Share

Cataleya Yang Sexy

last update Huling Na-update: 2025-01-22 23:15:47

FAI

Terbiasa ada Mama selama tinggal di Amerika membuatku sedikit kewalahan. Biasanya apa-apa Mama yang melayani. Mama menyediakan segala kebutuhanku hingga hal-hal paling kecil. Sedangkan aku tinggal terima beres.

Pagi ini aku terbangun dengan perut keroncongan. Saat melangkahkan kaki ke ruang belakang di saat itulah aku menyadari jika tidak ada apa-apa di sana. Tidak ada yang bisa kulahap untuk mengganjal perut yang kosong.

Cataleya memang sudah menyiapkan semuanya. Tapi mungkin dia lupa menyediakan makanan untukku.

Eh, tapi itu kan bukan termasuk kewajibannya. Tidak ada di dalam kontrak kerja kami bahwa merekalah yang bertanggung jawab atas kelangsungan perutku.

Aku kembali ke depan. Nanti saja sarapan di luar. Kalau tidak salah lihat di sekitar studio banyak penjual makanan. Aku akan mampir di sana atau di drive thru. Terserahlah. Yang penting bisa mengisi perut.

Baru saja akan membelokkan kaki ke arah kamar, dentingan suara bel menahan langkahku. Aku berbelok untuk membuka pintu.

Cataleya berdiri tepat di hadapanku. Dia sama seperti sebelumnya. Cantik. Tidak ada yang berubah darinya kecuali penampilannya. Jika kemarin dia memakai dress, kali ini menggunakan hot pants yang lagi-lagi mengekspos paha putih mulusnya. Oversize t shirt berwarna putih dengan model one shoulder memamerkan pundaknya. Memberi kesan sexy yang tidak dibuat-buat. Apapun tentang dia selalu terlihat indah.

Aku jadi berpikir apa suaminya tidak merasa insecure memiliki istri seperti Cataleya. Ah, aku lupa sesuatu. Bagaimana mungkin Alan merasa begitu. Pria itu juga begitu sempurna untuk ukuran manusia. Gagah, tajir, dan juga sukses dalam karir. Keduanya adalah couple goals.

“Pagi, boleh aku masuk?” Sapaan Cataleya membuatku mengerjap. Sempat-sempatnya aku ngelamun mengagumi keindahannya.

“Pagi, silakan masuk.” Aku menggeser kaki sembari melebarkan daun pintu agar dia bisa lewat.

Cataleya melangkah ke dalam. Ada wangi parfum yang ditinggalkannya dalam setiap gerakan.

“Fai, aku ke sini bawa makanan, kamu pasti belum sarapan kan?” Cataleya meletakkan bungkusan yang dibawanya di atas meja. Seketika aroma burger, kentang dan ayam goreng menyeruak ketika dia mengeluarkan satu per satu dari kantong makanan. Membuat perutku semakin keroncongan.

Thanks, Leya,” ucapku sambil mengambil posisi duduk di sebelahnya. “Aku baru mau ke studio sekalian cari makanan tapi kamu keburu datang.”

Cataleya melengkungkan bibirnya membentuk segaris senyum tipis tapi manis. “Dimakan sekarang ya, Fai, aku sengaja beli dua porsi untuk kita, tadi aku juga belum sarapan.” Cataleya mengeser makanan di meja padaku.

Tanpa disuruh dua kali aku menjejalkan sepotong cheese burger ke mulut. Lelehan keju yang gurih tercecap oleh lidahku. Cataleya yang duduk di sebelahku juga menyantap makanannya. Tanpa sadar aku memperhatikannya. Hatiku lalu bertanya, kenapa dia tidak sarapan di rumah dengan suaminya? Kenapa malah denganku di sini?

“Enak, Fai?” tanyanya tiba-tiba, membuatku dengan cepat memalingkan wajah karena sejak tadi tidak berpaling memandangnya.

"Enak banget." Aku mengacungkan jempol lalu menyesap perlahan coklat panas di dalam cup.

"Fai, aku numpang ke kamar mandi sebentar ya," katanya kemudian meminta izin.

"Silakan."

Cataleya berlalu dari hadapanku.

Setelah melahap burger, aku menghabiskan sisa makanan hingga tanpa terasa kantong makanan yang tadi berisi kentang goreng dan ayam goreng tandas tanpa sisa.

Leya belum kembali dari kamar mandi. Aku menyusulnya ke kamar karena khawatir dia terjatuh atau apa.

