Seorang pria sedang duduk di kursi kebesarannya, di jarinya terselip batang di nikotin yang menyebutkan asap tipis. Di sekelilingnya berdiri beberapa anak buah dengan kaos dan celana dengan warna senada, hitam."Jangan biarkan manusia arogan itu lolos, Aku tidak akan pernah memaafkannya!" ucap Akeno. Pria yang menaruh dendam mendarah daging pada Alex."Baik Tuan, saat ini pasti keadaannya kritis. Sangat sulit bagi orang yang terkena racun itu selamat." Anak buah Akeno memberi kabar baik padanya.Terdengar tawa kemenangan yang menggema di seluruh ruangan. Akeno dan anak buahnya merasa lega telah mengalahkan seorang yang sulit di kalahkan.Alexander adalah seorang ketua mafia yang cukup sulit di taklukkan. Beberapa kelompok hitam sampai bertekuk lutut dan lebih memilih jalan damai saat berurusan dengan kelompok Scorpio, yaitu milik Alex.Alex fokus pada usaha gelapnya. Yaitu prostitusi dan beberapa barang legal. Jadi sudah pasti bagaimana besarnya nama Alexander yang lebih di kenal deng
Mata Mike berbinar, dia segera menata beberapa berkas yang berserakan dan segera merapikan penampilannya.Dia berusaha menjaga air wajahnya untuk tetap biasa dia seolah tak ada yang pernah terjadi sebelumnya.Mike duduk di kursi kantornya dan menyuruh sekertarisnya untuk mengantar Debora masuk. Pintu terbuka, seorang pria bertubuh tinggi dan tegap masuk keruangan di susul oleh dua orang wanita di belakangnya.Pria tersebut menyuruh Debora dan Stevi duduk di kursi yang sudah di siapkan. Tepat dia hadapan Mike.Stevi dan Debora tak sengaja melihat pecahan gelas yang berserakan. Mereka saling menatap untuk sesaat dan melempar pandangan ke arah Mike.Seolah tau apa yang di pikiran oleh kedua wanita di hadapannya Mike segera mengambil sikap."Maaf atas ketidak nyamanan nya, saya kurang sehat. Jadi tidak sengaja memecahkan gelas." Mike melempar senyum canggung."Bereskan kekacauan ini, aku tidak mau meninggalkan kesan buruk pada artisku," lanjut Mike memberi perintah pada sekertarisnya.Pri
Debora baru saja keluar dari apartemen Michael, terlukis senyum lebar di wajah cantiknya. Dia tidak menyangka produser itu akan memberinya nominal yang cukup tinggi.Stevi yang melangkah di belakang Debora masih tak bersuara. Dia tau siapa Michael, banyak artis yang mengeluhkan ketidak nyamanan saat berkerja sama.Debora harus syuting di sebuah pulau dan hanya ada beberapa kru di sana. Mungkinkah? Di tambah lagi ini akan berjalan entah berapa hari karena tidak ada setting lain."Mari kita minum untuk pencapaianku siang ini," ucap Debora bersemangat naik ke dalam mobil.Stevi masuk ke dalam mobil dan duduk di belakang kemudi. Dia masih merasa janggal dengan kontrak yang di tandatangani Kakak iparnya itu.Melihat Stevi yang sedari tadi mengunci mulutnya. Hati Debora mulai terusik."Hay ... apakah kau tidak senang dengan pencapaian Kakakmu ini?" Debora menyenggol pundak Stevi."Oke kau adalah Kakakku saat ini, tapi lihatlah ini sangat tidak masuk akal. Kau akan tinggal di sebuah pulau ta
Debora melihat seorang dengan paras tampan berdiri bersandar di pintu mobil. Di lihat dari penampilannya, dia kau terlihat seperti Boss dari pada orang bawahan Alexander."Kau kenal dengan dia?" tanya Stevi lagi. Stevi mencoba mengingat beberapa bawahan sang Kakak, sepertinya ini kali pertama dia melihat pria tersebut."Tidak, bukankah dia orang suruhan Alex?" Debora menerka-nerka."Aku kurang yakin," jawab Stevi masih berada di dalam mobil.Orang yang memakai kemeja putih dan jas hitam itu menatap Debora dan Stevi. Wajah tampannya menampakkan senyum teduh.Sangat jauh bila di katakan kalau dia seorang mafia atau bahkan psikopat seperti beberapa anak buah Alex sebelumnya yang pernah Debora lihat. Sangat tampan, wajahnya terlalu teduh."Aku akan turun sekarang." Debora membuka pintu."Stop! bisakah kau menghubungi Kakak dulu? Aku tidak yakin kalau dia orang suruhan Kakak," Stevi masih mengamati pria tampan yang mulai melangkah mendekati mereka.Pria itu sudah mendekat, dia mengetuk k
