Share

Cataleya

last update Last Updated: 2025-01-22 23:02:43

Tante Zoia mendelik ketika pagi ini aku mengatakan tidak bisa tinggal di rumahnya. Begitu pun dengan Om Javas yang tidak setuju aku keluar dari rumah mereka.

“Apa salahnya tinggal di sini? Om dan Tante nggak akan ngelarang atau mengekang kamu kok. Om kan juga pernah muda.”

“Bukannya gitu, Om, tapi sayang aja kalo fasilitas dari mereka nggak dimanfaatin,” jawabku mengemukakan alasan sambil nyengir.

Om Javas dan Tante Zoia akhirnya hanya bisa mengesah pasrah karena aku begitu teguh dengan pendirianku.

“Ya sudahlah, jaga diri baik-baik. Kalo lagi nggak sibuk jangan lupa main ke sini.”

“Baik, Om.”

“Kalo butuh mobil bawa aja. Mobilnya Kaka ada tuh yang lagi nganggur. Pilih aja maunya yang mana.”

“Sekali lagi makasih, Om, tapi aku dikasih mobil juga, sayang kalo dianggurin.”

Selain apartemen, Alan juga meminjamkan salah satu mobilnya padaku untuk memudahkan transportasi selama di sini. Bodoh namanya kalau sampai kutolak.

Suara klakson di depan pagar mengalihkan perhatian kami. Aku, Om Javas, dan Tante Zoia serentak memandang ke arah yang sama. Tampak di sana sebuah jeep hitam baru saja berhenti.

“Om, Tante, aku pamit dulu. Itu aku udah dijemput.”

“Hati-hati, Fai.” Om Javas dan Tante Zoia serempak menjawab. Hanya ada mereka berdua di sana sedangkan Bjorka sudah sejak tadi berangkat ke kantor. Ada meeting penting katanya.

Cataleya menyambutku dengan senyumnya saat aku membuka pintu mobil. Senyumnya itu seakan menyihir cuaca di pagi yang mendung ini menjadi cerah.

“Tadi aku pikir Alan bakalan nyuruh supir yang menjemput.”

Dia tersenyum lagi. “Nggak masalah kan kalo aku yang jemput?”

Tentu saja tidak masalah. Siapa memangnya yang akan menolak disupiri perempuan secantik, seseksi dan se-hot ini?

Eh, kenapa aku jadi memujinya?

Tapi serius, bukan hanya senyumnya saja yang mencerahkan. Namun dress berwarna ungu yang berpadu dengan kulit terangnya membuat Cataleya bagaikan bunga Cattleya yang sedang yang mekar. Dress itu begitu indah, namun hanya sampai sepaha Cataleya sehingga mengekspos dengan jelas kulitnya yang putih dan mulus. Gadis yang anggun berada di belakang kemudi sebuah jeep yang ‘gagah’ adalah definisi lain dari kata hot and powerful menurut sudut pandangku. Aku jarang melihat perempuan mengendarai jeep.

"Fai, kamu sudah sarapan?" tanyanya setelah mobil yang dikendarainya melaju sejauh dua ratus meter dari rumah tanteku.

"Sudah, tadi."

Cataleya mengangguk singkat lalu memusatkan perhatiannya pada jalan raya di depan kami. Tapi justru aku yang merasa penasaran. Sejumlah pertanyaan berputar di kepalaku mengenai pendengaranku kemarin malam.

"Cataleya ..." Aku memanggilnya.

Dia menoleh. "Just call me Leya."

"Okay, Leya,” ucapku seperti yang dia inginkan.

"Iya, kenapa, Fai?" Ada yang ingin ditanyakan?"

"Tentang semalam. Alan bilang aku fotografer pilihan kamu. Maksudnya gimana?"

Cataleya memperbaiki posisi duduknya tapi tetap saja dress-nya yang minim tidak mampu menutupi pahanya.

Pemandangan seperti ini adalah makananku sehari-hari saat di Amerika. Tapi entah mengapa Cataleya vibes nya begitu berbeda.

"Jadi waktu itu kami lagi mencari fotografer baru. Ada beberapa orang kandidat. Tapi aku mengusulkan pada Alan agar memilih kamu. Alan setuju sehingga akhirnya jadilah kamu ada di sini."

