Share

Bab 6

Penulis: Nayla
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-14 11:22:02

"Maaa, bangun ma, jangan tidur terus..."

"Sudah Diva, jangan menangis. Mama kamu sudah bahagia di tempat yang jauh di sana. Kamu harus ikhlas, Diva."

Terlihat netra kesedihan dari wajah wanita muda itu, dia baru saja kehilangan ibunya. Tapi yang membuatnya semakin sedih adalah kelakuan ayahnya yang membawa wanita simpanannya ke rumah duka. Dengan air mata yang mengalir di pipinya, Diva memandang ayahnya penuh kebencian.

Bisa-bisanya Ayahnya membawa wanita selingkuhannya di rumah duka, dia tidak akan memaafkan ayahnya. 

"I'm proud of you," ujar Renata mengelus pundak Diva lembut, "kamu harus kuat. Yang tabah ya, Va."

"Makasih Re, aku cuma punya kamu yang menguatkanku. Sedangkan yang semestinya berada di dekatku malah bersama gundiknya."

"Bahwa kebenaran yang utuh baru kamu dapatkan setelah Tante Maya meninggal. Dia menyimpan kesedihannya sendiri sampai akhir hayatnya." Sejenak Renata terdiam, merasa ngeri membayangkan hal itu terjadi padanya.

"Aku ingin membuat ikrar. Kamu jadi saksinya, bahwa aku gak akan pernah mau menjadi diposisi ibuku suatu saat nanti. Gak akan menjadi wanita yang tersakit."

"Ikrar apa itu?" Renata mengernyitkan keningnya.

"Gak ada yang tahu kehidupan ke depannya akan seperti apa, kalau hal itu terjadi dalam hidupku. Aku gak mau mengalami hal yang sama seperti ibuku."

Mendengar itu kepala Renata langsung menoleh pada Diva. Mendapatkan wajah Diva yang terlihat serius, seakan ucapannya sungguh-sungguh. Dan Diva masih tetap menatap lirih ke depannya melihat ayahnya di sebelah ibunya yang berbaring pucat seperti kapas.

Diva melihat bagaimana ayahnya memusatkan perhatian untuk wanita yang telah menghancurkan hati ibunya dan itu menyakitinya dan membuatnya sekaligus mual.

Diva memutuskan untuk kembali ke apartemennya setelah pemakaman selesai. Di sekitar halaman rumahnya bisa dilihat begitu banyak karangan bunga yang terpampang.

Malam di Jakarta tanpa bintang dan bulan. Dua bulan terakhir ini adalah musim hujan, setiap hari hujan tak henti. Seperti hati Diva yang dihujani kesedihan, tapi ia tidak ingin terlihat lemah. 

🌹🌹🌹

Setiap hari ibunya masuk ke kamar tidurnya dengan ekspresi hangat yang menunjukkan penuh kasih sayang. Dan pertanyaan pertama yang keluar dari mulut ibunya adalah, "Bagaimana kabarmu hari ini, sayang?"

"Bad. Semua tidak berjalan lancar." Jawab Diva, ketika ibunya sudah duduk di ranjangnya. Diva mengerutkan kening, memegang maps berwarna coklat berisi berkasnya untuk melamar kerja.

Diva membuang nafas panjang. Dia tidak menyangka ternyata mencari pekerjaan sangatlah susah, beberapa perusahaan telah ia masukan lamaran, tapi sampai saat ini belum ada panggilan.

"Sabar sayang, mama doakan kamu cepat dapat kerja."

"You the best, Mom." Diva tersenyum pada Ibunya lalu memeluknya. Dia merasa sangat beruntung mempunyai ibu yang sangat pengertian.

"Mama hanya tidak ingin kamu menyakiti diri sendiri. Kamu harus jadi wanita kuat dan mandiri." Dia tersenyum gugup, kerutan terbentuk di tepi bibirnya. Wajahnya memerah seperti menahan sesuatu. 

Diva meringkuk, menyandar di dinding. Diva memejamkan kedua matanya mengenang sosok ibunya. Hanya sebentar. Ia mengingatkan dirinya bahwa semua yang ada di dunia ini hanya sementara.

"Maa, Diva sangat merindukan mama..."

