Share

Terjerat Cinta Wanita 80 Kg
Terjerat Cinta Wanita 80 Kg
Penulis: Arti@Shiyoriko

Bab. 1

Di sebuah rumah termewah di antara rumah mewah yang lain. Dua orang sepasang suami istri sedang berembug tentang bagaimana cara untuk membuat anaknya menyadari kesalahan dan menjadi sosok yang lebih bertanggung jawab. Sang ayah sudah merasa kewalahan selalu dimintai tanggung jawab atas kerusakan yang dilakukan oleh anaknya.

"Tidak, Dad. Mana mungkin Rex mau menerima gadis itu. Dady tahu jika Rex seorang pemuda perfeksionis, seleranya tinggi. Wanita yang menjadi istrinya adalah sosok wanita yang cantik, anggun, dan bertubuh langsing layaknya biola Spanyol. Sedangkan Ambar anak juragan Danur, daddy tahu sendiri 'kan?" ucap Denisa --Ibu Rexy.

"Honey, kau jangan terlalu memanjakan Rex. Itu tidak baik untuknya. Dia harus belajar menerima apa yang tidak dia sukai. Hidup ini haruslah bisa seimbang, Honey. Tidak selalu sempurna. Bagaimana Rex akan bisa melalui ujian hidupnya jika kau selalu membuatnya berada di zona nyaman. Kita tidak akan bisa selalu ada untuknya, umur kita terbatas. Aku tahu kau ingin yang terbaik untuk Rex, tapi ingatlah caramu menyayangi akan membinasakannya," ucap Jhony dengan nada serius.

Denisa menghela napas, dia berpikir bahwa apa yang dikatakan suaminya itu adalah benar.

"Aku hanya ingin yang terbaik untuk Rex. Mungkin cara mas ada benarnya juga. Kita harus membuat Rexy bisa lebih dewasa. Mas, bisa menghubungi juragan Danur." Denisa meminta sang suami menghubungi Danur-ayah Ambarita gadis dengan berat badan hampir 100kg.

Suasana di kamar mewah sang pemilik Duta Corps itu menjadi lenggang. Masing-masing tenggelam dalam pikiran masing-masing. Sang ayah memikirkan masa depan anak dan perusahaannya sedangkan sang ibu sibuk memikirkan bagaimana sang anak bisa bahagia.

Triing ....

Ponsel Jhon Anderson sang presiden direktur Duta Corps berdering. Ada panggilan dari sekretarisnya.

"Maaf, Tuan. Kami mendapat laporan jika tuan Rex mabuk di club malam. Dia sedang mengamuk menghancurkan semua yang ada di club itu," ucap sang sekretaris dengan nada panik.

Netra Jhon membulat sempurna, lagi-lagi dia mendapatkan laporan yang tidak mengenakan dari sang anak. Terakhir kali Rex membikin onar sebuah cafe gegara wanitanya meminta putus dari Rex. Sifatnya yang dingin membuat para wanita yang sudah serius dengan Rex, tiba-tiba memutuskannya. Mereka tidak betah dengan sikap Rex yang posesif dan kekanakan.

"Bodoh! Anak itu bikin ulah lagi, sampai kapan dia begitu, selalu melampiaskan amarah dengan merusak barang!" Jhon merasa kesal dengan Rex, sudah ratusan juta dia keluarkan hanya untuk ganti rugi pada pemilik cafe dan club' malam.

"Ada apa, Dad? Apa Rex bikin ulah lagi?" tanya Denias yang terkejut dengan suaminya yang marah -marah.

"Siapa lagi kalau bukan anak kesayanganmu yang bikin ulah! Kali ini dia ngamuk di club malam. Entah berapa juta lagi harus Dady keluarkan untuk ganti rugi. Sampai kapan Rex akan belajar untuk dewasa. Sifat kekanak-kanakannya itu bisa membuat bisnis kita lama-lama bangkrut, Honey!" geram Jhon merutuki perbuatan sang anak.

"Baiklah, Dad. Mommy menyerah saja, terserah kau mau apakan itu anak. Aku sudah tidak sanggup lagi menghadapinya!" Denisa pasrah pada sang suami, dia sudah putus asa, bagaimana mengubah sifat sang anak.

"Ini tidak bisa kita diamkan lagi. Dady akan memberi pilihan pada Rex, dia akan mau menikah dengan gadis pilihan dady dan melanjutkan kepemimpinan di Duta Corps atau memilih hidup menggembel di jalan sana!" Jhon sudah memutuskan apa yang harus Rex pilih.

