Share

"MAMA"

"Tumben banget kamu datang kerja cepat hari ini, Run," sapa Jodi yang baru saja datang ke meja kasir. 

Jodi terkejut melihat Aruna sudah duduk di kursi kasir karena biasanya gadis itu akan datang bekerja sore hari. Sekarang baru jam 11.00, tapi gadis ini sudah menjalankan tugasnya. Dan Jodi juga bingung dimana Chika, pegawai yang biasa menjaga meja kasir di pagi hari. 

"Kak Chika lagi sakit, jadi aku jaga mulai dari pagi hari ini," jawab Aruna menjelaskan. 

"Kuliahmu gimana? Kenapa gak minta tolong sama yang lain aja?" tanya Jodi beruntun.

"Aku hari ini lagi gak ada kelas kok. Dosen aku lagi ada tugas di luar kota jadi mungkin ada jadwal ganti aja nanti," jawab Aruna.

"Kamu kok udah datang jam segini?" tanya Aruna balik pada Jodi.

"Aku emang kerja dari jam segini," jawab Jodi singkat. 

"Emang bisa gitu ya?" tanya Aruna bingung.

"Bisa. Udah disetujuin pak boss. Ya tapi gajinya bedalah sama yang kerja full," jelas Jodi.

"Kamu kenapa gak kerja mulai pagi aja?" tanya Aruna lagi. Keadaan kafe yang belum terlalu ramai membuat mereka masih sempat untuk mengobrol.

"Aku harus urus ponakan aku dulu, Run. Masih balita jadi harus diurus penuh dulu. Aku nunggu mamaku selesai belanja dan nganter adek-adekku sekolah," jawab Jodi.

Aruna sudah pernah mendengar cerita Jodi. Usia Jodi dan adek-adeknya memang terpaut jauh. Jodi yang sudah berusia 20-an begini, masih memiliki dua orang adik yang masih SMP dan satu orang adik yang masih SD. Ibunya Jodi bekerja sebagai ibu rumah tangga dan ibunya menghabiskan waktu penuh untuk mengurus anak-anaknya. Ayah Jodi bekerja sebagai karyawan bank. Jodi terpaksa harus bekerja di kafe karena kondisi ekonomi keluarganya sedang tidak baik-baik saja dan memaksa Jodi harus memutuskan niatnya untuk melanjutkan kuliah. Gaji yang diterima Jodi dari bekerja di kafe digunakan untuk membantu orang tuanya dan sebagian ditabung untuk melanjutkan kuliahnya tahun depan atau beberapa tahun lagi. 

"Loh kakak sama kakak ipar kamu dimana? Kenapa harus kamu yang urus pagi-pagi? Mereka berdua kerja?" tanya Aruna bertubi-tubi.

"Aku belum cerita ya?" tanya Jodi balik.

"Apa?" tanya Aruna bingung. 

"Kakak aku kan ada satu yang cowok. Empat tahun yang lalu kakak aku ini nikah terus punya anak, itu keponakanku yang sekarang di rumah. Tapi, tahun lalu kakak aku kecelakaan di tempat kerja, kan kakak aku itu dulu kerja di proyek pembangunan gitu. Waktu itu kakak aku lagi ada tugas harus periksa pembangunannya. Ternyata kecelakaannya gak bisa dihindari, setelah dirawat satu minggu dengan kondisi kritis, kakak aku meninggal," jawab Jodi panjang lebar yang membuat Aruna terkejut dan menyesal telah menanyakan hal tersebut. 

"Maaf maaf, aku udah lancang banget nanya begituan sama kamu. Aku turut berduka ya," sesal Aruna menunjukkan wajah penuh penyesalan.

"Gapapa kok. Kita juga udah terima takdir, karena kita lihat gimana sakitnya kakak aku selama 1 minggu dirawat di rumah sakit. Dan yang paling kita sesalkan, setelah kakak aku meninggal, kakak ipar aku pergi ninggalin rumah bahkan ninggalin keponakan aku," lanjut Jodi menjelaskan.

"Astaga, ada ya ibu yang tega ninggalin anaknya. Apalagi anaknya masih bayi," heran Aruna. Aruna teringat dirinya yang harus ditinggalkan oleh kedua orang tuanya. Hidup di panti asuhan sebelum diangkat oleh kedua orang tuanya yang akhirnya merawatnya dengan penuh cinta kasih hingga besar.

