Share

Bab. 4

Wanita tua dengan penampilan serba mewah itu mendekat ke arah Rexy dan Ambar yang duduk di pelaminan.

"Rexy, selamat grandma ucapkan, jangan sampai kau menyakiti wanita ini jika kau masih ingin mendapatkan warisan dari grandma!" ucap wanita tua itu dengan tersenyum miring.

Glek!

Rexy menelan kasar ludahnya. Tidak menyangka jika sang nenek malah mendukung wanita big size itu dibandingkan dengan cucu kandungnya sendiri.

"Tapi, Grandma?! Rexy ini cucu Grandma, mengapa grandma tidak membela Rexy, tapi malah mendukung Buldozer ini!" protes Rexy terlihat kesal dan tidak terima jika nenek yang ia harapkan bisa membebaskan dirinya dari neraka pernikahan ini, ternyata tidak bisa diharapkan.

"Tidak ada tapi-tapian, Rexy! Jalani pernikahan kalian dengan baik, jika tidak satu peser pun tidak akan grandma berikan padamu. Kalau perlu grandma coret dari daftar ahli waris grandma. Apa kamu paham?!" seru wanita tua itu dengan tegas.

Rexy tidak bisa menggugat atau minta bantuan lagi karena sang nenek sudah berkata seperti itu. Terpaksa Rexy harus menerima pernikahannya dengan wanita yang serba big size ukuran tubuhnya itu.

Denisa yang melihat anak lelaki satu-satunya itu diperlakukan tidak adil oleh mertuanya, mengepalkan kedua tangannya. Wajah Denisa merah padam, impiannya mendapatkan menantu yang cantik dan seksi seperti model pupus sudah.

"Aku tidak akan membiarkan Rexy menderita lebih lama lagi. Aku terlalu bodoh mengikuti keinginan mas Jhon. Aku kira menantuku itu cantik dengan body yang tidak memalukan seperti gadis itu! Ternyata semua hanya mimpi yang tidak pernah akan terwujud!" gumam Denisa menghela napas panjang.

***

Hari pun berlalu, Rexy tinggal satu rumah dengan Ambar di rumah orang tuanya.

"Heh, Buldozer! Cepat bagi makanan mu untukku! Perutmu sudah segede balon udara, kenapa kau masih doyan makan juga, hah! Lebih baik, diet jangan banyak makan?" ucap Rexy ketika melihat Ambar makan sepiring penuh. Rexy mengejek dan mengatai Ambar dengan kasar.

"Tapi, Mas ... Aku sedari pagi belum sarapan! Aku sangat lapar sekali," ucap Ambar enggan menghentikan makannya.

Rexy menghampiri Ambar dan merebut piring yang ada di meja depan Ambar.

"Badan Lo itu sudah segede tong sampah depan rumah itu! Harusnya bersyukur makanan mu aku ambil! Dengan begitu kamu bisa diet! Gak gendut lagi!!" ejek Rexy dengan mengeluarkan kata-kata yang sangat menyakitkan hati Ambar.

Ambar hanya bisa menelan kasar ludahnya, dia tidak berani melawan Rexy. Ambar berdiri dan ingin ke kamar mandi untuk mencuci muka dan sedikit membasahi tenggorokannya yang kering.

Bruuk!

"Heh, dasar gendut! Jalan lihat -lihat, sempit gak! Badan dah segede galon, jalan gak pakai mata! Oh lupa, kau pakai kacamata ya? Ganti pakai kaca mata kuda sana, sudah pakai kacamata masih saja nabrak orang!!" seru Denisa yang tidak sengaja menabrak tubuh Ambar.

Ambar menunduk takut tidak berani menatap sosok wanita yang menjadi penguasa rumah yang ia tempat saat ini. Walau tidak bisa dipungkiri, sebagai menantu dia ingin juga disayang oleh mertuanya.

