Share

Bab 3. Ancaman.

Author: Any Anthika
last update Huling Na-update: 2023-09-24 15:46:27

Kinan mengetuk pintu bercat putih di hadapannya pelan. Sebelumnya ia sedikit ragu-ragu, namun akhirnya, ia memberanikan diri untuk melangkah masuk ke dalam kamar luas milik Shaka, setelah sang empunya kamar mempersilahkannya masuk. 

Shaka terbaring di atas ranjang dengan dada terbuka dan tubuhnya hanya ditutupi handuk sebatas pinggang. Kedua lengan ia lipat di belakang kepala, dan tatapannya sayu tertuju ke arah Kinan. "Tutup pintunya," pinta Shaka.

"Ditutup, Tuan? Apa tidak sebaiknya kalau dibuka saja?" Kinan berusaha menolak permintaan Shaka. 

'Memang gila pria ini!'

 

"Tutup pintunya aku bilang. Atau kamu mau aku pecat dua pembantu itu?" ancam Shaka. Mendengar ucapan sang tuan muda, Kinan terpaksa menutup pintu kamar. Namun, ia tetap berdiri di dekat pintu.

"Ada yang Tuan Muda butuhkan? Saya dengar dari Atun, Tuan meminta saya menyiapkan makanan untuk anda?" Kinan berusaha bersikap tenang. Meskipun, tidak bisa dipungkiri kalau dirinya merasa was-was.

"Kenapa berdiri di situ. Sini mendekat." Shaka melambaikan tangannya.

 

"Tidak. Saya di sini saja."

"Kalau kamu nggak nurut, aku pecat sekarang juga Atun dan Bi Imah."

Kinan menghela napas berat. Ia tahu Shaka tidak pernah main-main dengan ucapannya. Nyonya Rose pun pernah bercerita, jika Shaka menginginkan sesuatu, maka ia harus memilikinya. Dan Shaka adalah orang yang tidak segan-segan melakukan hal tak terduga saat keinginannya tidak terpenuhi. 

Shaka tersenyum melihat Kinan mulai berjalan mendekatinya. Gadis itu sudah berbalut piyama yang dilapisi dengan sweater. Rambut panjangnya dikuncir kuda sembarang dan wajahnya terlihat cantik alami.

"Duduk," pintanya.

"Maaf, Tuan ... ada yang perlu saya bantu? Saya dengar dari Atun, Tuan minta saya membuatkan makanan?" Kinan tidak menuruti permintaan Shaka. Dia berdiri saja di ujung ranjang.

 

"Tadinya, iya. Cuma, aku berubah pikiran. Kamu temani aja aku malam ini."

Sepasang mata indah Kinan membulat. "A-apa maksud Tuan dengan menemani?"

 

Shaka menepuk-nepuk ruang kosong di sampingnya. "Temani aku di sini. Masa kamu nggak ngerti?" 

Dada Kinan seketika bergemuruh menahan amarah. Shaka pikir dirinya perempuan murahan. Benar-benar kurang ajar. Namun, Kinan tetap berusaha bersikap tenang dan tidak terpancing amarah.

"Maaf, Tuan Muda ... saya rasa Tuan salah paham. Saya bukan wanita seperti itu. Saya bekerja di sini untuk merawat nenek Tuan."

"Kamu mau minta bayaran berapa? Aku penuhi."

Kinan mengepalkan tangan geram. Ingin rasanya menghajar pria kurang ajar yang terbaring di atas ranjang dengan seringai nakalnya yang menyebalkan itu.

 "Tuan Muda, maaf ini sudah hampir jam sepuluh malam, dan ini di luar jam kerja saya. Saya permisi." Kinan memutar badan hendak melangkah menuju pintu, namun tiba-tiba Shaka meraih tangannya, dan menarik gadis itu hingga terjatuh ke atas ranjang. 

Posisi Shaka kini tepat berada di atasnya. Bau alkohol bercampur parfum mahal menyeruak memenuhi rongga hidungnya. 

"Auch!" pekik Shaka saat ia merasa ada sesuatu yang menghantam area intimnya. Nyeri bukan main, sehingga terpaksa ia melepaskan kungkungannya terhadap Kinan.

Ia pegangi area selangkangan dengan kedua tangan sambil meringis kesakitan dan memaki.