"Kita juga awalnya mikir kalau kakak ipar aku ini terkejut dengan kejadian yang menimpanya. Kita pikir oh mungkin dia mau pulang ke rumah orang tuanya sebentar. Mungkin dia mau tenangin diri dulu, belajar nerima kejadian duka itu. Tapi kamu tahu?" Jodi menceritakan kembali kejadian setahun lalu saat dia kehilangan kakak dan kakak iparnya. 

Aruna hanya menunjukkan wajah penasaran tanpa berniat menjawab pertanyaan Jodi.

"Setelah tiga bulan dia gak pulang-pulang ke rumah, kita berniat untuk menjemput dia dari rumah orang tuanya. Ternyata dia udah nikah lagi, dan yang lebih parahnya dia sudah ambil semua harta peninggalan kakak aku. Sementara sebelum nikah kakak aku ada pinjam uang ke orang tuaku untuk bantu proyek pembangunan yang nyebabin kakak aku meninggal," Jodi kembali melanjutkan ceritanya. Aruna dapat melihat dengan jelas raut kesedihan di wajah Jodi. Tidak hanya kesedihan, Aruna juga bisa melihat dendam dan marah dalam pandangan Jodi.

"Ya ampun. Kok bisa sih dia gitu?" tanya Aruna heran.

"Kita juga terkejut, karena selama menikah dengan kakak aku, kita lihat dia orangnya baik dan setia. Tapi setelah tahu dia udah menikah, ayah sama ibu aku akhirnya sepakat biar kita aja yang urus keponakan aku itu," lanjut Jodi. 

"Eh eh pak boss tumben banget datang ke kafe jam segini," celetuk Jodi sambil memberikan isyarat pada Aruna untuk melihat boss mereka yang baru datang di pintu masuk kafe.

"Lagi ada urusan penting kali," tebak Aruna.

"Eh kok jalan ke sini," Jodi bingung kenapa boss-nya itu berjalan ke arah meja kasir. Sementara arah ruangannya berada di arah yang berbeda. 

"Pagi, pak," sapa Aruna dan Jodi bersamaan saat Keenan berdiri di depan meja mereka. 

"Iya, pagi," balas Keenan ramah. 

"Tumben banget datang pagi-pagi begini ke kantor, Pak" ucap Jodi. 

Alarick yang tadi berada di gendongan Keenan memberontak untuk turun dari gendongan Keenan dan mengulurkan tangannya ke arah Aruna. Aruna yang melihat Alarick mengulurkan tangannya, akhirnya mengambil anak tersebut ke gendongannya. Mereka tidak lagi heran melihat kedekatan Alarick dengan Aruna. Karena selama Aruna bekerja di kafe ini, Alarick selalu bermain bersama Aruna dan selalu meminta Aruna untuk menggendongnya. 

"Saya ada urusan selama satu minggu di luar kota. Saya bisa minta tolong sama kamu untuk jaga Alarick? Sebenarnya saya mau bawa dia juga, tapi di sana nanti saya benar-benar sibuk. Kasihan dia nanti di sana. Pasti bosan kalau saya bawa kerja ketemu klien setiap hari," ucap Keenan pada Aruna. Jika sedang berdua atau di luar kantor, Keenan dan Aruna memang berbicara dengan informal. Namun, saat bersama pegawai yang lain, Aruna dan Keenan tetap berbicara formal. Keenan minta tolong pada Aruna untuk merawat Alarick selama dia berada di luar kota. 

"Hah? kenapa saya Pak?" tanya Aruna terkejut. 

"Tadi saya udah coba antar dia ke rumah orang tua saya tapi Alarick gak mau. Dia nangis kencang banget waktu mau saya tinggal," jawab Keenan. 

"Jadi ini Alarick mau tinggal sama saya selama satu minggu ini Pak?" tanya Aruna memastikan. 

"Kalau kamu tidak keberatan. Tapi kalau tidak bisa, saya bawa saya dia," jawab Keenan. 

"Anak kecil kan mudah kangen sama orang tuanya, Pak. Kalau nanti tiba-tiba dia nangis gimana?" tanya Jodi. 