"Ma ... Maaf!" Hanya kata itu yang terucap di bibir mungil Ambar. Meskipun Ambar memiliki badan yang melebar ke samping, tapi Ambar memiliki wajah yang cantik alami. Mata bulat dengan bulu mata lentik, hidung mancung dan bibir mungil. Hanya saja semua itu tertutup oleh badan gemuknya.

Bukan karena Ambar gemuk dari sejak dia lahir, akan tetapi karena dirinya semenjak berusia 11 tahun rutin konsumsi obat syaraf. Ambar di usia itu mengidap epilepsi. Obat syaraf yang dikonsumsi Ambar membuat nafsu makan Ambar meningkat dan cepat mengantuk.

Selain itu Ambar kecil tidak boleh stres dan harus selalu bahagia. Untuk itu kedua orang tuanya sangat memanjakan dirinya. Seiring berjalannya waktu, tubuh Ambar melar hingga sampai kelas tiga SMU berat badan Ambar mencapai 80 kg.

Denisa menghampiri Rexy lalu mereka makan berdua tanpa menunggu Jhon dan juga ibu mertuanya- Renita.

"Mama, Rexy berangkat ke kantor dahulu ya," ucap Rexy bangkit dari tempat duduknya lalu mengecup kening sang ibu.

"Hati-hati, Sayang. Bekerja ya g giat ya, biar cepat kaya," jawab sang ibu sambil tersenyum melihat anaknya sudah beraktifitas masuk kantor lagi.

"Okey, Ma. Berangkat dulu ya," sahut Rexy sambil melambaikan tangan. Namun, belum sampai di depan pintu. Suara khas wanita tua terdengar di telinga Rexy.

"Rexy, tunggu!" seru Nenek yang menjadi tetua rumah itu.

Rexy menghentikan langkahnya, hanya tinggal beberapa langkah lagi sudah di pintu luar.

"Ya, Grandma?!" sahu Rexy menoleh ke arah Renita.

"Mengapa kau tidak pamitan pada istrimu hah!" seru nenek Renita yang melihat semua dari kamarnya.

Rexy melongo, tidak percaya pada apa yang ia dengar. Sang nenek meminta dirinya untuk berpamitan pada Ambar.

"Mm ... Itu, Grandma. Ambar lagi tiduran di kamar. Rexy tadi sudah berpamitan," ucap Rexy berbohong pada nenek Renita.

"Benar kok, Ma. Tadi Rexy sudah berpamitan. Tanya saja pada Ambar, tuh Ambar baru saja ke dapur. Istri jam segini baru bangun, pasti suaminya sangat memanjakan dirinya! Benar kan , Rexy?" ucap Denisa mencari muka untuk anak lelakinya. Berharap Rexy mendapatkan warisan dari neneknya yang kaya raya itu.

"Mm ... Iya, Ma. Rexy biarkan Ambar tidur karena takut dah kebiasaannya di kampung bangun siang, di sini bangun pagi. Kan jadi kasihan," jawab Rexy semakin menjelekkan sang istri di depan neneknya. Berharap sang nenek akan mengusir Ambar dan mau memberikan warisan yang menjadi hak Rexy.

"Benar begitu, Ambar?" tanya nenek Renita pada wanita gemuk yang menunduk sambil membawa kain lap. Pertanda dirinya lah yang masak dan mencuci perabotan di dapur. Semua itu perintah Denisa, walaupun ada ART. Namun karena kebencian Denisa pada menantunya, ia meminta Ambar bangun pagi untuk memasak dan beberes rumah. Sedangkan ART dia suruh mengerjakan yang lain.

"Benar, Oma. Ambar baru bangun lalu ke dapur ambil makanan," jawab Ambar yang mendapat tatapan tajam dari ibu mertuanya. Ambar memilih mencari aman daripada mendapatkan hukuman dari mertuanya itu. Hidup Ambar bagai di neraka, dia hanya mendapatkan perlakuan baik jika di hadapan nenek Renita dan juga Jhon -- papa mertuanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status