Bibirku melengkung mendengar penuturan Cataleya. Tapi bukan berarti aku langsung merasa puas atas penjelasannya. Malah pertanyaan lain tumbuh subur di benakku.

"Alasannya apa? Kenapa aku yang terpilih?" Aku yakin para kandidat lainnya memiliki jam terbang yang sudah tinggi atau malah jauh lebih tinggi.

"Karena aku tertarik setelah melihat portofolio kamu. Dan juga ..." Cataleya menggantung kalimatnya yang memancingku untuk kembali bertanya.

"Dan juga apa?" tanyaku merasa ingin tahu.

Cataleya menolehkan kepalanya padaku. Lalu bibir ranumnya bergerak melafalkan kalimat.

"You are the most handsome photographer that i’ve ever met."

Aku ingin tersenyum tapi entah mengapa mulutku terkatup rapat. Selama beberapa saat kami saling menatap sampai akhirnya Cataleya memalingkan muka, kembali fokus memerhatikan jalan raya.

Lalu aku sibuk dengan pikiran sendiri.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
ORTYA POI
Wow kesempatan dapat hal yang tak diinginkan apalagi izin suami
goodnovel comment avatar
Iin Ganis
jangan bilang nih calon² pebinor wkwkwk
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Tamat

    FAINggak terasa sudah cukup lama aku dan Cataleya berumah tangga. Sejauh ini hubungan kami berjalan dengan harmonis walau ada pasang surut. Tapi setiap kali aku dan Cataleya bertengkar, senyum si kecil Xena membuat kami kembali akur. Xena menyadarkanku dan Cataleya bahwa kami sudah sejauh ini. Kami bisa bersatu seperti sekarang setelah melewati banyak rintangan dan jalan yang berliku. Jadi setelah segala perjuangan panjang itu rasanya terlalu sayang jika mengisinya dengan perpecahan dan perselisihan yang tidak penting.Xena adalah putri kecilku dan Cataleya yang saat ini sudah berumur tiga tahun.Anak itu sekarang sedang aktif-aktifnya dan hampir tidak bisa diam. Dia selalu bergerak lincah ke sana kemari dan ingin tahu segalanya. Rasa ingin tahunya terhadap sesuatu begitu besar. Mama bilang Xena seperti aku waktu kecil.Belajar dari pengalamanku dulu yang kekurangan kasih sayang Papa di awal-awal kelahiranku ke dunia, aku menghujani Xena dengan curahan kasih sayang. Aku memanjakan X

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Bersamamu Selamanya

    FAIMama dan Papa menatapku dan Cataleya heran karena kami ikut pulang ke rumah bersama mereka.“Lho, kenapa malah pulang ke rumah?” tanya Mama.“Jadi mentang-mentang udah nikah aku nggak boleh lagi pulang ke rumah ya, Ma? Jadi aku bukan anak Mama lagi nih?”"Bukannya begitu, tapi ini kan malam pengantin kalian, nggak mau stay di hotel aja memangnya?""Di rumah aja deh, Ma," jawabku menolak. "Mau di hotel atau di rumah sama aja kok.""Yakin?" Papa ikut bertanya padaku."Yakin, Pa. Lagian udah mainstream banget malam pengantinan di hotel," jawabku beralasan sambil tertawa.Mama dan Papa hanya geleng-geleng kepala tidak mengerti apa yang ada di pikiranku lalu mengajakku dan Cataleya pulang bersama mereka.Setiba di rumah kami langsung menyerbu kamar. Tak lupa menguncinya buat jaga-jaga karena dulu Cleo suka nyelonong masuk untuk menggangguku."Fai, bantuin bukain dong." Cataleya membelakangiku.Aku lalu berdiri di belakangnya. Kukaitkan kedua tanganku di perutnya. Dengan sedikit membung

