Share

Bab 04

Penulis: CH. Blue Lilac
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-20 19:51:15

"Keterlaluan istri gue. Masa, tiap diajak berhubungan dia nggak pernah mau. Alesan capek-lah, ngantuk-lah. Banyak bangetlah cara dia buat ngehindar."

"Sumpah bro, gue sampai sakit kepala gara-gara sering ditolak. Lo bayangin, seminggu aja nggak gituan udah bikin gua stres. Lah ini, hampir tiga bulan gua nggak bisa nyentuh dia."

Itulah keluhan Jean siang ini pada teman baiknya. Saka. Pria yang sudah lama jadi kawannya ini adalah tempat curhat yang paling pas untuk menampung segala uneg-unegnya.

"Aneh banget istri lo itu, masa suami minta gitu nggak dikasih? Padahal kan lumrah kalau kita sebagai suami minta dilayani soal ranjang."

"Nah kan? Giliran jajan di luar dia marah. Tapi pas suami butuh, dia nggak bisa." Jean terlihat kesal. Wajahnya sudah tidak enak sejak semalam.

Yah maklum, itu karena dia gagal menyalurkan hasratnya.

"Coba deh lo bicarain baik-baik ke Elisha. Gimana pun juga itu kan kebutuhan kita sebagai suami istri. Ya masa, cuma gara-gara capek kita dianggurin gitu aja." Saka coba memberikan saran terbaik. "Atau coba cari momen yang tepat. Walau nggak setiap hari, kita butuh itu Sob."

"Masalahnya, Elisha itu super duper sibuk. Pergi pagi, pulang malem. Kadang weekend juga masih lembur. Jangankan buat gua suaminya, buat Qila anaknya aja, dia nggak ada waktu lho. Bayangin sendiri deh!"

Saka. Pria berkulit agak gelap itu hanya bisa mengganggu-ganggkkan kepalanya, memang rumit jika salah satu pasangan sangat sibuk dalam bekerja. Jadi moment untuk me-time jadi terhambat.

"Susah juga ya Bro," desah Saka.

"Tuh kan. Lo aja bingung. Apalagi gue?" Jean menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia sendiri juga sudah kehabisan ide agar bisa berduaan dengan sang istri.

"Eh, haus nih. Minta tolong bikinin minum kenapa? Ama tamu lo juga."

Mendengar keluhan Sang sahabat, Jean hanya tersenyum kecil. Seasyikan curhat, dia sampai melupakan fakta tersebut. "Bentar. Gua panggil Nilam dulu."

"Nilam? Siapa itu?"

"Pembantu baru gua."

Saka mengangguk paham sementara si pemilik rumah langsung memanggil Nilam, agar gadis itu segera datang.

"Nilaam! Nilaaam!"

"Saya Pak."

"Tolong ya, bikinin kopi buat tamu saya!"

Perempuan cantik itu mengangguk. "Kalau Bapak?"

"Samain aja," balas Jean sambil tersenyum.

Begitu Nilam pergi, hal yang pertama kali ditanyakan oleh Saka adalah, perihal sosok berkulit putih tersebut. Memastikan apakah itu benar pembantu di rumah megah ini atau bukan.

"Bro!"

"Hm?"

"Yang tadi itu— beneran pembantu lo?"

Jean yang sedang memainkan ponselnya, hanya mengangguk. "Iya."

"Serius?" Saka reflek nge-gas. "Cewek secantik itu jadi pembantu?!"

"Apa sih? Lebay banget deh."

Saka menggelengkan kepalanya. Tak habis pikir. "Dia nggak cocok bro jadi pembantu. Cocoknya tuh jadi artis."

Jean menarik sebelah sudut bibirnya. "Ya sama. Gue juga mikir gitu sebelumya. Tapi, itu emang kerjaan dia. Katanya nggak masalah jadi pembantu asal halal."

"Ckckckc. Sayang banget sih itu. Mana masih muda kan? Umur berapa?"

"Apa sih pakai nanya-nanya umur segala? Naksir lo?"

Pria berkulit sawo matang itu menepuk bahu Jean. "Ya iyalah bro. Cewek cantik dan seksi gitu nggak pantes jadi ART. Cocoknya sih, jadi istri."