Keenan tidak menjawab apa-apa. Jujur saja, Keenan juga tidak mempertimbangkan hal ini sedari tadi, karena yang dipikirkannya hanya selama ini Alarick nyaman bermain bersama Aruna. 

"Oh iya yah, saya bawa dia saja," putus Keenan akhirnya.

"Al, ayo kamu ikut papa aja ya. Kita harus berangkat ke bandara sekarang," ajak Keenan pada Alarick sambil berusaha mengambil alih Alarick dari gendongan Aruna. 

"No... no... no...," elak Alarick sambil berusaha memeluk leher Aruna dengan erat. 

"Nanti kamu nangis loh, kak Aruna nanti gimana ngurus kamu," Keenan masih berusaha membujuk Alarick untuk mau mengikutnya. 

"Mama... mama... mama...," jerit Alarick sambil menangis kencang. 

Aruna, Keenan dan Jodi terkejut mendengar jeritan Alarick. 

"Kakak Alarick kakak,'' tegas Keenan pada Alarick, karena merasa tidak enak pada Aruna. 

"No... mama...," jerit Alarick lagi.

"Papa tinggal mau?" tanya Keenan pada Alarick. 

Alarick menganggukkan kepalanya dan langsung berhenti menangis. 

"Ya sudah biar saya yang jaga Alarick selama satu minggu Pak. Nanti kalau ada apa-apa saya ke rumah orang tua bapak saja," putus Aruna akhirnya karena kasihan mendengar jeritan Keenan. 

"Baik, terima kasih Aruna. Nanti saya kirimkan alamat orang tua saya ke kamu ya. Terima kasih banyak," ucap Keenan.

"Kamu tidak usah masuk kerja selama satu minggu ini, kamu urus Alarick di rumah saja," lanjut Keenan. 

"Gapapa kan Jod? Nanti saya minta pegawai lain bantu kamu jaga kasir," tanya Keenan pada Jodi untuk memastikan. 

"Iya, Pak. Saya juga bisa jaga sendiri kok. Mungkin nanti saya minta bantuan teman yang lain kalau lagi jam makan siang dan jam pulang kantor aja Pak," jawab Jodi.

"Saya berangkat dulu ya. Oh iya Aruna, nanti supir saya antarkan semua keperluan Alarick selama satu minggu ke rumah kamu. Saya juga minta tolong kamu belanja dulu untuk beberapa keperluan Alarick yang kurang dan juga untuk stock makanan kalian selama satu minggu, bisa? Nanti supir saya yang antarkan, uangnya nanti saya transfer. Kirimkan aja nanti nomor rekening kamu," pinta Keenan.

"Baik, Pak," jawab Aruna singkat.

"Alarick sini peluk papa dulu, papa mau berangkat ini," bujuk Keenan pada Alarick. 

Alarick akhirnya mengarahkan tangannya pada Keenan. Keenan langsung mengambil alih Alarick lalu memeluk anaknya itu dengan perut. Setelah itu, Keenan menyerahkan kembali Alarick pada Aruna. Setelah berpamitan, Keenan langsung meninggalkan kafe dan langsung berangkat menuju bandara. 

"Aruna sumpah ya kamu gak pernah cerita apa-apa. Kok bisa Alarick manggil kamu mama?" tanya Jodi langsung pada Aruna.

"Aku juga gak tahu, Jod. Aku aja terkejut dengar dia manggil aku kayak gitu," jawab Aruna. 

"Jangan-jangan dia pengen lo jadi mamanya," celetuk Jodi.

"Jangan ngawur kamu. Udah gak usah bahas itu. Nanti kamu ikut kita belanja ya, Jod. Bantuin gue. Nanti lo bisa sekalian belanja nanti gue minta uangnya sekalian dari Pak Boss. Hitung-hitung jadi upah lo jaga kasir sendirian selama seminggu ini," bujuk Aruna. 

"Siap. Suka nih gue kalau gratisan gini," seru Jodi semangat. Alarick yang mendengar seruan senang Jodi ikut tertawa dan menepuk-nepuk kedua tangannya. Seolah mengerti apa yang sedang Aruna dan Jodi perbincangkan. 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Diskahaj Wisda Ferza
gak ada kelanjutannya kah?
goodnovel comment avatar
jason a
lanjut plis
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status