Home / Romansa / Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO / Terima Kasih Sudah Kembali

Share

Terima Kasih Sudah Kembali

Author: Mommykai22
last update Last Updated: 2025-05-12 08:04:18

Nero masih melangkah dengan cepat dan ia pun berlari kecil saat melihat jalan menuju ke sungai sudah makin dekat.

Axel dan Juan yang berjalan di belakangnya pun ikut berjalan cepat karena melihat Nero yang seolah begitu cemas.

Saat mereka sudah tiba di dekat sungai, mendadak terdengar suara teriakan yang membuat mereka mendadak panik.

"Aarrgghh!"

"Suara apa itu, Axel? Siapa yang berteriak?"

"Eh, itu suara wanita! Seperti suara ...." Axel masih menerka-nerka.

Namun, Nero yang berjalan di depan pun langsung mengumpat keras.

"Sial! Patra!" teriak Nero sambil berlari begitu cepat.

Axel dan Juan pun saling melirik dan ikut berlari.

Sementara di sungai, beberapa ibu-ibu dan pria tua mulai berdatangan. Mereka ribut karena Patra sudah terbawa arus sungai.

Patra sempat berteriak minta tolong saat tubuhnya meluncur dan menghantam batu di sana sampai Kania yang melihatnya berteriak histeris.

"Tolong ... tolong ... siapapun tolong ...." Kania menangis dengan memelas.

"Bagaimana ini? Alira
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Terima Kasih Sudah Kembali

    Nero masih melangkah dengan cepat dan ia pun berlari kecil saat melihat jalan menuju ke sungai sudah makin dekat. Axel dan Juan yang berjalan di belakangnya pun ikut berjalan cepat karena melihat Nero yang seolah begitu cemas.Saat mereka sudah tiba di dekat sungai, mendadak terdengar suara teriakan yang membuat mereka mendadak panik. "Aarrgghh!""Suara apa itu, Axel? Siapa yang berteriak?""Eh, itu suara wanita! Seperti suara ...." Axel masih menerka-nerka. Namun, Nero yang berjalan di depan pun langsung mengumpat keras. "Sial! Patra!" teriak Nero sambil berlari begitu cepat.Axel dan Juan pun saling melirik dan ikut berlari. Sementara di sungai, beberapa ibu-ibu dan pria tua mulai berdatangan. Mereka ribut karena Patra sudah terbawa arus sungai. Patra sempat berteriak minta tolong saat tubuhnya meluncur dan menghantam batu di sana sampai Kania yang melihatnya berteriak histeris. "Tolong ... tolong ... siapapun tolong ...." Kania menangis dengan memelas. "Bagaimana ini? Alira

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Kecelakaan Tidak Terduga

    Nero mengedarkan pandangan ke sekeliling mencari Kania dan Patra. Sebenarnya Nero sudah berniat mengikuti mereka, tapi mendadak Pak Barry datang dan mengajaknya mengobrol sampai Nero tidak punya pilihan lain selain menanggapinya. "Sial! Ke mana Kania membawa Patra? Aku tadi masih bisa melihat mereka berjalan ke arah sana, tapi sekarang sudah tidak terlihat lagi." Nero melongokkan kepalanya, namun ia sama sekali tidak bisa menemukan Patra atau Kania. "Hehe, ayo kita ke sungai!" Tiba-tiba suara anak kembar Pak Barry pun terdengar. Mereka berkejaran bersama seorang pengasuh yang menemani mereka. "Eh, aku juga tidak bisa melihat Patra dan Kania, tapi anak-anak itu ke sungai. Bukankah jalan ke sana menuju sungai? Tapi tenanglah, Patra aman bersama Kania!" seru Juan yang melangkah bersama Nero. "Ck, bukan aman atau tidak, api perasaanku tidak enak, Juan!" "Eh, itu Axel, kita tanya saja padanya! Siapa tahu dia bisa memberitahu kita ke mana Kania mengajak Patra."Tanpa menunggu jawaban

