LOGIN"Saya tidak bisa melakukannya." Damian terlihat ragu.
Diamnya Jasmine membuat ia yakin bahwa gadis ini masih perawan."Kenapa? Mas sudah janji untuk.mengajariku!" lirih Jasmine. Matanya masih menatap Damian dengan sayu.Kondisinya sudah berantakan. Rambut acak-acakan. Bibirnya masih basah. Dan, pakaiannya sudah dilempar Damian entah kemana.Namun, Damian menyukai itu. Wajah polos yang dulu lebih sering menunduk malu-malu, kini terlihat begitu menggoda di bawah dirinya.Kondisi Jasmine membuat Damian ragu. Selain karena Jasmine kemungkinan terpaksa melakukannya, fakta bahwa Jasmine adalah adik Renan juga menjadi alasan.Apa yang akan Renan lakukan jika tahu bahwa Damian lah yang melepas keperawanan Jasmine?Jasmine bisa melihat keraguan di mata Damian. Kemudian, langsung bicara, “Ayo, Mas! Lanjutkan.”“Jangan. Kamu bisa menyesal nanti.” Damian hendak menjauh, tetapi Jasmine lebih cepat menarik tangan pria"Mas Damian nggak apa-apa, kan?" tanya Jasmine cemas. Sedangkan Renan baru saja membantu Damian berbaring di ranjang. "Aman. Nggak usah cemas begitu. Kayak Damian mau mati aja." Renan terkekeh, menatap wajah cemas Jasmine. "Dia itu cuma demam Jasmine. Kan sudah dikompres itu." Jasmine mencebik. Ia langsung duduk di sisi ranjang Renan dan menempelkan punggung tangannya di leher Damian. Masih cukup panas. "Nggak dibawa ke rumah sakit aja?" "Dia nggak suka aroma rumah sakit. Dari dulu emang gini. Nggak tahu kenapa nekat banget malah ke rumah malam-malam!" jawab Renan. Jasmine tidak menyahut lagi. Ia menatap pria yang biasanya terlihat kuat itu dengan khawatir. Jas hitam yang biasa membungkus tubuh tegapnya itu sudah Renan lepaskan. Sepatu dan kaos kakinya juga sudah Jasmine lepaskan. "Udah. Kamu balik ke kamar. Dia biar Mas yang jaga." Renan lalu dengan santainya berbaring di sofa kamar. Ranjangnya yang tak terlalu besar itu tentunya akan sangat sempit jika harus menampung merek
"Kenapa melamun?" tanya Renan, saat mendapati sang adik sedang duduk diam di depan televisi. Televisinya memang nyala, hanya saja mata Jasmine terlihat kosong meskipun terarah ke layar. Jasmine menoleh pada sang kakak yang baru saja duduk di sampingnya itu. Tiba-tiba saja ia kepikiran dengan perkataan Erick tadi sore. Sebenarnya ia tidak ingin terganggu dengan itu, hanya saja pesan yang sudah ia kirimkan sejak sore tadi belum kunjung Damian balas. Pikiran Jasmine jadi ke mana-mana. "Kok baru pulang? Akhir-akhir ini Mas sering banget pulang malam. Aku kan kesepian." Jasmine tiba-tiba saja menyandarkan kepalanya di bahu Renan. Renan jadi bingung. Adiknya terlalu aneh. Sepertinya ada sesuatu yang mengganggu pikiran Jasmine. "Kali ini Damian ngapain?" tanya Renan, dingin. Tatapannya lurus ke arah televisi.Wajahnya memang terlihat serius. Padahal sebenarnya ia tidak benar-benar menikmati acara yang disuguhkan. Jasmine diam sejenak. Kemudian tangannya ikut memeluk lengan kekar Rena
"Jasmine!" Jasmine menoleh ke sumber suara saat ia baru saja keluar dari toko buku. Matanya sempat mencari-cari di antara banyaknya penggunan jalan, siapa yang memanggil. Hingga seseorang yang sangat ia kenal keluar dari mobil. Garis wajah Jasmine yang awalnya santai itu berubah masam. Setelah apa yang terjadi di antara mereka, Jasmine sama sekali tidak bisa bermanis muka di depan Erick, meskipun itu hanya berpura-pura. "Mau apa lagi?" tanya Jasmine langsung, begitu Erick mendekat. Malas sekali rasanya harus basa-basi dengan pria tukang selingkuh ini. Berbanding terbalik dengan Jasmine, Erick justru tersenyum lebar. Ia tahu Jasmine malas bertemu dengannya, tetapi seperti yang disarankan sang ayah, ia harus perlahan mendekati Jasmine dan menarik perhatian gadis ini lagi. "Lagi sibuk?" "Kalau nggak ada apapun aku pergi!" ancam Jasmine. Wajahnya semakin tak berminat meladeni Erick. Seperti biasa, Erick akan membahas sesuatu yang tidak penting. "Sebentar. Buru-buru banget. Mana c