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Sah

    This is the day.Hari ini adalah hari pernikahanku dengan Fai. Kami berdua menyerahkan segala penyelenggaraannya pada Daddy. Daddy lah yang mengurus, mengatur dan mewujudkan segalanya hingga acara pernikahan yang indah ini akhirnya terselenggara.Tadinya aku pikir intimate wedding yang Daddy maksud hanyalah acara pernikahan biasa yang sama seperti acara intimate wedding pada umumnya. Namun ternyata perkiraanku salah. Pesta buatan Daddy jauh lebih mewah dari yang kukira.Konsep acara buatan Daddy lebih ke acara pernikahan ala pesta kerajaan. Aku dan Fai menaiki kereta kencana yang ditarik oleh seekor kuda putih. Empat orang pengawal yang menggunakan kostum ala kerajaan mengawal kami pada sisi kanan dan kiri. Membuatku dan Fai merasa seperti raja dan ratu sungguhan.Setiba di lokasi acara kusir pun berhenti. Para orang tua kami sudah menanti.Daddy mengulurkan tangan untuk membantuku turun dari kereta. Wajahnya begitu bahagia.Setelahnya Daddy mengembalikanku pada Fai. Fai menggandengku

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Asal Jangan Fai

    CATALEYASaat Fai pulang aku langsung menyampaikan perihal kedatangan Daddy tadi dan keinginannya untuk mengajak kami dinner di rumahnya, juga mengenai pesta yang dikehendakinya.“Tadi Daddy ke sini, dia minta kita dinner di rumahnya. Katanya ingin membicarakan hal yang penting,” beritahuku.“Hal penting apa?” Fai menatapku lekat sambil melepas tali sneaker-nya.Aku mengangkat bahu. “Aku juga nggak tahu. Tapi Daddy bilang sangat penting. Kita wajib datang ke rumahnya, nggak boleh menolak. Selain itu tadi Daddy juga bilang akan mengadakan party untuk kita. Aku udah jelasin kalau itu nggak akan mungkin karena aku lagi hamil. Tapi Daddy bilang nanti cuma mau ngadain intimate wedding, jadi yang diundang hanya teman-teman dan koleganya Daddy. Gimana menurut kamu?”“Jadi nanti teman-temannya Mama dan Papa nggak diundang?”“Nggak sih. Pada awalnya Daddy mau pestanya diselenggarakan secara besar-besaran, tapi itu nggak akan mungkin. Jadi jalan tengahnya Daddy mau ngadain intimate wedding buat

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Menebus Dosa

    CATALEYA“Leya, yang ini bagus, suka nggak?”Aku memandang pada gaun putih berpotongan A line yang ditunjukkan Tante Zola padaku. Gaun itu cantik dan terkesan glamour. Modelnya yang juga strapless memperkuat kesan summer wedding.“Bagus, Tante, suka banget,” ucapku menjawab pertanyaan Tante Zola.“Cobain yuk!”Aku mengangguk setuju lalu mengikuti Tante Zola menuju fitting room setelah dia berbicara dengan penjaga butik.Selagi aku mencoba gaun tersebut Tante Zola menungguku di luar.Aku memindai diri sendiri dari puncak kepala hingga bagian paling bawah. Gaun pengantin itu kini melekat sempurna di tubuhku. Ukurannya yang longgar berhasil menyamarkan bagian perutku yang membola.Cantik. Tidak hanya gaunnya, tapi juga diriku.Karena Fai ada job hari ini maka Tante Zola yang menemaniku ke bridal butik. Beruntung kami menemukan persediaan gaun yang sesuai denganku tanpa harus memesan dulu.“Leya? G

  • Terjerat Cinta Sang Fotografer   Daddy

    CATALEYASejak kecil aku selalu bertanya pada Mama di mana Papa karena tidak sekali pun melihatnya. Mama bilang Papa bekerja di tempat yang jauh. Namun bukan berarti jawaban itu membuatku lekas puas. Para ayah teman-temanku juga bekerja tapi mereka pulang ke rumah setiap hari. Tapi kenapa papaku tidak?Aku menginginkan momen-momen di mana aku butuh seorang ayah. Aku ingin Papa hadir mendampingi saat merayakan ulang tahun di sekolah seperti temanku yang lain. Tapi nyatanya hanya Mama yang selalu ada untukku.Sampai setelah umurku beranjak lima belas tahun dan akal sehatku sudah tidak lagi bisa menerima alasan yang terus Mama kemukakan, aku mulai menuntut Mama kenapa Papa nggak pernah pulang. Memangnya Papa mau mencari uang sebanyak apa?Mama akhirnya jujur menceritakan kisah hidupnya. Dan aku pada saat itu begitu terguncang mengetahuinya. Tapi aku belajar ikhlas dan mencoba untuk menerima keadaan. Aku selalu menyimpan foto Papa di dompetku tanpa pernah berharap akan bertemu dengannya. K

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status