Jean tertawa usai mendengar ucapan sang sahabat. Pun Saka yang juga melakukan hal serupa.

"Eling bro! Eling! Lo kan udah punya anak bini! Jangan sampai khilaf."

Saka menggelengkan kepalanya. Tidak terima dikira khilaf oleh pria sebayanya itu.

"Harusnya gue yang bilang gitu. Takutnya lo yang khilaf, soalnya tiap hari ketemu si— siapa tadi namanya? Nilam."

Jean hanya meringis. Meskipun haus belaian, tapi mana bisa dia goyah. Hatinya tetap untuk Elisha yang amat dia cinta.

Tak berapa lama kemudian, Nilam muncul dari dapur dengan membawa dua cangkir kopi yang diletakkan di atas nampan.

"Silahkan Pak, diminum kopinya."

"Makasih ya Nilam," ucap Jean sambil mempersilakan perempuan muda itu pergi dari hadapannya.

"Gila, bodynya cakep banget itu pembantu," celetuk Saka sambil memperhatikan cara jalan Nilam dari belakang. Memang biasa saja, tapi di matanya tiap langkah Nilam sudah seperti model profesional. "Pinggulnya, pantatnya, perfect banget nggak sih?"

Jean berdehem. Mengabaikan ucapan temannya yang 1000% benar.

"Bahaya banget nih kalau cuma lo sama Nilam berduaan di rumah. Takut ada setan trus lo jadi khilaf," sindir Saka.

Jean mendengkus. "Gila aja lo. Gue bukan cowok macam gitu. Gue cuma setia sama satu perempuan."

"Mulut manusia itu emang munafik ya. Padahal kalau disuguhi cewek cantik macam Nilam, lo juga nggak akan nolak kan?"

Pria 30 tahun itu menggelengkan kepalanya. Berusaha menunjukkan ekspresi ketidaktertarikan. "Udah, jangan berisik lo! Nih minum kopinya!"

*

Agak siang, Saka pamit untuk pulang. Karena urusan mereka sudah selesai dan Jean juga harus bersiap menjemput anaknya. Sebelum pergi dengan motornya, Saka sempat memberi pesan untuk hati-hati.

Hati-hati takut ada setan yang masuk dan membuatnya berani main belakang dengan Nilam.

Tentu saja hal itu hanya dibalas candaan oleh Jean. Sekali lagi, secantik apapun wanita yang ditemuinya, tapi cintanya tetap hanya untuk Elisha.

"Bapak mau makan siang? Saya udah masak ayam goreng sama oseng buncis." Nilam menghampiri Jean yang sibuk dengan laptopnya di ruang tamu. Dia menawarkan makan siang dengan senyum ramah yang terlampau manis.

Jean tertegun selama beberapa saat. Senyum milik Nilam seakan menghipnotisnya. Cantik sekali. Dan apa itu tadi? Makan siang? Dia bahkan nyaris lupa bagaimana rasanya ada seseorang yang menawarkan makan siang karena dia biasa masak sendiri dan akan memakannya seorang diri.

"Aku makannya nanti aja, nungguin Qila," jawab Jean kemudian.

"Mumpung masih anget lho Pak. Sayang kalau harus nunggu nanti," balas Nilam. " Untuk Mbak Qila, nanti saya bisa masakin sendiri, biar anget."

Pria tampan itu ingin menolak. Tapi apesnya, perutnya malah berbunyi cukup keras tanda jika dia sedang kelaparan.

'Brengsek nih perut,' makinya dalam hati. Apalagi saat melihat Nilam menahan tawa diam-diam.

"Ya udah, ayo makan!" ajaknya sambil berdiri.

Nilam tertegun. "Eh, gimana Pak?" Bingung perempuan 20 tahun itu.

"Kamu ngajak saya makan kan? Jadi ayo kita makan bareng!" ucapnya lagi.

Nilam makin bingung. "Mana boleh dong Pak. Saya kan cuma pembantu, mana sopan kalau harus makan sama-sama bapak."

"Ya gimana lagi, saya paling nggak bisa kalau harus makan seorang diri. Jadi mau nggak mau kamu harus nurut!" ucap Jean lagi.

Nilam hanya mendukkan kepalanya. Dia dibuat kehabisan kata karena ucapan pria itu. "Saya, pasrah deh Pak kalau gitu."