Gio : yakin jasmine mau kamu lepasin begitu aja? Lihat! dia makin cantik, broSent a pictureErick hampir saja akan melemparkan ponselnya kalau saja sebuah tangan mungil tidak menahan tangannya. Gelengan pelan disertai dengan mimik menggoda itu pada akhirnya membuat Erick mendengus kasar. "Mau coba gaya baru dulu? Barangkali bisa meredakan amarah kamu yang hampir meledak ini." Clara tiba-tiba saja duduk di pangkuannya. Erick tidak menolak. Namun, pikirannya tertuju pada foto yang barusan Giorgino kirimkan. Sebuah gambar yang terdapat Jasmine sedang tertawa lebar mengenakan gaun pernikahan. Ia tampak sangat cantik. Aura kebahagiannya begitu terlihat jelas. Eye smile yang dulu sering terlihat saat sedang bersama dirinya, kini akan menjadi milik Damian. Clara yang mengetahui kegelisahan di mata Erick lalu mengecup singkat bibir pria itu. Tanpa memperdulikan raut terkejut Erick, Clara menerbitkan senyuman menggoda. "Gimana? Mau di sini atau—""Tidak untuk hari ini, Clara!" potong Er
"Semua ini gara-gara kamu, Rick!" Andreas melempar berkas ke dada Erick. "Kita butuh Alan untuk memudahkan izin membangun bisnis baru. Kalau begini, bagaimana bisa kita mudah menjalankan semuanya? Belum apa-apa kita sudah gagal!" Andreas bersandar di kursi kebesarannya, lalu melonggarkan dasi dengan mata berkilat marah. Wajahnya merah padam. Urat-urat kemarahan tercetak jelas di pelipisnya. Rinai hujan terlihat di kaca besar ruangannya. Namun, bukannya hawa dingin yang ia rasakan, justru rasa panas yang semakin membakar dadanya. Proyek yang ia rencanakan sejak dua tahun silam gagal total. Alan Dominic sebagai gubernur yang baru menolak menandatangani perizinan pembongkaran lahan. Sombongnya Alan karena pihak Eterna Group berada di belakangnya membuat Andreas berada dalam puncak kemarahan. Cukup sudah ia malu karena pembatalan pernikahan Erick dan Jasmine beberapa bulan yang lalu. Nama baiknya dikritik habis-habisan oleh netizen dan kolega bisnisnya. Ia juga dibanding-bandingkan d
"Di foto tadi aku nggak keliatan aneh kan, Mas?" tanya Jasmine, meminta pendapat Renan beberapa saat setelah foto bersama dengan sang ayah. Setelah beberapa hari pengumpulan dan perhitungan suara akhirnya nama Alan Dominic pun keluar sebagai pemenang. Dan, hanya dalam kisaran dua minggu setelahnya hari yang ditunggu pun tiba. Pelantikan Alan Dominic dan pasangannya menjadi gubernur dan wakil gubernur Kota Venandria periode yang baru. Dan, di sinilah mereka berada. Di sebuah gedung mewah pemerintahan yang didekorasi dengan begitu elegan. Beberapa pejabat dan orang-orang penting juga hadir. Semua yang datang memberi selamat untuk Alan atas pelantikan tersebut. Tawa sumringah entah memang tulus atau hanya senyum palsu ikut menghiasai wajah orang-orang yang datang. Yang tampak jelas, semua yang hadir berlomba-lomba menunjukkan penampilan terbaik mereka. Termasuk, Jasmine dan Renan. Jasmine tampil cantik dengan cropped blazer dusty pink yang membungkus blus putih di dalamnya, lalu





![Penyesalan Tuan CEO [Mantan Kekasihku]](https://acfs1.goodnovel.com/dist/src/assets/images/book/43949cad-default_cover.png)

