Share

5. Saya Menginginkan Anda, Nona!

‘Apa dia sudah gila? Untuk apa aku menikahi seorang pembunuh?!’ batin Adeline dengan manik membelalak lebar.

Meski bungkam, River bisa melihat jelas bahwa wanita di hadapannya sedang terkejut. Namun, dirinya tak peduli dengan hal ini, sebab yang dia butuhkan adalah jawaban.

Adeline berusaha menata ekspresinya seraya bertanya, “mengapa saya harus menikah dengan Anda?”

“Anda tahu bahwa saya tidak sedang memohon ‘kan? Waktu Anda untuk memutuskan hanya lima menit, jadi pikirkan baik-baik sebelum saya mengambil tindakan tegas!” sahut River dengan wajah tenang, tapi kata-katanya jelas mengandung ancaman.

“Mana mungkin saya memutuskan hanya dalam lima menit?!”

“Waktu Anda tinggal empat menit lagi!” River mendecak sembari melirik arloji di pergelangan tangan kirinya.

Dan itu, sungguh membuat Adeline tak habis pikir sampai dirinya pun mendengus, “a-apa Anda sudah gila?! Bagaimana bisa—”

Adeline seketika menghentikan ucapnya saat asisten River tiba-tiba berdiri di belakang sembari mengarahkan pistol tepat di pelipisnya.

‘Aish, sial!’ geming wanita itu mengumpat dalam hati. ‘Ba-bagaimana mungkin aku bisa terjebak dalam situasi ini? Tidak mungkin aku menerima tawaran konyol pria ini, tapi bisakah aku lolos darinya?’

Dirinya pun menarik napas dalam dan lantas berkata, “ba-baiklah, saya akan memberi jawaban, tapi singkirkan benda ini. Jauhkan asisten Anda dari saya!”

Mendengar ucapan Adeline, River hanya menyeringai tipis. Namun, lirikannya memberi isyarat pada sang asisten untuk menjauh dari Adeline.

Hanya setelah pistol itu menyingkir darinya, Adeline pun bisa melemaskan bahunya. ‘Aku tidak tahu mengapa semua orang tiba-tiba memintaku untuk menikah. Dan pria ini, aku rasa dia memang gila, tapi … mungkin aku bisa menghindari perjodohan dengan Alfred dengan menerima tawaran darinya. Karena bagaimana pun juga, Ibu hanya memberiku waktu sampai minggu ini untuk membawa calon suami ke mansion.’

Wanita itu menjeda ujarannya dalam hati sambil mengamati River dengan lekat. Namun, belum sempat dirinya menguarkan kata, River malah mendecak, “lima menit Anda sudah berakhir, Nona. Itu berarti—”

“Saya bersedia!” Adeline pun lekas menyambar dengan cepat. “Saya bersedia menikah dengan Anda, tapi Anda harus mengatakan alasan Anda ingi menikahi saya!”

Alih-alih menjelaskan, River malah bangkit dari posisinya. Dia berjalan mendekati Adeline yang kini tampak tegang di seberang.

“Anggap saja karena saya menginginkan Anda, Nona!” tutur pria itu dengan nada berbisik. “Karena Anda sudah menyetujuinya, maka sekarang Anda adalah calon istri saya. Bersiaplah, malam ini kita harus menemui seseorang.”

“A-apa? Apa maksud Anda?!” Adeline yang tak mengerti maksud sang pria berupaya menuntut penjelasan.

“Berhenti, tunggu sebentar!” tukas Adeline saat River hendak keluar ruangan. “A-anda … anda tidak bermaksud membawa saya bertemu dengan keluarga Anda, bukan?”

“Rupanya calon istri saya adalah wanita yang pintar. Kita akan menikah, tentu saja Anda harus memperkenalkan diri kepada keluarga besar saya, bukan?” Sang pria menjawab dengan alis terangkat sebelah.

Adeline yang kini berdiri dari kursinya tampak menatap River dengan manik gemetar. Dia memang menemukan calon suami untuk menggantikan Alfred, tapi jika harus River orangnya, akankah Adeline sanggup menghadapinya?

Dalam hati wanita itu pun membatin, ‘Dia pria yang mengerikan. Bahkan dirinya tidak segan melenyapkan seseorang. Apakah keluarganya tahu? Ba-bagaimana jika seluruh keluarga pria ini sama mengerikannya?’

“Ti-tidakkah bertemu keluarga teralu cepat? Kita bahkan belum mengenal—”

“Bukankah lebih cepat lebih baik?” sambar River memangkas ucapan Adeline. “Dan lagi, saya tidak suka wanita pembangkang. Anda harus ingat ini baik-baik, Nona!”