Diva menatap ke arah dinding dimana foto keluarga terpajang dengan pose tersenyum bahagia. Seorang wanita anggun berdiri di belakang kursi di sebelah pria berpakaian jas hitam, dan Diva duduk di kursi tersenyum bangga memiliki orang tua seperti mereka. Pada saat itu dia adalah anak yang paling bahagia di muka bumi ini.

Semua hal buruk yang terjadi pada ibunya sangat sempurna di simpan oleh ibunya. 

Diva mengusap air matanya, "Apa mama pernah menyesali masa lalu dan mengutuk hal yang terjadi pada masa sekarang?"

....

"Tapi, bagaimana bisa mama menahan semua seorang diri? Dihianati dan dibohongi. Hidupmu berantakan, mam."

"Kalau menikah hanya pengalaman, aku gak mau hidup menahan penghianatan. Semua akan berubah jika kita diposisi yang beruntung."

Diva tersenyum seorang diri, satu kalimat yang telah ia ucapkan suatu saat akan kembali padanya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 99

    Diva PoVTiga hari. Sudah tiga hari aku memata-matai apartemen Samira untuk mengetahui apakah Liam di sana. Apa saja yang mereka lakukan? Aku bodoh, harusnya aku mendobrak pintu rumahnya dan mencari suamiku. Aku benar-benar akan gila!! Hatiku terasa tidak pernah tenang setelah tahu semua kebenaran itu. Walau aku masih berstatus istri Liam, tetapi hati dan pikiran Liam sekarang hanya untuk Samira dan juga anaknya. Beberapa kali aku melihat tetangga berbisik-bisik sambil melihatku dengan wajah sinis, tapi ada juga yang bersimpati padaku. Entah apa yang mereka pikirkan.Liam, apa kamu tahu kondisi lingkungan kita sekarang? Semua orang tengah bergosip tentang kita dan Samira. Nanti, setelah sembilan bulan anaknya lahir. Apakah kamu akan menjadi sosok ayah yang akan selalu berada di sampingnya ?Tuhan, hatiku hancur membayangkan itu."Diva." Suara di belakang membuatku kaget, saat aku menoleh wanita itu tersenyum. Tetangga lantai atas. Kami sering berpapasan di lift. "Wajahmu pucat sekali

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 98

    POV: DivaWaktu masih kecil aku tidak punya alasan untuk merenungi kehidupanku yang tidak mempunyai saudara kandung. Aku anak tunggal yang tidak kekurangan kasih sayang ibu dan ayahku.Tetapi semua berbeda ketika Ayahku berselingkuh dan ibuku menjadi depresi. Aku tidak punya siapa pun untuk diajak berbagi.Setelah kepergian ibuku, tidak ada siapapun yang memperingatkanku tentang pesta dan laki-laki, hingga aku kehilangan arah. Sampai aku bertemu si tampan Liam dan ternyata dia sudah mempunyai istri. Segala terjadi begitu cepat---akhirnya aku dan Liam menikah. Tapi aku belum juga hamil."Aku membencimu, Liam," ucapku, sambil berusaha membuat suaraku tidak gemetar. "Kamu pria brengsek yang pernah aku temui.""Tenang, Diva." Jawab Liam mendekat. "Kasih aku kesempatan untuk memperbaiki keadaan kita.""Gak. Kamu mempermainkan aku!" Teriakku melemparnya dengan bantal di atas ranjang. Kamar ini menjadi ruang neraka yang kutinggali.Kamar ini tempat kami saling berbagi cerita dan perasaan, t

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 97

    POV : Diva"Kalian lucu sekali. Diva hanya mempertanyakan apa yang menjadi hakknya."Tangan Rayhard yang sedang memegang sendok dan hampir memasukkan makanan ke mulutnya berhenti. Lalu ia menatapku. Kakak Liam itu belum pernah membelaku, yang aku tahu dia membenciku. Wajah marah ibu mertuaku terpampang di sana. Mereka semua terlihat tidak nafsu lagi menikmati makanan, kecuali Samira."Bilang saja kamu iri dengan Samira, kan? Kamu belum bisa hamil anak Liam sedangkan Samira telah mengandung." Ucap Ibu mertuaku penuh kedengkian. "Maaf Mam, aku sama sekali gak iri. Dan lagi, Liam ini suamiku. Jelas aku gak terima dia hamil anak Liam." Aku memberanikan diri menatap mata wanita tua itu. Bisa-bisanya dia bilang aku iri. "Sudahlah Diva, kamu jangan menyudutkan Samira terus. Kasihan kan anak di perutnya." Ucapnya lagi, aku tidak mengerti bagaimana jalan pikiran ibu mertua hingga terus membela Samira. "Jawab pertanyaan Diva, Liam. Tunjukkan kalau kamu laki-laki." Terdengar suara Rayhard pe

