang sedang dimakan kutu. Dia menari sangat kaku dengan mulut komat-kamit tidak tentu. Bisa ia tebak kalau gadis itu tidak hafal dengan lirik musik yang sedang di putar.

"Cam, hentikan," ujar Queenza dengan wajah malu-malu melihat kelakuan dari adik kekasihnya.

"Baiklah, dia sangat manis dan imut seperti aku. Pantas saja, Kak Elliot sering memuji dia. Ternyata dia sangat cantik!" pekik Camelia memasang wajah terpesona. Elliot memutar bola mala kesal mendengar ucapan adiknya yang tidak disaring itu.

"Hentikan, Cam. Biarkan kami masuk," balas Elliot. Queenza menarik tangan Camelia untuk menyingkir dari pintu.

"Selamat datang, Ara," ucap Queenza lembut.

Arabelle cukup tersentuh untuk penyambutan tersebut. Biarpun sederhana, tapi ia bisa merasakan kalau ada orang yang menunggu kedatangannya. Arabelle mengamit lengan Elliot. Berjalan bersama, kemudian duduk di sofa. Arabelle mengedarkan pandangannya ke setiap sudut. Apartemen ini cukup luas dengan tiga kamar, dapur, ruang tamu, dan ruang tv.

Camelia segera mengambil posisi duduk di samping Arabelle. Sementara Queenza mengambil posisi di depan Elliot, dimana meja kaca sebagai sekat.

"Ara, masih butuh istirahat. Aku akan mengantar dia ke kamar dulu," tutur Elliot bersiap untuk berdiri.

"Biar aku saja, Kak. Aku akan mengantar Arabelle ke kamar dengan selamat," sosor Cemelia cepat. Memasang wajah semanis coklat.

"Tapi---"

"Tidak papa, El. Biarkan Cam yang mengantar Arabelle. Mereka bisa saling mengenal satu sama lain." Queenza memotong ucapan Elliot.

"Ayo," ajak Camelia yang diangguki oleh Arabelle. Keduanya berjalan meninggalkan Queenza dan Elliot menuju kamar. Camelia membantu Arabelle untuk menaiki tangga yang menghubungkan mereka ke tempat tujuan. Tepat di depan pintu berwarna sama dengan pintu depan. Camelia memutar knok dan mendorong daun pintu. Arabelle masuk perlahan ke dalam kamar, dimana netranya disambut dengan dinding berwarna biru cerah seterang langit.

"Kamar ini baru di cat kemarin, baunya masih sangat menyengat," celetuk Camelia mengibaskan tangan di depan wajah.

"Memangnya kamar ini milik siapa?"

"Ini kamarku, sebelumnya kamarku berwarna merah muda, tapi karena kamu sekarang juga menjadi pemilik kamar ini, jadi kakak merubah cat kamar ini sesuai dengan warna kesukaanmu." Camelia membantu Arabelle duduk di pinggir ranjang.

"Kau menyebut Uncle El kakak? tapi setahuku dia tidak punya adik."

----------------

****************

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status