Jean menoleh sekilas ke arah Nilam. 'Pasrah? Kayak mau diapain aja,' gumamnya dalam hati. Sungguh kata itu sedikit membuatnya ambigu untuk saat ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
imelys Gandhi
lanjuuuuttt
goodnovel comment avatar
Fenty Izzi
awas khilaf jean.........
goodnovel comment avatar
Boru Panggoaran Naburju
sangat menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Semakin Serius

    Dion menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungnya sendiri.“Boleh aku jujur malam ini?”Elisha diam sejenak sebelum akhirnya mengangguk pelan.“Aku serius sama kamu, El.” Suara Dion terdengar tenang, tapi sorot matanya jelas. “Aku suka kamu. Udah lama. Sejak kita ketemu lagi di rumah sakit… perasaan itu makin jelas.”Elisha tertegun. Ia tidak langsung menjawab.Dion melanjutkan, nadanya pelan namun penuh keyakinan. “Aku gak minta jawaban sekarang. Tapi aku gak mau pura-pura lagi.”Elisha menggigit bibirnya. Lama. Tangannya mengepal di atas meja, napasnya terdengar berat.“Dion… aku…” suaranya nyaris berbisik. “Aku gak yakin.”“Gak yakin soal aku?” tanya Dion lembut.Elisha menggeleng cepat. “Bukan soal kamu. Kamu terlalu baik.”Dion mengernyit.“Aku yang merasa gak pantas.” Suara Elisha bergetar. “Aku ini mantan napi, seorang janda, punya anak. Masa laluku terlalu kelam. Gimana sama pendapat orang-orang? Jujur, aku merasa takut."“Kalau cuma karena masa lalu, kamu g

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Berawal Dari Kerja Sama

    Begitu sampai di sebuah kafe kecil dekat rumah sakit, Dion membukakan pintu untuk Elisha dengan sopan. Mereka memilih duduk di pojokan, sedikit terpisah dari pengunjung lain. Suasana cukup tenang, ditemani alunan musik jazz ringan yang membuat udara pagi terasa lebih santai.Elisha masih terlihat kaku. Sesekali ia mengusap telapak tangan ke celana jeans-nya sendiri, mencoba menyembunyikan kegugupan yang sebenarnya tidak perlu.Tak lama, setelah mereka memesan minuman, Dion langsung masuk ke topik tanpa basa-basi.“Aku ajak kamu ketemuan bukan buat ngobrolin masa lalu,” katanya sambil menatap Elisha langsung. “Bukan juga buat… urusan pribadi.”Elisha mengangguk cepat. “Iya. Aku paham kok.”Dion tersenyum tipis. “Tapi ada satu hal yang aku ingat soal kamu, El.”Elisha mengerutkan kening. “Apa?”“Kamu kan jago masak.”Elisha tertegun. “…hah?”“Aku masih inget tiap ada acara kecil di lapas, kamu yang paling sibuk di dapur. Kadang suka ngasih aku nasi goreng atau cemilan waktu aku keliling

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Digoda Abis-abisan

    Malam itu, suasana ruang makan di rumah Bu Mala terasa lebih hangat dari biasanya. Makanan terhidang rapi di atas meja bundar. Jean duduk di sisi kanan Nilam, sementara Elisha duduk berseberangan. Di sampingnya, Qila sibuk menuangkan sup ke dalam mangkuk sendiri.“Makan yang banyak ya, Qila,” ucap Bu Mala sambil menyendokkan ayam bakar ke piring cucunya. “Biar besok sekolahnya semangat lagi.”“Iya, Oma,” jawab Qila ceria.Beberapa saat makan berlangsung dalam obrolan ringan. Namun mendadak, Qila berhenti mengunyah dan menoleh pada Jean.“Pa… tadi Qila ketemu Om dokter loh.”Jean yang tengah memotong daging, langsung mengerutkan kening. “Dokter? Maksudnya siapa?”Nilam refleks melirik Elisha sekilas, sementara Elisha langsung berhenti makan, nyaris tersedak saking paniknya.“Om Dion!” jawab Qila polos. “Dokter Dion!”Jean menatap kosong. “Siapa?”“Dokter di rumah sakit tadi. Yang bantu Mama Nilam sama Mama Elisha. Omnya baik banget! Kasih Qila roti. Terus dia temennya Mama Elisha.”Nil