Dada Adeline serasa dihantam beton puluhan ton, sungguh sesak. Bahkan dirinya sulit bernapas saat River sudah pergi dari hotel tersebut.

‘Sialan! Aku seperti masuk ke kandang singa setelah lolos dari danau penuh buaya. Apa bedanya pria itu dengan Alfred dan Ludwig?!’ Adeline menyugar belahan rambutnya frustasi.

Meski begitu dia tak bisa mundur lagi. Bermain-main dengan River agaknya lebih berbahaya dari menentang titah Sabrina. Wanita tersebut meraih ponselnya, lantas dengan cepat mencari sesuatu dari sana.

‘Resepsionis tadi bilang pria itu dari Hera Group ‘kan? Setidaknya aku harus memastikan, orang seperti apa dia di mata umum?’ tuturnya dalam benak.

Begitu Adeline mencari informasi tentang group perusahaan ternama itu, maniknya sontak membesar saat tahu fakta mengenai pria yang baru saja menawarkan pernikahan dengannya.

“Ri-river Reiner?!” tukasnya terbata. “Mustahil! Ja-jadi dia River Reiner seorang konglomerat generasi ketiga yang akan mewarisi Hera Group?!”

Wanita itu nyaris tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Namun, berapa kali dirinya membaca dan melihat potret River di ponselnya, semua kenyataan itu tak berubah.

‘Lucu sekali! Bagaimana mungkin pria yang begitu sempurna di mata publik, ternyata seorang pembunuh?! Dan yang lebih konyol lagi, aku akan menjadi istrinya?!’

***

Hingga malam tiba, Adeline pun baru kembali ke mansion Daniester. Dirinya harus bersiap untuk bertemu keluarga River. Akan tetapi, saat dia berjalan melewati ruang tengah, irisnya langsung menyorot tajam saat bertatapan dengan Ludwig.

“Mengapa kau baru pulang, Adeline? Aku sudah lama menunggumu,” tukas lelaki itu tersenyum miring.

Alih-alih menanggapi kakak tirinya, wanita tersebut hanya melanjutkan langkahnya. Dan itu sungguh sebuah hinaan bagi Ludwig.

Dengan dada penuh amarah, Ludwig pun merengkuh lengan Adeline untuk menghentikannya.

“Sialan! Apa kau mengabaikanku, hah?!” decaknya mengumpat.

Adeline yang lelah dengan semua masalahnya, nyaris tidak ada tenaga untuk berdebat dengan kakak tirinya yang berengsek ini. Akan tetapi, Ludwig malah terus memancing emosinya.

“Lepaskan atau aku akan teriak?!” sungut Adeline amat geram.

“Kau tahu bahwa kau hanya milikku, bukan? Tapi berani sekali kau berbohong pada Ibu dan Ayah bahwa kau sudah punya calon suami!” Ludwig menyahut dengan tampang garangnya.

“Siapa yang milik siapa? Aku bukan milikmu!” sambar Adeline tandas. “Sadarlah, Kak Ludwig. Kau sangat menyedihkan! Sebaiknya kau cari mangsa lain atau nikahilah salah satu wanita penghiburmu. Ibu bisa gila jika kau terus mengejarku!”

Adeline lekas menampik cekalan tangan Ludwig dan berniat mangkir dari ruangan tersebut. Namun, kakak tirinya itu malah mendorong tubuhnya hingga terhimpit ke dinding. Bahkan Ludwig kini mencengkeram leher Adeline hingga mata wanita itu bergetar penuh kedongkolan.

“Hei, kau sadar apa yang kau bicarakan?! Hanya karena aku mencintaimu, apa kau pikir bisa bertingkah di depanku?” Ludwig menggeram dengan sorot tajam.

“Lalu apa yang akan Kakak lakukan? Apa Kak Ludwig akan membunuhku?!” Adeline menantang karena saking geramnya.

“Kau!” Ludwig yang terpancing pun seketika mengangkat sebelah tangannya.

Namun, belum sempat dirinya melayangkan tamparan di wajah Adeline, seseorang lekas mendecak dengan tajam. “Menyingkir darinya!”

Seketika itu, Ludwig dan Adeline pun berpaling ke sumber suara.

“Si-siapa kau?!” tukas Ludwig menyatukan alisnya.

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Inura Lubyanka
Terima kasih kak semoga suka yah
goodnovel comment avatar
Yani Sugiani
ceritanya bagus
goodnovel comment avatar
Inura Lubyanka
Wah makasih kak Mayang semoga suka sama ceritanya yah❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status