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 96

    Di sebuah rumah besar mewah, terdapat seorang wanita yang sedang berjalan tergesa-gesa sambil menenteng dua kresek plastik hitam berisi belanjaan. Terdengar suara gelak tawa di ruang tengah. Seorang pelayan hanya melewati wanita itu tanpa berniat membantunya mengambil dua plastik besar itu dari tangannya."Kenapa kamu lama sekali belanjanya? Kamu kan tahu ini jam makan malam dan semua belanjaan yang kamu beli akan dimasak sekarang," ucap seorang wanita tua memarahinya. Ia meletakkan belanjaannya di atas meja bersiap untuk membereskannya. "Maaf Mam, jalanan tadi macet.""Astaga. Apa yang kamu katakan? Aku tadi menelponmu menjelang sore. Apa sejauh itu mall dari rumahmu hingga berjam-jam kamu menghabiskan waktu?""Maafkan aku, Mam." Ucap wanita yang berkuncir kuda itu. "Aku akan memasak SOP buntut spesial untuk makan malam nanti.""Sop buntut katamu? Kami lihat jam, kamu pikir perut kami masih bisa menunggu masakan kamu itu?" Cecarnya. "Kalau kamu gak ada niat masak untuk makan malam

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 95

    POV DivaBerhari-hari aku menghabiskan waktuku di kamar sambil memegang ponselku. Menunggu Liam mengabariku, aku masih berharap dia menanyakan keadaanku.Ya, penantian yang tidak ada ujungnya dan terlalu berharap akan membawa seseorang menuju keterpurukan. Begitu saja tanganku membanting ponsel yang tidak pernah kulepaskan dari tadi."Kamu lebih memilih Samira daripada aku istrimu, Liam!""Dia yang mulai perkara denganku, tapi kamu memihak dia?" Dia membuatku kesal. Aku tidak tahu harus bagaimana.Samira, aku benar-benar tersentuh dengan semua caramu menghancurkan hidupku. Aku tidak menyangka kita akan sejauh ini. Aku pikir semua telah berakhir dan Liam menjadi milikku seutuhnya. Tapi, apa yang kamu lakukan? Kamu membuat Liam kembali sukses. Kamu mengacak-acak rumah tanggaku dan mengandung anak Liam.Apa yang harus aku lakukan?Liam, aku ingin kita kembali seperti dulu. Aku ingin kita tetap bersama sebagai pasangan suami-istri. Apakah takdir kita hanya sampai di sini. Katakan padaku b

  • Terjerat Hasrat Boss   Bab 94

    POV : DivaAku sempat terpaku melihat wanita bergaun kimono masuk ke dalam lift yang sama denganku. Wanita jalang yang sedang mencoba menghancurkan pernikahanku sekarang berada di ruang yang sama denganku. Dia memakai gaun kimono yang aku tebak untuk menutupi perutnya yang mulai buncit."Kenapa kaget? Kamu kira kawasan apartemen ini milik pribadimu. Dasar bodoh." Cemoohnya padaku. Aku memperbaiki raut wajahku agar terlihat tetap tenang. "Siapa yang bodoh?" Aku menggelengkan kepalaky. "Kamu tinggal di sini? Bukankah itu berarti kita akan sering bertemu dan kamu akan melihat aku dan suamiku yang sering bergandengan tangan di kawasan ini."Aku melihat dia menekan tombol satu lantai di atasku. Seketika aku sadar melihat senyum tipisnya. Dia memang sengaja tinggal di sini."Seseorang membelikanku apartemen di sini. Tentu saja aku gak akan menolaknya. Benar, kan?" Dia seperti menikmati wajah tegangku. Jangan bilang Liam yang membeli apartemen di atas untuk Samira. Aku harus sabar dan jang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status