"Ya sudahlah, Dad. Mommy ikut saja semua yang dady lakukan untuk kebaikan Rexy. Hanya saja, mommy minta dady jangan terlalu kejam pada Rexy," ucap Denisa yang pada akhirnya menyerah pada keputusan sang suami.

Jhon mengambil napas dalam-dalam, dia merasa kali ini harus bertindak tegas pada anak lelaki satu -satunya itu.

"Baiklah, dady harus segera menjemput Rexy. Takutnya nanti mereka membawa Rexy ke kantor polisi. Jika sudah begitu maka hancur sudah reputasi Duta Corps." Jhon bergegas memerintahkan sang supir untuk menyiapkan mobil dan mengantarkan Jhon menuju Club' malam itu.

"Hati-hati, Dad," seru Denisa mengiringi kepergian sang suami.

"Ah, anak itu kapan akan sadar dengan kelakuannya yang kekanakan! Semoga rencana dady bisa berhasil mengubah Rexy menjadi sosok yang bisa lebih dewasa," ucap Denisa di dalam hati mendoakan sang anak.

***

Di Club.

"Tuan muda, tolong Anda jangan emosi. Lihat sudah berapa meja yang anda pecahkan dan berapa gelas yang sudah tidak berbentuk lagi, Tuan!" Zion sang sekretaris berupaya menenangkan sang majikan yang tengah mengamuk hanya lantaran seorang gadis.

"Minggir kau, Zion! Jangan menghalangiku, jika kau tidak ingin tidur di rumah sakit!" pekik Rexy yang masih emosi.

Braaak!

Rexy membanting sebuah kursi dan mengenai meja kaca yang ada di depannya.

"Nona! Pergilah, jangan ada di sini, kehadiran Anda hanya akan membuat tuan Rexy semakin marah!" Ucap sang pemilik club' meminta wanita yang menggoda Rexy untuk pergi.

Zion pun juga minggir dari pada tubuhnya ikut remuk seperti gelas dan meja. Tubuh Rexy memang kuat, dia terbiasa latihan Yudo dan Wushu. Tidak ada yang berani mendekat jika Rexy sedang diselimuti amarah yang memuncak.

Rexy mengamuk karena ada salah satu pelayan yang sengaja membuat dirinya marah. Pelayan dengan baju seksi dan menarik mata para hidung belang itu dengan sengaja merayu Rexy dengan menyentuh bagian sensitif Rexy tanpa permisi terlebih dahulu.

"Maafkan, pelayan kami, Tuan. Kami akan memecatnya segera, tolong ... Jangan membuat usaha bisnis saya hancur!" ucap sang pemilik club' memohon dengan sangat. Namun hal itu tidak bisa membuat Rexy mereda. Apa yang dilakukan oleh pelayan itu baginya adalah hal yang memalukan, harga diri Rexy jadi terhina.

Semua hanya bisa melihat dan berbisik mencela perbuatan Rexy yang sudah merugikan club' malam itu. Para security pun tidak ada yang berani mendekat, hanya satu orang yang ditakuti oleh Rexy yaitu sang ayah.

"Rexy ... hentikan!!" suara menggelegar memanggil nama Rexy. Sontak Rexy menghentikan gerakannya yang ingin menghancurkan kursi.

Glek!

Rexy menelan kasar ludahnya. Dari arah pintu masuk, tertangkap oleh netra Rexy, ayahnya berjalan menuju ke arahnya.

"Daddy?!" pekik Rexy terkejut melihat sang ayah yang datang dengan raut wajah yang sudah tidak enak untuk dilihat.

Jhon dengan diikuti sekretaris dan anak buahnya yang lain mengambil kursi yang masih terselamatkan dari amukan Rexy. Wajah Rexy sudah memucat, kali ini dia tidak bisa menghindar lagi dari amarah sang ayah.

"Duduk, Rex!" titah Jhon pada anaknya. Rex pun patuh, dia duduk di kursi yang hendak ia hancurkan.

"Dady sudah tidak sanggup lagi harus selalu mengganti semua kerusakan yang kau ciptakan. Mulai sekarang kau harus mengganti dengan uangmu sendiri semua yang kau hancurkan."

"Tapi, Dad ...." ucap Rex terpotong.

"Tidak ada tapi-tapian, Rex. Jika kau tidak punya uang maka kau harus mau menandatangani surat perjanjian ini. Dion, berikan surat itu pada Rexy. Biar dia baca, jika dia tidak mau menandatangani, kita segera pergi dari tempat ini, biar dia yang membayar semua kerusakan yang ia ciptakan," perintah Jhon pada Dion sang sekretaris.