Dugaanku ternyata meleset. Setelah masuk ke kamar aku kaget. Aku melihat Cataleya di atas tempat tidur. Dia sedang membersihkannya lalu merangkak dari satu sisi ke sisi yang lain untuk merapikan sprei. Posisi tubuhnya membuat payudara Cataleya terlihat dengan jelas. Aku terpana beberapa detik lamanya. Hari masih terlalu pagi. Tapi mataku sudah disuguhkan pada pemandangan yang tak seharusnya. Masalahnya ini adalah Indonesia, bukan Amerika. Dan masalahnya lagi dia adalah istri orang.

Entah berapa lama aku terpaku menyaksikan pemandangan itu.

"Leya, nggak usah, nanti biar aku yang bersiin."

Cataleya menatap padaku sekilas sebelum memberi jawaban.

"Nggak apa-apa, Fai, ini juga udah mau selesai. Kamu kalo mau mandi ya mandi aja. Aku juga mau ke studio. Nanti kita berangkatnya bareng.”

Aku masih berdiri terpaku memandangi Cataleya. Setiap gerak-geriknya tidak luput dari tangkapan mataku.

Setelah merapikan sprei, Cataleya melipat selimut. Aku yang menatapnya dari sisi pintu dibuat termangu. Dia bagaikan seorang istri yang ...

"Fai, kenapa masih ngelamun di sana? Mandi gih. Kamu pasti belum mandi kan?"

Teguran Cataleya membangunkanku dari ketermanguan.

Cataleya melangkah ke arahku, memberi handuk di tangannya.

"Aku tunggu di depan ya," ucapnya sebelum keluar dari kamar.

Aku menjawab dengan anggukan kepala lalu melangkahkan kaki ke kamar mandi dengan pikiran tidak menentu.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Tamat

    FAINggak terasa sudah cukup lama aku dan Cataleya berumah tangga. Sejauh ini hubungan kami berjalan dengan harmonis walau ada pasang surut. Tapi setiap kali aku dan Cataleya bertengkar, senyum si kecil Xena membuat kami kembali akur. Xena menyadarkanku dan Cataleya bahwa kami sudah sejauh ini. Kami bisa bersatu seperti sekarang setelah melewati banyak rintangan dan jalan yang berliku. Jadi setelah segala perjuangan panjang itu rasanya terlalu sayang jika mengisinya dengan perpecahan dan perselisihan yang tidak penting.Xena adalah putri kecilku dan Cataleya yang saat ini sudah berumur tiga tahun.Anak itu sekarang sedang aktif-aktifnya dan hampir tidak bisa diam. Dia selalu bergerak lincah ke sana kemari dan ingin tahu segalanya. Rasa ingin tahunya terhadap sesuatu begitu besar. Mama bilang Xena seperti aku waktu kecil.Belajar dari pengalamanku dulu yang kekurangan kasih sayang Papa di awal-awal kelahiranku ke dunia, aku menghujani Xena dengan curahan kasih sayang. Aku memanjakan X

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Bersamamu Selamanya

    FAIMama dan Papa menatapku dan Cataleya heran karena kami ikut pulang ke rumah bersama mereka.“Lho, kenapa malah pulang ke rumah?” tanya Mama.“Jadi mentang-mentang udah nikah aku nggak boleh lagi pulang ke rumah ya, Ma? Jadi aku bukan anak Mama lagi nih?”"Bukannya begitu, tapi ini kan malam pengantin kalian, nggak mau stay di hotel aja memangnya?""Di rumah aja deh, Ma," jawabku menolak. "Mau di hotel atau di rumah sama aja kok.""Yakin?" Papa ikut bertanya padaku."Yakin, Pa. Lagian udah mainstream banget malam pengantinan di hotel," jawabku beralasan sambil tertawa.Mama dan Papa hanya geleng-geleng kepala tidak mengerti apa yang ada di pikiranku lalu mengajakku dan Cataleya pulang bersama mereka.Setiba di rumah kami langsung menyerbu kamar. Tak lupa menguncinya buat jaga-jaga karena dulu Cleo suka nyelonong masuk untuk menggangguku."Fai, bantuin bukain dong." Cataleya membelakangiku.Aku lalu berdiri di belakangnya. Kukaitkan kedua tanganku di perutnya. Dengan sedikit membung