 

"Maaf, Tuan ... saya permisi." Kinan buru-buru bangkit dan berlari keluar kamar. 

Jantungnya berdetak kencang. Dia buru-buru masuk ke dalam kamarnya yang terletak tidak jauh dari kamar Nyonya Rose, lalu menguncinya.

 

"Ya, ampun," ucapnya dengan napas tersengal. Dia tadi baru saja menghantamkan lututnya pada area intim Shaka. Dan apa yang hendak Shaka lakukan padanya, apa pria itu ingin memerkosanya?

Kinan meraup wajah kasar. Tiba-tiba ia teringat Atun dan Bi Imah. Ia begitu khawatir dengan nasib keduanya.

Jangan-jangan Shaka benar-benar akan memecat mereka. Apalagi dengan apa yang baru saja ia lakukan pada cucu majikannya itu. Akhirnya, hampir semalaman ia tidak bisa tidur. Selain takut Shaka akan mendatanginya ke kamar, juga cemas pemuda itu akan mewujudkan ancamannya.

Pagi-pagi, pintu kamar Kinan diketuk seseorang pelan. Kinan yang merasa baru tidur beberapa menit saja terkesiap. Ia melompat dari atas tempat tidur dan segera menuju ke arah pintu.

Begitu pintu terbuka, ia melihat Atun dan Bi Imah berdiri di sana dengan masing-masing membawa tas ransel besar. Wajah keduanya tampak sedih.

"Loh, kalian mau ke mana?" Kinan berharap ketakutannya tidak pernah terjadi.

"Kami dipecat, Mbak." Suara Atun terdengar lemas. Sementara Bi Imah tertunduk lesu.

"Serius?" Kinan menepuk kening. Apa ini semua karena dirinya yang tidak mau menuruti permintaan gila Shaka.

 

"Yang memecat kalian siapa?"

"Tuan Muda." Atun dan Bi Imah menjawab bersamaan.

Sudah Kinan duga. Pria itu benar-benar melaksanakan ancamannya. Dan ini semua gara-gara dirinya. Kinan tidak bisa tinggal diam. Ia harus melapor pada Nyonya Rose. 

"Kalian tunggu di sini, ya ... aku mau bicara dengan Nyonya."

Kinan bergegas menuju kamar Nyonya Rose. Wanita itu sedang membaca buku di atas tempat tidur. Melihat kedatangan Kinan, Nyonya Rose tersenyum senang. 

"Pagi sekali kamu ke kamarku, Kinan. Aku belum membutuhkan apa pun."

Gadis itu menelan saliva untuk melicinkan tenggorokan. Ia mendekati Nyonya Rose dan duduk di tepian ranjang.

"Nyonya  saya ingin bicara."

"Bicara apa, Kinan?" Nyonya Rose keheranan melihat Kinan yang tampak tegang. 

"Begini, Nyonya ... Tuan Muda Shaka telah memecat Atun dan Bi Imah," tutur Kinan hati-hati.

 Ia memang harus menyusun kata dengan serapi mungkin, agar Nyonya Rose yang memiliki riwayat jantung, tidak syok.

"Kenapa lagi anak itu?" Nyonya Rose menggeleng pelan. "Kenapa dia seenak-enaknya memecat Atun dan Bi Imah?" 

Kinan menghela napasnya pelan sebelum menjawab pertanyaan Nyonya Rose. Tentu ia harus mengarang cerita tentang alasan Shaka memecat dua asisten rumah tangga itu.

Jika ia ceritakan yang sebenarnya, ia yakin wanita itu akan sangat terkejut dan khawatir akan berakibat buruk pada jantungnya.

"Begini, Nyonya ... sebenarnya, semua salah saya. Semalam Tuan Muda menyuruh Atun dan Bi Imah meminta saya untuk memasak makan malam. Tapi, saya menolak karena saya merasa itu bukan tugas saya."

Nyonya Rose mendecak sebal. "Anak itu benar-benar keterlaluan!" Nyonya Rose tidak membela Shaka sama sekali. Wajah wanita tua itu justru terlihat kesal, yang tentunya kekesalannya tertuju pada sang cucu. 

"Kamu sudah benar, Kinan. Memasak memang bukan tugasmu. Anak itu memang cari masalah saja. Kamu tidak perlu khawatir. Biar aku urus semuanya. Aku akan menegur Shaka."