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Serba Salah

    "Kita duduk di sana saja, Patra! Wah, kita sudah berjalan cukup jauh ya! Untung saja tadi Pak Barry membawa kita ke sini jadi kita tahu kalau di sini ada sungai yang begitu indah. Hawanya sejuk sekali!" kata Kania sambil duduk di sebuah batu besar di pinggir sungai."Aku juga terkejut melihat sungai ini, alirannya cukup deras," sahut Patra sambil menatap ngeri pada aliran sungai yang cukup deras itu. "Hmm, karena ini alam liar yang masih asri, semuanya sedikit berbahaya, hati-hatilah."Patra tersenyum dan mengangguk. "Terima kasih, Bu Kania!"Mereka pun saling menatap sejenak dan saling melempar senyum.Pak Barry tadi sempat mengajak mereka berkeliling sampai ke belakang area villa yang ternyata menyembunyikan pemandangan yang lebih indah, termasuk sungai yang beraliran deras ini. Sungai yang terlihat indah dengan suara air yang menyenangkan sekaligus mengerikan.Patra dan Kania pun masih menikmati udara segar sambil sesekali tersenyum pada beberapa orang yang melintas di sana. Tid

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Kedekatan Dua Wanita

    Suara burung terdengar bersahutan pagi itu. Suara sapu yang bergesekan dengan rumput dan daun kering pun ikut membuat Nero terbangun dari tidurnya. Nero mengangkat lengannya menutupi matanya yang mendadak silau oleh cahaya sebelum perlahan ia membuka mata sepenuhnya. "Eh, selamat pagi, Pak! Mengapa tidur di sini?" sapa seorang tukang kebun yang sedang menyapu daun kering. Nero pun menoleh ke arah pria itu dan perlahan bangkit berdiri. "Ah, astaga, maaf! Aku hanya tidak sadar kalau tertidur," sahut Nero sambil masih menggosok matanya. "Udaranya sangat dingin di pagi dan malam hari, Pak. Segeralah masuk ke villa!""Ah, iya, terima kasih!" Nero mengangguk dan tersenyum lalu ia pun pergi ke villa meninggalkan tukang kebun itu. Nero terlalu bersedih setelah Patra meninggalkannya semalam sampai ia pun berbaring di rumput sambil menatap langit dan ia sama sekali tidak sadar kalau ia tertidur. "Ck, apa Kania menungguku semalam? Bagaimana aku harus menjelaskannya?"Nero pun segera kemb

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Kenyataan yang Begitu Sulit Dikatakan

    "Kau baik-baik saja, Kania! Ya, kau baik-baik saja! Tenangkan dirimu dan semua baik-baik saja!"Kania terus mensugesti dirinya bahwa ia baik-baik saja. Entah berapa lama ia menangis di kamar mandi dengan begitu pilu sampai ia pun sudah memutuskan kalau ia baik-baik saja. "Nero hanya gelisah dengan hatinya, tapi nanti dia akan kembali lagi padamu. Seperti biasa, kau harus selalu memahaminya, Kania.""Ya, aku sudah begitu memahamimu, Sayang. Kau hanya butuh waktu yang sedikit lebih lama. Mungkin saat ini semua kegalauan hatimu sedang meledak sampai kau meminta putus, tapi tidak apa, Sayang. Tidak apa. Aku baik-baik saja ...."Sebuah senyuman terbit di wajah Kania dan ia pun segera menghapus sisa air matanya. Dengan cepat, Kania menuju ke wastafel dan membasuh wajahnya sambil terus tersenyum. Sejak kecil, Kania sudah biasa mengatasi semua masalahnya sendiri dan ia pun sudah biasa menyembuhkan dirinya sendiri bagaimanapun sakitnya dan Kania yakin kali ini ia pun akan baik-baik saja.

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Kemesraan Terlarang

    Patra masih berdiri mematung dan sama sekali tidak berani mempercayai pendengarannya. Apa? Putus? Nero dan Kania putus? Tatapan Patra seketika goyah dan perlahan ia pun langsung berbalik menghadap ke arah Nero yang juga sudah kembali berdiri menatapnya. "Kau bilang apa?""Aku sudah memutuskan Kania, Patra," ulang Nero lantang. Tapi Patra nampak begitu syok mendengarnya. "Kau pasti bercanda kan, Nero?""Apa aku terlihat seperti sedang bercanda? Aku tidak bercanda, Patra. Aku sudah meminta putus dari Kania.""Mengapa kau memutuskannya, Nero? Bu Kania sangat mencintaimu!""Tapi aku tidak mencintainya, Patra! Bukankah sudah kubilang padamu bertahun-tahun aku mencoba mencintai Kania, tapi aku tidak bisa! Aku mencintaimu! Dulu dan sekarang aku hanya bisa mencintai satu wanita yaitu kau, Patra!"Patra menggeleng keras. Patra terus menggeleng. "Tidak, Nero! Tidak! Tidak seharusnya kau meminta putus darinya! Kalian sudah bertunangan, kau tidak bisa seenaknya putus dengannya!""Mengapa tida