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Cocok Ama Pak Dokter

    "Om tadi kayaknya suka sama Mama deh."Elisha nyaris tersedak ludah sendiri saat mendengar kalimat polos namun menohok dari mulut Qila.“A-apa?!” Elisha membelalak, hampir tersedak. “Kamu ngomong apa barusan?”Qila hanya nyengir santai. “Aku bilang… Om dokter tadi kayaknya suka sama Mama.”Elisha langsung menggeleng kuat-kuat, pipinya memerah. “Qila! Jangan ngomong aneh-aneh. Dari mana kamu bisa mikir begitu? Kamu kan masih kecil.”“Ya dari cara dia liat Mama tadi. Kan keliatan banget. Beda. Kayak… hmm, Papa kalau liat Mama Nilam,” jelas Qila polos.Elisha terdiam sejenak, mencoba mengatur napas. “Qila… Om Dion itu cuma teman Mama. Teman lama. Udah gitu aja. Lagian dia dokter.”“Dokter kan keren Ma!"Elisha memutar bola matanya. “Ya Tuhan, anak ini... Udah ya jangan aneh-aneh!"Qila tertawa puas. Ia tahu komentarnya berhasil membuat Mamanya salah tingkah.Namun belum sempat Elisha membalas, langkah kaki terdengar mendekat.“Elisha! Emm... Qila..."Suara lembut yang familiar membuat El

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   [S2] Bertemu Lagi

    Nilam sudah menunggu di lobby saat ia melihat Elisha keluar dari kursi kemudi sambil tersenyum lebar, dan dari pintu sebelah, muncul sosok remaja perempuan dengan ransel di punggungnya.“Qila?” gumam Nilam, terkejut.Begitu gerbang dibuka, Qila langsung berlari kecil masuk dan memeluk Nilam erat. “Mama Nilam! Surprise!”Nilam tertawa kecil, meski harus menahan nyeri di perutnya. “Ya ampun, kamu beneran bolos? Kirain tadi cuma bercanda?”“Cuma hari ini kok aja kok, Ma,” jawab Qila santai. “Aku udah bilang ke sekolah, katanya bisa diganti tugas. Aku pokoknya mau ikut nemenin Mama hari ini. Titik.”Elisha yang menyusul dari belakang cuma geleng-geleng sambil tersenyum pasrah. “Jangan salahin aku ya, dia yang maksa ikut. Katanya kamu butuh di semangatin.”Nilam mengangguk, matanya menghangat. “Makasih, kalian berdua.”Tak lama kemudian, Elisha membantu Nilam masuk ke dalam mobil. Walaupun sudah bisa jalan, Nilam masih belum boleh banyak bergerak. Makanya dia masih harus memakai kursi roda

  • Terjerat Gairah Pembantu Cantik   Hidup Tenang

    Setelah mengantar Bu Sinta pulang bersama petugas rumah tahanan, Jean menyetir sendirian di bawah langit yang masih kelabu. Hujan belum turun, tapi awan menggantung seperti menunggu waktu. Perjalanan ke rumah mertuanya ia tempuh dalam diam. Pikiran masih berat, tapi setidaknya, satu babak kelam dalam hidupnya dan Nilam sudah benar-benar selesai hari ini.Mobil berhenti di depan rumah bergaya modern milik Bu Mala. Jean segera turun dan mengetuk pelan pintu depan. Tak lama, pintu dibuka.“Jean...” Bu Mala langsung menyambutnya. Raut wajahnya cemas. “Gimana, Nak? Gimana di sana?”Di belakangnya, Nilam sudah duduk di sofa ruang tamu, menatap ke arah suaminya dengan sorot mata tak sabar.Jean masuk, melepas jaket dan duduk di samping Nilam. Tangannya menggenggam jemari istrinya, lalu mengangguk pelan ke arah ibu mertuanya.“Benar, Ma. Dikta... bunuh diri. Gantung diri di selnya tadi pagi.”Suasana di dalam rumah langsung hening. Bu Mala menutup mulutnya dengan tangan, terkejut, sementara N

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status