Share

4. Tak Bahagia

Setelah pertengkaran mereka di malam pengantin dan berakhir dengan Oliver yang marah dan pergi begitu saja. Sampai hari ini, sudah 1 minggu lamanya, Lena tak pernah melihat batang hidung Oliver lagi.

"Apa peduliku. Syukurlah dia tak pernah pulang, aku bisa bernapas dengan baik sekarang. Aku harap dia tak pernah kembali," ucap Lena seraya menaikan kedua bahunya ringan lalu kemudian menghembuskan napas lega.

Sesekali sering terbersit tanya dalam kepalanya tentang ke mana kiranya Oliver pergi setelah pertengkaran mereka itu, tapi buru-buru Lena menepis pikiran itu.

"Tidak, kau tak semestinya memikirkan hal tak penting seperti itu, Aralena. Jangan jadi perempuan gila yang ingin tahu ke mana kiranya musuhmu pergi, bukankah hal bagus kalau dia tak pernah pulang lagi? Itu artinya kau bebas," gumam Lena lagi berbicara pada dirinya sendiri.

Namun, ternyata sekalipun Lena berusaha menampiknya, tapi tetap saja ada secuil rasa penasaran di hatinya tentang ke mana perginya Oliver sampai selama ini? Tak mungkin dia pergi hanya karena marah setelah mendapatkan penolakan dari Lena. Hal-hal janggal terus berputar di pikiran Lena, sampai akhirnya dia merasa muak dan memilih mengambil ponsel juga tas selempangnya lalu pergi keluar dari kamar hotel ini dan pergi ke suatu tempat.

"Boleh kirimkan alamat tempat Vincent ditahan?" ucap Lena pada seseorang yang dihubunginya di seberang telepon sana.

***

"Kau di sini?" sapa Vincent dengan suara yang serak.

Wajah tampan yang begitu dipuja oleh Lena itu kini terlihat pucat dan tak terawat. Rahang tegas Vincent kian terlihat jelas, kentara sekali kalau pria yang dicintai Lena itu sudah banyak kehilangan berat badannya. Tubuh tinggi tegap yang selalu Lena peluk dengan nyaman itu kini bahkan terlihat ringkih.

Hati Lena berdenyut Sakit melihat keadaan pria yang sangat dicintainya itu jadi terlihat sangat memprihatinkan. Sampai tanpa sadar air mata mengucur deras membasahi pipinya.

"Iya aku disini, Vincent," sahutnya dengan suara yang tercekat. 

Dengan nelangsa ia menyeka air matanya dan tersenyum sendu, penuh kerinduan pada Vincent.

"Kenapa malah ke sini? Kau pasti bahagia sekali karena dinikahi pamanku kan, Aralena? Apa yang kau beri pada Oliver sampai-sampai dia berani menjebloskanku ke penjara hanya untuk menikahimu, apa tanpa sepengetahuanku kau memberikan tubuhmu pada bajingan itu?" tuduh Vincent tanpa tedeng aling-aling. Desis tajamnya juga kemarahan yang berkilat di kedua matanya yang menatap Lena dengan benci, membuat Lena seketika mematung di tempatnya dengan tatapan tak percaya sekaligus bingung.

"Apa maksudmu, Vincent? Aku tak pernah melakukan hal tercela seperti itu, kenapa kau bisa mengatakan hal kejam seperti itu padaku? Aku tak pernah-"

"Lalu apa alasan aku sampai dijebloskan ke penjara, Aralena! Sebegitu inginnya dia memilikimu sampai-sampai dia menjebloskanku tanpa aba-aba. Apa kau tak tahu kalau aku sangat tersiksa di sini, ha?!" bentaknya murka.

Lena memejamkan matanya rapat-rapat untuk meredam rasa nyeri di hatinya, lantas kemudian dia pun menggelengkan kepalanya lemah. "Aku bahkan tak tahu atas alasan apa semua ini terjadi. Aku juga kebingungan mengapa tiba-tiba aku harus mendengar kau menjualku seharga 1 juta dollar agar aku jadi pengantinnya Oliver. Aku juga terluka ketika mendengar permintaanmu yang menyuruhku tetap menikahi Oliver ketika aku sangat membencinya."