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Sah

    This is the day.Hari ini adalah hari pernikahanku dengan Fai. Kami berdua menyerahkan segala penyelenggaraannya pada Daddy. Daddy lah yang mengurus, mengatur dan mewujudkan segalanya hingga acara pernikahan yang indah ini akhirnya terselenggara.Tadinya aku pikir intimate wedding yang Daddy maksud hanyalah acara pernikahan biasa yang sama seperti acara intimate wedding pada umumnya. Namun ternyata perkiraanku salah. Pesta buatan Daddy jauh lebih mewah dari yang kukira.Konsep acara buatan Daddy lebih ke acara pernikahan ala pesta kerajaan. Aku dan Fai menaiki kereta kencana yang ditarik oleh seekor kuda putih. Empat orang pengawal yang menggunakan kostum ala kerajaan mengawal kami pada sisi kanan dan kiri. Membuatku dan Fai merasa seperti raja dan ratu sungguhan.Setiba di lokasi acara kusir pun berhenti. Para orang tua kami sudah menanti.Daddy mengulurkan tangan untuk membantuku turun dari kereta. Wajahnya begitu bahagia.Setelahnya Daddy mengembalikanku pada Fai. Fai menggandengku

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Asal Jangan Fai

    CATALEYASaat Fai pulang aku langsung menyampaikan perihal kedatangan Daddy tadi dan keinginannya untuk mengajak kami dinner di rumahnya, juga mengenai pesta yang dikehendakinya.“Tadi Daddy ke sini, dia minta kita dinner di rumahnya. Katanya ingin membicarakan hal yang penting,” beritahuku.“Hal penting apa?” Fai menatapku lekat sambil melepas tali sneaker-nya.Aku mengangkat bahu. “Aku juga nggak tahu. Tapi Daddy bilang sangat penting. Kita wajib datang ke rumahnya, nggak boleh menolak. Selain itu tadi Daddy juga bilang akan mengadakan party untuk kita. Aku udah jelasin kalau itu nggak akan mungkin karena aku lagi hamil. Tapi Daddy bilang nanti cuma mau ngadain intimate wedding, jadi yang diundang hanya teman-teman dan koleganya Daddy. Gimana menurut kamu?”“Jadi nanti teman-temannya Mama dan Papa nggak diundang?”“Nggak sih. Pada awalnya Daddy mau pestanya diselenggarakan secara besar-besaran, tapi itu nggak akan mungkin. Jadi jalan tengahnya Daddy mau ngadain intimate wedding buat

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Menebus Dosa

    CATALEYA“Leya, yang ini bagus, suka nggak?”Aku memandang pada gaun putih berpotongan A line yang ditunjukkan Tante Zola padaku. Gaun itu cantik dan terkesan glamour. Modelnya yang juga strapless memperkuat kesan summer wedding.“Bagus, Tante, suka banget,” ucapku menjawab pertanyaan Tante Zola.“Cobain yuk!”Aku mengangguk setuju lalu mengikuti Tante Zola menuju fitting room setelah dia berbicara dengan penjaga butik.Selagi aku mencoba gaun tersebut Tante Zola menungguku di luar.Aku memindai diri sendiri dari puncak kepala hingga bagian paling bawah. Gaun pengantin itu kini melekat sempurna di tubuhku. Ukurannya yang longgar berhasil menyamarkan bagian perutku yang membola.Cantik. Tidak hanya gaunnya, tapi juga diriku.Karena Fai ada job hari ini maka Tante Zola yang menemaniku ke bridal butik. Beruntung kami menemukan persediaan gaun yang sesuai denganku tanpa harus memesan dulu.“Leya? G

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Daddy

    CATALEYASejak kecil aku selalu bertanya pada Mama di mana Papa karena tidak sekali pun melihatnya. Mama bilang Papa bekerja di tempat yang jauh. Namun bukan berarti jawaban itu membuatku lekas puas. Para ayah teman-temanku juga bekerja tapi mereka pulang ke rumah setiap hari. Tapi kenapa papaku tidak?Aku menginginkan momen-momen di mana aku butuh seorang ayah. Aku ingin Papa hadir mendampingi saat merayakan ulang tahun di sekolah seperti temanku yang lain. Tapi nyatanya hanya Mama yang selalu ada untukku.Sampai setelah umurku beranjak lima belas tahun dan akal sehatku sudah tidak lagi bisa menerima alasan yang terus Mama kemukakan, aku mulai menuntut Mama kenapa Papa nggak pernah pulang. Memangnya Papa mau mencari uang sebanyak apa?Mama akhirnya jujur menceritakan kisah hidupnya. Dan aku pada saat itu begitu terguncang mengetahuinya. Tapi aku belajar ikhlas dan mencoba untuk menerima keadaan. Aku selalu menyimpan foto Papa di dompetku tanpa pernah berharap akan bertemu dengannya. K

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status