Kinan menghembuskan napas lega. Nyonya Rose memang wanita yang baik. Bahkan sejak pertama Kinan menginjakkan kaki di rumah ini, ia menyambut gadis itu dengan senang hati.

Sementara itu di ruangan kantornya yang luas dan nyaman, Shaka tidak sendiri. Di pangkuannya, seorang wanita cantik dengan rambut bergelombang yang dicat kecoklatan, bergelayut manja mengalungkan lengan di lehernya. Bibir keduanya beradu dengan panas. 

Saling menyesap, menggigit dan bertukar saliva penuh gairah. Namun, adegan keduanya harus terhenti saat ponsel di meja berdering nyaring.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Cinta Sang Tuan Muda   Bab 174. Bayi Azkayra.

    Hari itu, Azkayra sudah di perbolehkan pulang oleh Dokter Lisa. Perawatan akan di lanjutkan di Rumah utama. Dengan sangat bahagia Hanzero berkemas di bantu Arwan dan juga Berlinda.Ia terus mendekap sang Hanz Juniornya dengan tatapan mesra pada mata jagoan ciliknya yang mungil itu.Setelah semua siap,mobil mereka pun segera meninggalkan Rumah Sakit itu perasaan yang begitu bahagia.Hanz duduk di jok belakang bersama Azka dengan memangku sang buah hatinya, sementara Berlinda duduk di depan bersama Arwan yang mengemudi.Tak lama setelah melintasi jalan aspal hitam itu, mobil mereka telah memasuki halaman luas milik Rumah Utama keluarga Samudra. Di sambut puluhan penjaga dan juga pelayan dengan ucapan Selamat yang menggebu dari mulut mereka mengelu-elukan Calon Tuan muda mereka. Hanz menuruni mobil dengan senyum lebar menatap mereka.Hanz mengulurkan sang buah hati nya kepada Berlinda yang dengan sigap mengambil alih menggendong tuan muda kecil nya. Sementara Hanz membopong istri nya u

  • Terjerat Cinta Sang Tuan Muda   Bab 173. Kelahiran.

    Peluh sudah membasahi wajah dan seluruh tubuh Azkayra, rasanya ia sudah tidak tahan lagi . Namun lagi-lagi Dokter Lisa mengucapkan kata sebentar lagi, karena memang pembukaan belum sepenuh /nya terjadi.Di ruang lain ,Hanzero terus meringis kesakitan. Tapi kali ini, entah mendapat kekuatan dari mana ia berusaha sekuatnya untuk menahannya dan mencoba bangun."Berlinda , kemarilah." ucapnya.Berlinda segera mendekati Tuannya yang sudah duduk di tepi ranjang."Lebih mendekat.!"Berlinda masih dengan kebingungan makin mendekatkan kakinya lagi."Bantu aku berjalan. Aku harus menemui Nona.!" ucap Hanz segera meraih pundak Berlinda."Tuan, anda sedang sakit, Dokter sebentar lagi datang. Suster sedang memanggilnya." cegah Berlinda."Tidak Berlinda, aku harus mendampingi Nona. Pasti dia sedang kesakitan yang lebih dari aku. Ayo Berlinda..! Mumpung sakit ini sedikit berkurang." Hanz langsung berdiri dengan berpegangan pada pundak Berlinda.Mau tidak mau, dengan perasaan sungkan Berlinda akhirny

  • Terjerat Cinta Sang Tuan Muda   Bab 172. Panik.

    Hanzero masih saja berguling di atas kasur sambil terus merintih. Sakit perut yang di alaminya bukan hanya biasa , namun lebih dari sekedar sakit perut biasa, mules tingkat tinggi dan kram. Sebentar menghilang dengan sendirinya dan sebentar akan datang kembali lebih sakit dari yang pertama,. Rasanya seperti diremas, dan pinggangnya pun terkadang sakit luar biasa.Sementara Azkayra hanya bisa kebingungan melihat suaminya kesakitan."Hanz,.!" Azka sudah meneteskan air mata."Azka, mana Arwan..? Sakit Azka , aku tidak tahan...!" Hanz yang biasanya selalu kuat menahan rasa sakit, kali ini benar-benar harus merintih menahannya."Sabar ya, sebenar lagi Arwan kemari. Dia sedang menyiapkan mobil." jawab Azka terus mengurut perut Hanz."Azka, aku ingin ke kamar mandi lagi." Hanz merangkak menuruni Ranjang."Biarku bantu Hanz," ucap Azka."Tidak tidak, aku masih kuat. Sakitnya berkurang." sahut Hanz, dengan memegangi pinggangnya mirip seorang kakek-akek osteoporosis ia berjalan tertatih ke kam

  • Terjerat Cinta Sang Tuan Muda   Bab 171. Mules tapi tidak diare.