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Pengakuan Mengejutkan

    Nero menapakkan kakinya ke bagian taman yang lebih sepi di dekat perbatasan area hutan. Benar-benar tidak ada orang di sini, hanya serangga kecil yang terus beterbangan, namun Nero tidak peduli karena Nero memang butuh ketenangan.Perasaan hatinya sangat kacau. Walaupun pekerjaan mereka sudah berhasil dengan sukses pun sama sekali tidak bisa membuat suasana hati Nero menjadi lebih baik dan Nero membenci perasaan ini. Nero pun hanya bisa mendongak menatap bintang berkilauan di langit saat tiba-tiba terdengar suara di belakangnya. Suasana sangat sepi hingga langkah kaki yang menginjak rumput yang lembab itu tentu akan terdengar oleh Nero. Namun, Nero masih belum mau menghentikan aktivitasnya menatap bintang. Sampai Nero mendengar langkah kaki itu menjauh dan Nero pun menoleh ke belakang. Untuk sesaat, suasana hening saat Nero mengenali punggung wanita yang sedang melangkah menjauhinya itu. Nero hanya terus menatapnya dengan penuh kerinduan sampai ia pun tidak tahan dan memanggiln

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Temani Aku

    Kania masih memeluk lututnya di kamar mandi sambil menatap dengan tatapan kosong. Hatinya begitu sakit dan rasa sakitnya sama sekali tidak berkurang. Nero hanya meminta putus darinya tapi ia benar-benar merasa seolah dunianya runtuh. Padahal Kania belum bertanya apa pun tentang wanita itu. Entah akan bagaimana hati Kania nanti saat mengetahui fakta lain tentang wanita itu. Selama enam tahun ini, Kania sudah berusaha melakukan semua yang ia bisa untuk Nero. Walaupun awalnya hanya karena rasa bersalah, namun lambat laun rasa itu menjadi cinta yang luar biasa sampai Kania tidak bisa melangkah lagi tanpa Nero di sampingnya. "Duniaku hanya berpusat padamu, Nero. Kau boleh tidak mencintaiku, kau boleh tidak menginginkan aku, tapi aku benar-benar tidak sanggup berpisah denganmu ...." "Bagaimana caranya kau bisa mencintai orang lain padahal hanya aku yang ada di sampingmu ... Nero ....""Bagaimana ini? Bagaimana ini? Ibu ... Tante Cintya ... bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan? Aku

  • Terjerat Cinta dan Dendam sang CEO   Ketulusan Seorang Pria

    Jantung Patra berdebar begitu kencang mendengarnya. Tatapan Axel terlihat sangat tulus dan tatapan Patra pun menjadi goyah melihatnya. Untuk sesaat, hati Patra berdesir karena ada seorang pria yang begitu mencintainya. Bukankah setelah melewati banyak hal yang menyedihkan, Patra juga berhak bahagia dan dicintai. Namun, tidak dapat dipungkiri Patra sendiri merasa takut. Takut untuk kembali berhubungan dengan pria, takut kalau kejadian yang serupa akan dialaminya, dilecehkan oleh keluarga Axel nanti karena keluarga Patra hanya keluarga miskin. Dan juga takut kalau Axel tidak bisa menerimanya seandainya tahu Patra pernah diperkosa. Sungguh, itu bukan hal yang baik bagi seorang wanita. Tapi selain semua itu ... Patra tidak punya perasaan yang sama dengan Axel. Sebagai seorang wanita sebenarnya Patra tahu kalau lebih baik dicintai daripada mencintai dan sekalipun Patra tidak punya perasaan seperti Axel, bukan hal sulit bagi Patra untuk menerima Axel dan hidup bahagia bersama Axel. N

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status