Share

Awal perubahan

Panas terik matahari terkena langsung ke kulit Aruna. Aruna sedang duduk di halte yang berada di depan kampusnya. Aruna sedang menunggu datangnya angkutan umum yang bisa dia tumpangi ke kafe tempatnya bekerja. Hari ini hari pertama Aruna bekerja di kafe. Sejak tadi pagi Aruna sudah sangat semangat, tidak sabar untuk menjalankan kerja hari pertamanya. 

Memang Aruna hanya bisa diterima sebagai kasir, tapi itu sudah sangat menyenangkan bagi Aruna. Meskipun upah yang dia dapatkan tidak bisa sebesar kerja full time lainnya, tapi Aruna tetap semangat untuk bekerja. Uang dari gajinya nanti akan dia gunakan untuk sewa rumahnya dan juga untuk membiayai makannya setiap hari. Untung-untung ada sisa, bisa dia tabung menambahi uang tabungannya sebelumnya. Sebenarnya, uang tabungan tabungan Aruna masih banyak. Tetapi, Aruna tidak mau mengeluarkan uang tabungannya itu karena uang itu dia gunakan sebagai simpanan untuk kebutuhan mendadak nantinya. 

Melihat bus yang ditunggunya datang, Aruna langsung memasuki bus tersebut. Lalu duduk di salah satu kursi kosong. Keadaan di dalam bus tidak terlalu ramai, mungkin karena sekarang belum jam pulang kantor. 

Setelah sampai di kafe tempatnya bekerja, Aruna menyapa beberapa temannya yang sudah dia kenal kemarin. 

"Udah datang kamu, ganti seragam aja dulu di sana," sapa Andrea, salah satu waitress yang ada di jafe tersebut.

"Iya kak aku baru selesai kuliah," Aruna menjawab dengan sembari melangkah ke arah ruang ganti yang tadi ditunjuk Andrea. 

Setelah selesai mengganti seragamnya  Andrea langsung duduk di kursi kasir. Di sana sudah ada Jodi, temannya yang lain yang juga bekerja sebagai kasir. Bedanya, Jodi ini kerja full time bukan part time seperti Aruna. Memang di kafe ini ada dua pegawai yang menjaga meja kasir.

"Halo kak," sapa Aruna pada Jodi yang sedang berbincang bersama Dimas, pegawai yang lainnya. Sepertinya para pegawai saat ini sedang tidak terlalu sibuk, karena pengunjung kafe tidak terlalu ramai saat ini. Maklum saja, sekarang masih jam kantor dan sudah lewat jam makan siang. 

"Baru datang run?" tanya Jodi basa-basi pada Aruna.

"Iya kak baru selesai kuliah." Senyum masih terus menghiasi wajah Aruna menjawab pertanyaan Jodi.

"Kamu ada hubungan apa Run sama pak boss?" tanya Dimas penasaran. Sebenarnya, sudah sejak kemarin Dimas dan yang lainnya menanyakan ini. Tapi, karena Aruna selalu bersama Keenan kemarin, tidak ada yang berani menanyakan pada Aruna.

"Gak ada, Kak. Kita baru kenal kemarin," Jawab Aruna santai.

"Gak ada apa-apa. Terus kenapa pak boss bisa ngomong santai gitu sama kamu?" tanya Dimas masih dipenuhi dengan penasaran. 

"Santai gimana kak? Biasa aja kok, pak Keenan juga begitu kok sama yang lain," jawab Aruna mengelak pertanyaan Jodi.

"Beda, Run. Pak Keenan itu ngomongnya kaku banget kalau sama kita," timpal Jodi. 

"Oh itu mungkin karena dulu pak Keenan itu teman kerjanya papa aku kak," jawab Aruna yang dihadiahi anggukan oleh Dimas dan Jodi.

"Terus anaknya pak Keenan kok mau sama kamu? Biasanya dia itu harus nempel sama pak Keenan. Kalau enggak, langsung nangis. Kamu kasih apa itu anak?" Tanya Dimas masih sangat penasaran akan hubungan Aruna dan Keenan. 

"Itu aku juga gak tahu kak. Tiba-tiba aja Alarick mau main sama aku. Gak ada acara nangis gitu," jawab Aruna yang juga sebenarnya tidak tahu kenapa Alarick bisa nyaman dengannya. 

"Udah kak itu ada yang mau bayar," celetuk Aruna memotong Dimas yang sepertinya akan kembali bertanya padanya.

"Santai aja kali, Run. Di sini kerja santai kok, pak boss gak pernah buat peraturan kalau kita harus benar-benar diam selama kerja. Kata pak boss sih, senyamannya kita aja," balas Dimas yang disetujui Jodi melalui anggukan. 

Aruna, Dimas dan Jodi kembali bekerja sembari berbincang-bincang. Semua hal mereka bahas, mulai dari kuliah, kerja, cerita orang lain bahkan hal-hal tidak penting. Baru hari pertama bekerja di kafe ini Aruna sudah sangat merasa nyaman. Teman-teman sesama pekerja di kafe ini sangat ramah, menyambut Aruna dengan baik. 