Tangan Debora gemetar hebat. Suara peluru yang melesat membuat dirinya tidak konsentrasi. Beberapa kali jarinya memencet nama Alex namun selalu gagal karena ponselnya terjatuh.Dia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya karena laju mobil yang tidak beraturan. Hingga akhirnya kepalanya terbentuk dasbor. Mobil Stevi menabrak mobil di depannya yang membuat tubuhnya terpental ke depan dan kepalanya membentur kaca.Terlihat tetesan air berwarna merah kental yang menetes dari atas. Tubuh Stevi tidak bergerak sama sekali. Debora mencoba menggoyangkan tubuh lemas itu, tapi tidak ada respon sama sekali."Kumohon, bangunlah! Stevi ... maafkan aku. Aku mohon bangunlah." Debora menarik celana jeans Stevi. Debora amsih bersembunyi di bawah dasbor mobil. Meskipun suara peluru sudah tidak ada, dia masih sangat takut untuk manmpakkan diri."Stevi, maafkan aku. Aku mohon bangunlah," pinta Debora dengan mata berkaca.Tidak ada jawaban, luka Stevi terlalu parah. Kepalanya terbentur kaca yang membuat kaca i
"Sudah lama kita tidak bertemu Jack," ucap pria bertopi hitam itu."Aku tidak menyangka kau akan berkhianat!" jawab Jack, pria yang menyekap Debora saat ini.Pria bertopi putih tersebut tertawa kecil, dia memetik jari dan beberapa orang keluar dari mobil. Ada sekitar sepuluh orang yang turun dari mobil dengan berpakaian kaos hitam dan bertopi hitam.Debora tidak menyangka akan terseret kedalam dunia mengerikan ini. Pakaian serba hitam, orang yang penuh misteri, dan lagi senjata dan darah di mana-mana.Namun kabar baiknya, pria ini mungkin orang yang di kirim Alex. Karena salah satu orang berkaos hitam melangkah mendekati mobil Stevi dan menolongnya.Dia menggendong wanita yang berlumuran darah itu, terlebih di bagian kepalanya. Hati Debora teriris melihat ini semua. Mungkin bagi semua orang disini, darah adalah hal biasa. Tapi tidak bagi Debora. ini sangat mengerikan.Setelah semua kejadian gila ini selesai, dia akan menemui Alexander dan memutuskan kontrak saat itu juga. Entah berap
Perlahan tangan Jack melepaskan leher Debora dan terjatuh. Debora masih memejamkan mata, dia masih takut akan kenyataan yang akan dia lihat nanti."Sampai kapan kau akan berdiri di sana!" ucap Harry, pria bertopi hitam.Debora mulai membuka mata, dia melihat orang-orang yang berkaos hitam berlarian mendekatinya. Pandangannya beralih pada orang yang tersungkur di kakinya.Matanya terbelalak ketika melihat tidak ada darah sedikit pun di sekitarnya. Bahkan tubuh Jack bersih, tidak ada luka. Hanya ada panah kecil yang menancap di lengannya."Bawa dia pulang dan kurung, untuk perintah selanjutnya tunggu aba-abaku." Herry memasukkan pistolnya ke jas dan melangkah pergi.Empat orang membawa Jack ke dalam mobil dan pergi. Debora berlari kecil mengikuti pria yang bernama Harry."Lalu aku bagaimana?" tanya Debora panik."Suamimu akan menjemputmu, tunggu baik-baik di sini. Kau bisa melanjutkan tidurmu." Pria tersebut naik ke dalam mobil dan melaju meninggalkan Debora sendiri."Ini benar-benar gi
Alexander dan Debora sampai ke istana mereka. Pagar hitam yang menjulang tinggi terbuka secara otomatis. Mobil mereka segera masuk sebelum para paparazi mengambil gambar.Debora adalah artis papan atas. Bila mereka tau mobilnya remuk dan di tambah ada mayat dengan luka tembak di dalam mobil yang saling bertabrakan itu, pastinya akan menggemparkan seluruh kota.Di dalam seolah wanita paruh baya menunggu di teras rumah dengan cemas. Berulang kali dia mondar-mandir sambil meremat jemarinya.Kekhawatirannya hilang seketika saat melihat mobil putranya masuk ke area rumah. Dia segera berlari kecil menuju mobil Alex."Di mana menantuku?" tanya Lidya tidak sabar."Menantu Mama masih menikmati perannya," Alex tersenyum kecil.Lidya menautkan alisnya, mencoba mencerna ucapan Putranya."Aku di sini Mama, tidak perlu cemas. Aku baik-baik saja," jawab Debora dari dalam. Kepalanya muncul dari balik tubuh Alex."Mama tenang saja, dia kan artis. Jadi hanya pura-pura pingsan saja para penjahat akan me