    Hanzero masih terus berkutat dengan perut Azkayra yang sudah sangat membuncit.Hari ini kandungan istrinya sudah memasuki bulan kesembilan, walau pun baru memasuki dan belum penuh sembilan bulan, namun Hanzero sudah menyiapkan segala sesuatunya. Semua keperluan bayinya pun di siapkan olehnya sendiri. Dari tempat tidur dan seluruh keperluan bayi.Dengan panduan buku , ia bisa mengetahui semua apa yang di butuhkan bayi setelah lahir."Hanz, menurut lmu bayi lmu ini akan laki-laki apa perempuan.?" tanya Azka malam itu."Laki-laki ." jawab Hanz dengan mantapnya."Dari mana kamu tau?" Azka menyerngitkan dahinya."Entahlah, tapi aku begitu yakin." jawab Hanz lagi."Karena kamu menginginkan anak laki-laki.?""Tidak juga, aku malah ingin perempuan. Tapi aku selalu bermimpi menggendong anak laki-laki." jawab Hanz mendekati istrinya ."Laki-laki atau perempuan sama saja Azkayra. Aku akan sangat senang menyambutnya. Asal jangan kembar saja." ucap Hanz."Kenapa kalau kembar ?""Aku tidak tega me

  • Terjerat Cinta Sang Tuan Muda   Bab 170. Tahu bunting.

    Masih dengan penderitaan yang belum berubah, malah terkesan lebih sengsara, namun membuat Hanzero semakin bersemangat menghadapinya.Meski kadang lelah menggerogoti tulangnya, tapi rasa bahagia menepis kelelahannya. Ia bahkan semakin sabar dan telaten dalam menghadapi masa masa ngidam Azkayra yang baginya menjadi kekuatan tersendiri untuk nya itu.Kulit mulus Azka yang terlihat semakin indah di mata Hanz, namun badan Azka sedikit lebih kurus di banding hari hari sebelum ia di positif kan hamil. Mungkin karena Azka terus memuntahkan asupan gizi yang setiap saat menyinggahi perutnya.Sore itu, Hanz terus menatap perut istrinya yang nampak datar dan belum terlihat membuncit itu. Dalam hati nya ,ia tidak sabar menantikan kapan perut indah itu akan membesar?Ia melangkah menghampiri," Azka, malam ini kamu ingin makan apa.?" mengelus perut istirnya."Tidak ada." jawaban singkat dari Azka tanpa mempedulikan si pemberi pertanyaan."Jangan begitu. Kamu harus punya keinginan.""Hah, kenapa mema

  • Terjerat Cinta Sang Tuan Muda   Bab 169. Ngidam Part 2

    Hanzero tetap saja melangkah menuruni tangga untuk mencari buah strawbery putih yang minta istri nya, padahal ia sendiri masih ragu, Apa ada?"Arwan.!" sempat terkejut ketika menatap Arwan sudah di depan pintu."Tuan, anda mau kemana.?""Kebetulan kamu sudah pulang, ayo ikut aku." Hanz bersemangat, setidaknya ada teman untuk berbagi pusing.Tanpa bertanya Arwan pun mengikuti langkah tuannya dan membuka kan pintu mobil."Kemana ini l, Tuan.?" tanya Arwan masih menginjak gas."Huh.!" menghela nafas."Tuan," Arwan menoleh."Ah, kemana saja . Yang penting bisa mendapatkannya.""Mendapatkan apa Tuan.?" Arwan bingung dengan ucapan Hanz."Arwan, apa ada buah strawberry berwarna putih? Kamu pernah melihatnya ? Mendadak Nona menginginkannya.""Ada, Tuan." spontan Arwan menjawab."Hei, aku sedang tidak bercanda!" Hanz mengira Arwan mengada-ngada."Ada Tuan, serius. Saya pernah melihatnya di internet. Kalau tidak salah, itu tanaman liar dari Amerika Selatan." jawab Arwan."Yang benar saja , apa

  • Terjerat Cinta Sang Tuan Muda   Bab 168. Ngidam part 1.