Sekarang sudah menunjukkan jam pulang kantor. Keenan baru saja meninggalkan kantornya dan sedang dalam perjalanan menuju kafe miliknya. Sekarang dia dan Alarick sedang berada di dalam mobil yang dikendarai oleh supir pribadinya. Masih sama seperti biasa, Alarick duduk di pangkuannya sambil asik berceloteh. Suara Alarick memenuhi mobil tersebut. Meskipun Alarick hanya berceloteh dan tidak ada yang memahami apa yang dikatakannya, Keenan selalu menyahut celotehan Alarick.

Setelah mobil miliknya terparkirkan di tempat parkir khusus di kafenya, Keenan membawa seluruh perlengkapan Alarick dan menggendong Alarick untuk masuk ke dalam kafenya. Baru saja turun dari mobil, Alarick menangis memberontak dari gendongan Keenan.

"Nanti saya telfon bapak kalau urusan sudah selesai ya," ucap Keenan kepada supir pribadinya.

"Baik, Pak. Saya di pos security ya," jawab supir pribadinya tersebut yang dibalas Keenan dengan anggukan.

Karena Alarick terus memberontak, akhirnya Keenan menurunkan Alarick dari gendongannya dan membiarkan Alarick berjalan sendiri. Meskipun sudah bisa berjalan sendiri, Keenan masih khawatir melihat Alarick karena anak itu masih belum bisa menjaga keseimbangan tubuhnya. 

"Pelan-pelan sayang nanti kamu jatuh. Tunggu papa kita jalannya bareng," Ucap Keenan pada Alarick, walaupun sebenarnya dia tahu Keenan belum mengerti apa yang dia ucapkan. 

"Pa pa pa pa," celoteh Alarick sambil terus berjalan ke arah pintu masuk kafe.

"Iya papa di sini," jawab Keenan akan celotehan Alarick.

Saat sudah di depan pintu masuk, pegawai yang bertugas di sana membukakan pintu untuk Alarick dan Keenan.

"Terima kasih ya," ucap Keenan pada petugas yang sudah membukakan pintu tersebut.

"Sama-sama, Pak." Setelahnya Keenan ikut berhenti setelah melihat Alarick berhenti di dalam kafe setelah memasuki pintu masuk. Keenan bingung, apa yang sedang dicari Alarick. Karena dia melihat Alarick sedang menolehkan pandangannya ke kanan dan ke kiri, seperti sedang mencari sesuatu. 

Tiba-tiba Alarick kembali berlari  dan Keenan hanya mengikuti dari belakangnya. 

Aruna yang sedang fokus bekerja sambil berbincang dengan Dimas dan Jodi terkejut saat merasakan ada sesuatu yang menyentuh kakinya. 

"Astaga Alarick. Kamu sama siapa ke sini sayang?" tanya Aruna terkejut setelah memastikan siapa yang menyentuh kakinya. Dan ternyata dia menemukan Alarick di sana. 

"Alarick, kita ke ruangan papa ya. Kak Aruna mau kerja," ucap Keenan yang baru saja datang dan melihat Alarick yang sudah akan mengganggu Aruna. 

Alarick langsung memeluk kaki Aruna dengan erat saat melihat papanya berjalan semakin mendekat ke arahnya. Anak itu seolah paham bahwa setelahnya papanya akan membawanya pergi dari sana.

"Ayo sama papa aja mainnya. Kamu jangan ganggu kak Aruna ya," bujuk Keenan pada Alarick. 

Dimas, Jodi dan Aruna hanya menyaksikan Keenan yang sedang membujuk Alarick untuk melepaskan kaki Aruna dan mengikutinya ke ruangannya. 

"Nanti papa beli mainan baru sama kamu," bujuk Keenan lagi. Bukannya tidak mengizinkan Alarick untuk bermain dengan karyawannya, hanya saja semua karyawannya masih bekerja. Apalagi ini sudah jam pulang kerja, pengunjung kafe pasti meningkat. Sementara Alarick sangat aktif, Keenan tidak mau anaknya itu merepotkan orang lain. 

"Biar aja di sini sama saya pak," ucap Aruna pada akhirnya. Aruna kasihan melihat wajah sendu Alarick. Sepertinya anak ini sangat membutuhkan teman bermain. 

"Ini kan kalian masih bekerja. Nanti dia malah ganggu kalian," tolak Keenan. 

"Gapapa, Pak. Kita bisa gantian jaga Alarick," balas Dimas.

"Ya sudah, saya tinggal dia di sini ya. Tolong dijaga, ini keperluannya ada di dalam tas ini. Nanti kalau dia nangis atau kenapa-napa saya ada di ruangan," ucap Keenan akhirnya. Dia juga tidak tega memaksakan Alarick untuk mau dia bawa ke ruangannya. 

"Kamu jangan nakal sama kakak-kakaknya di sini ya," nasihat Keenan sambil mengelus lembut kepala Alarick sebelum meninggalkan mereka di tempat kasir tersebut dan melangkah ke arah ruangannya. 

Akhirnya Alarick menghabiskan hari tersebut dengan bermain bersama Aruna, Dimas dan Jodi. Alarick awalnya tidak mau diajak bercanda dan mengobrol oleh Dimas dan Jodi, tetapi karena bujukan Aruna akhirnya anak tersebut tidak menangis saat diganggu dan diajak bercanda oleh Dimas dan Jodi. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status