"Kalau kau membencinya tak mungkin Oliver sebegitu inginnya memilikimu," ucap Vincent masih menuduh Lena. Dia bahkan tak sekalipun berusaha mendengarkan ucapan Lena.

"Pembatalan pernikahan, aku yang dijual seharga jutaan dollar, aku yang harus menikah dengan orang yang tak pernah aku inginkan, pria yang ku cintai masuk penjara lalu ditambah kau menyalahkan aku atas semua ini ketika aku bahkan tetap menikah karena kau yang memohon padaku hari itu? Aku melakukan semua ini demi dirimu, Vincent!" ujar Lena putus asa. Dia menatap Vincent dengan tatapan yang sangat terluka. 

"Tapi Oliver masih menginginkanmu." Lagi, Vincent mengucapkan kalimat yang sama secara berulang-ulang. Seolah begitu ingin menekankan kalau seluruh kemalangan yang terjadi pada mereka adalah salah Lena.

"Lalu apa alasan Oliver begitu menginginkanku? Apa alasan kau harus dipenjara dan apa hubungannya Oliver dengan kau yang harus masuk penjara? Apa alasanmu menjualku seharga jutaan dollar? Apa alasanmu mengajukan pembatalan pernikahan ketika kita sudah sepakat mendaftarkan pernikahan kita dan akan menggelar pesta pernikahan dalam waktu dekat? Apa alasanmu mengirimiku pesan untuk datang menemuimu di kamar hotel sedangkan yang ada di dalam sana adalah Oliver bukan kau?" cecarnya dengan wajah yang berderai air mata. Sesekali isak pilu lolos dari bibirnya, tapi pada momen itu pula Lena terus berusaha menyeka air matanya. "Kau pasti sudah mendapatkan uang satu juta dolar milikmu, makanya kau sejahat ini padaku kan Vincent?"

Kilat marah dan benci di kedua mata Vincent tiba-tiba mereda dan perlahan berganti dengan tatapan sendu yang begitu putus asa.

"Itu semua salah Oliver. Oliver yang menjebakku. Dia membuatku membawa satu koper obat-obatan terlarang lalu melaporkanku sebagai seorang bandarnya. Aku memintanya mengeluarkanku dari penjara, tapi dia memberiku syarat."

"Syarat apa?" tanya Lena disela-sela tangisannya. 

"Syaratnya, dia ingin aku memberikanmu sebagai pengantinnya lalu dia akan membebaskanku dari segala tuduhan di pengadilan yang akan berlangsung 3 hari lagi dari sekarang. Aku tak pernah menjualmu, Lena... aku tak pernah melakukan itu. Sebaliknya, Oliverlah yang menawariku uang jutaan dolar demi memilikimu tapi aku tak melakukannya. Maafkan aku Aralena... maafkan aku yang memilih membatalkan pernikahan kita karena aku sudah sangat putus asa. Aku disiksa oleh polisi selama introgasi dan aku tak bisa menahannya lagi, jadi aku memenuhi keinginan Oliver."

Lena membekap mulutnya rapat-rapat untuk menahan isak tangisnya yang mungkin kian kencang setelah pengakuan itu. Dia bahkan mulai kehilangan kata-kata. Dia ingin sekali marah pada Oliver, tapi melihat bagaimana kondisi pria yang sangat dicintainya itu benar-benar sangat memprihatinkan, membuat Lena kembali dirundung rasa iba.

"Aku sudah melalui banyak hal yang tak adil sejak Oliver menjebakku, Lena. Kau mungkin marah padaku, tapi tolong lebih marahlah pada Oliver. Balaskan dendamku padanya." 

Lena diam.

"Kenapa hanya diam, apa setelah menikahi Oliver kau jadi sangat bahagia?" tuduhnya lagi, sembari menyunggingkan senyuman kecut. Sedangkan Lena langsung membalasnya dengan menggelengkan kepala.

"Tidak sama sekali. Kau salah, Vincent. Aku tak bahagia," jawab Lena serak.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
amymende
baru sampe bab ini, ceritanya dah garing
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status