    Hanzero masih terus menggenggam tangan istrinya dan mengusap wajah Azkayra yang terlihat pucat itu. Sesekali melirik pintu."Kenapa Dokter Lisa lama sekali ya.?" gumamnya.Baru saja Hanz bergumam, Berlinda sudah membuka pintu dengan dokter Lisa di belakangnya. Dengan sedikit tergesa Dokter Lisa menghampiri ."Maaf Tuan, sedikit terlambat. Jalanan macet." ucap Dokter Lisa ."Tolong periksa Nona Azkayra, dia terus mual dan muntah." sahut Hanz tak ingin berbasa basi.Dokter Lisa menagangguk, sementara Hanz langsung beranjak menjauh.Dokter Lisa pun langsung memeriksa Azka.Hanz duduk menunggu dengan cemas, begitu juga dengan Berlinda, masih saja berdiri di sudut ruangan itu.Lama Dokter Lisa memeriksa Azka, dan akhirnya menghampiri Hanz."Tuan,""Bagaimana keadaan Nona, apa sakitnya parah?" tanya Hanz spontan saat mendengar Dokter Lisa memanggilnya.Dokter Lisa tersenyum."Nona Azkayra baik-baik saja Tuan,!""Baik-baik saja bagaimana.? Bahkan dia tadi sempat pingsan!" pekik Hanz ."Tuan,

  • Terjerat Cinta Sang Tuan Muda   Bab 167. Menggagalkan ide.

    Hanzero masih memeluk istrinya dengan erat, namun entah mengapa, perasaan Azkayra yang biasanya selalu damai jika berada di pelukan suaminya kini seperti tak di rasakannya.Gelisah, ya kata itu yang tepat untuk suasana hati Azkayra saat ini.Ide gila, hah.! Sungguh kah ia harus mengatakan itu pada Hanz.?Huh, berat rasanya Azka untuk memulai ucapannya. Tapi itulah satu-satunya caranya agar kegelisahannya berakhir.Apa Hanz akan setuju,? Apa Hanz akan menurutinya kali ini.? Benarkah jalan ini yang harus mereka tempuh.?Lagi-lagi Azka berperang dengan pikiran nya.Kembali Azka menimbang."Azka, katakan padaku apa yang ingin kamu bicarakan? Hari ini aku milikmu sepenuhnya. Waktuku akan kupersembahkan untukmu." ucap Hanz masih dalam posisi memeluk pinggang istrinya."Hanz , aku.. Em, kamu tidak akan marah jika aku mengatakannya.?""Tidak Azka, asal itu masuk akal. Katakan saja." jawab Hanz, sudah menangkap hal lain dari istrinya.Azka memutar tubuhnya, menatap dalam mata suaminya. Kedua t

  • Terjerat Cinta Sang Tuan Muda   Bab 166. Kegelisahan.

    Kini Hanzero tidak lagi banyak menuntut istrinya, dan Azkayra bisa sedikit leluasa untuk sekedar memasak yang memang sudah menjadi impian nya itu. Ia pun sudah sering pergi belanja walau pun harus tetap dengan pengawalan yang super ketat.Namun setidak nya Azka bisa menikmati hari hari nya dengan keceriaan.Hanz pun tersenyum melihat senyum kebahagiaan istrinya yang selalu berkembang mengawali pagi nya dan menyambut nya pulang dari Kantor.Rasa cinta dan sayang nya pun semakin meluap pada istri nya.Waktu terasa cepat berjalan, bulan kini sudah berganti tahun .Tak terasa setahun sudah usia pernikahan mereka.Kebahagiaan dan masa tenang mereka pun kini terusik oleh perasaan khawatir Azka, karena ia tak juga kunjung hamil.Padahal program hamil sudah di lakukan dengan sempurna, belum lagi cara cara lain seperti terapi, ramuan penyubur kandungan bahkan Azka pernah pergi ke Mbah Mbah untuk meminta jampi jampi kuno yang di yakini bisa menolong nya tanpa sepengetahuan Hanz.Hingga akhirnya

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status