Dion melangkah mendekati Rexy sambil membawa berkas surat perjanjian yang harus Dion tanda tangani.

"Silakan, Tuan Muda." Dion memberikan berkas beserta bolpen pada Rexy.

"Dad, mengapa kertas ini kosong? Dady tidak menulis kesepakatan yang harus Rexy tanda tangani?" tanya Rexy terheran menatap lembar kosong yang harus dia tanda tangani.

"Maaf, Dady belum sempat mengisinya karena tadi terburu harus datang ke sini. Kamu tanda tangani saja dulu, nanti kita bicarakan lagi. Waktu Dady di sini tinggal sedikit, kalau kamu tidak mau menandatanganinya ya sudah, Dady akan pergi dari tempat ini," ucap Jhon santai tanpa menatap ke arah Rexy.

Rexy terbengong sekaligus bingung akankah dia akan menandatangani surat perjanjian itu. Namun, Rex juga berpikir siapa yang akan membayar semua ganti rugi kafe ini. Rex mengambil napas dalam-dalam, dia pun mengambil pena yang masih dibawa oleh Dion lalu menandatangani kertas kosong itu.

"Dion, berikan pada daddy!" Rex memberikan map itu pada Dion. Setelah Dion memeriksa ulang, diserahkannya map itu pada majikannya--tuan Jhon.

Jhon tersenyum menyeringai melihat tanda tangan sang anak sudah tertempel indah di berkas itu. Jhon pun bangkit, lalu berkata pada Dion. "Dion kau urus semua biaya ganti rugi yang harus kita bayar. Dan kau Rex, cepatlah pulang. Besok kau akan dady ajak menemui seseorang."

Rex membulatkan matanya mendengar perintah sang ayah. Dia hanya mengangguk pasrah karena dirinya kini sedang dalam kekuasaan sang ayah.

Malam pun semakin mendekati ujungnya, Rex dan temannya pun sudah kembali ke rumah masing-masing.

Rex membalik bantalnya, dia belum bisa terpejam sedari pulang dari club itu.

"Kira-kira apa yang ingin dady lakukan padaku? Mengapa hatiku risau begini? Apa benar yang dikatakan Felix tentang keinginan daddy?" gumam Rexy mengingat kembali perkataan Felix-sahabatnya.

"Rex, aku yakin pasti dady-mu punya rencana besar. Tidak mungkin beliau memintamu untuk menandatangani kertas kosong. Aku yakin pasti ada maksud tersembunyi dari dady-mu itu," ucap Felix saat Rex akan meninggalkan Club malam itu.

"Sssh ... Argh!! Pokoknya aku tidak mau dady mengatur hidupku! Aku ingin menjadi sosok yang bebas!" Rex membuang semua bantal yang ada di tempat tidurnya. Dia berulang kali mengubah posisi tidurnya agar bisa tidur nyenyak, akan tetapi tetap juga Rexy tidak bisa tidur.

"Siiial ...! Kenapa jadi tidak bisa tidur! Sebenarnya apa yang direncanakan oleh daddy! Seharusnya tadi aku tidak tanda tangan!" gerutu Rexy sembari membalik badannya menjadi tengkurap.

***

Matahari terbit dengan sinarnya yang menghangatkan seluruh bumi. Tubuh Rex masih bergelung nyaman di selimutnya.

Sementara itu di kamar Jhon, dia tengah asyik berbincang dengan juragan Danur.

"Baiklah, kawan. Aku akan datang ke rumahmu nanti agak siang. Aku yakin Rex belum bangun. Anak itu memang sesuka hatinya. Aku harap dengan perjodohan kita ini, dia bisa berubah."

"Okey, aku akan kabari lagi saat berangkat nanti."

"Baiklah, tunggu kami. Semoga anak kita berjodoh."

Klik.

Jhon menutup panggilannya dan kembali menyeruput tehnya.

"Dad, semua sudah daddy persiapkan? Bagaimana kalau Rex kabur?" tanya Denisa pada sang suami.

Jhon tersenyum melihat sang istri yang begitu mengkhawatirkan anaknya.

"Kau tenang saja, Rex tidak akan menolak kali ini. Percayalah padaku, semua sudah aku persiapkan dengan baik. Kau hanya dukung suamimu, jangan pernah merasa lemah di depan anakmu nanti. Semua demi kebaikannya di mas depan." Jhon memeluk sayang pada sang istri. Menenangkan Denisa agar tidak terlalu khawatir dengan sang anak.

Jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Jhon datang ke kamar Rex untuk membangunkan sang anak. Jhon menarik kasar selimut yang menutupi sang anak.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status