共有

Bab 132

作者: Mita Yoo
last update 最終更新日: 2025-11-02 20:00:33

Cahaya senja mulai menyapu ruang tamu rumah Caleb yang sederhana. Reve, yang baru saja pulang dari klinik, terkejut menemukan Caleb sedang memasukkan beberapa helai baju ke sebuah koper kecil.

“Kau sudah pulang, Dokter?” tanya Reve, meletakkan kunci motornya di meja.

Caleb menoleh, memberikan senyum kecil yang hangat. “Ya. Aku pulang sebentar untuk mengambil barang-barangku, Reve. Aku akan dinas ke luar kota selama tiga hari.”

Caleb melanjutkan memasukkan beberapa dokumen ke dalam tas kerjanya. “Dan mungkin, setelah urusan selesai, aku akan meneruskan penerbangan ke Singapura untuk sebuah konferensi. Jadi …,” dia berhenti dan menatap Reve, “Aku harap kau baik-baik saja di sini sementara waktu tanpa pengawasanku.”

Reve berdiri lebih tegak. Ada harapan baru dalam dirinya yang tidak ada beberapa minggu lalu. “Aku sudah jauh lebih baik, Dokter. Aku rutin minum obat,” dan kemudian, dia menambahkan, “dan aku juga ... mendapat suntika
この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード
ロックされたチャプター

最新チャプター

  • Terjerat Hasrat Tuan Muda Kejam   Bab 164 (21+)

    Uap hangat terus mengepul, membungkus mereka dalam kabut hangat yang intim. Reve masih duduk di belakang Laura, tubuhnya membentuk benteng yang hangat. Setelah membasuh busa dari punggung Laura, tangannya yang masih basah dan hangat mulai menjelajah lebih jauh.Kedua tangan Reve yang besar perlahan bergerak dari pinggang Laura, menyusuri lekuk samping tubuhnya yang basah. Jari-jarinya yang panjang meraba tulang rusuknya yang halus, merasakan setiap tarikan napas Laura yang semakin dalam.Perlahan, telapak tangannya yang terbuka naik lebih tinggi, hingga ujung jari-jarinya menyentuh bagian samping payudara Laura. Kulitnya yang halus dan basah terasa seperti sutra di bawah sentuhannya. Laura menarik napas tajam namun pendek, tubuhnya sedikit bergerak di pangkuan Reve.Kedua ibu jari Reve kemudian dengan sengaja menyapu lembut melintasi puncak payudaranya, menyentuh putingnya yang sudah mengeras akibat suhu udara dan sentuhan darinya. Sebuah ge

  • Terjerat Hasrat Tuan Muda Kejam   Bab 163 (21+)

    Di bawah cahaya lilin yang temaram, tubuh Laura bagai terlepas dari kendali. Setiap ototnya menegang, menari mengikuti irama jari Reve yang semakin menjadi. Kasur berderit lembut menahan gerakan mereka. Keringat membasahi pelipis Laura, rambutnya menempel di dahi yang berkerut. Bibirnya yang merah terbuka, mengeluarkan desahan-desahan pendek yang putus-putus. “Tolong ... hentikan ... aku tidak sanggup …” Reve hanya tersenyum, senyum kecil penuh kendali. Matanya yang gelap tak lepas dari wajah Laura yang tersiksa kenikmatan. “Kau mau apa, Sayang?” bisiknya, sementara jari tengahnya terus bergerak memutar dengan tekanan sempurna tepat di titik paling sensitif. Laura menggeleng liar, tangannya mencengkram lengan Reve. “Langsung saja ... Reve ... tolong …” “Ulangi,” desaknya. Napas Reve membelai telinga Laura. “Aku suka mendengar suaramu seperti ini.”

  • Terjerat Hasrat Tuan Muda Kejam   Bab 162 (21+)

    Malam itu, dunia mereka hanya berada di dalam tenda kecil. Di dalam tenda yang hangat iy, udara terasa pekat oleh desahan dan erangan yang tak lagi terbendung. Lampu tempel masih setia menemani, menerangi tubuh mereka yang berkilat oleh keringat, bagai dua pahatan yang hidup dalam cahaya keemasan.Punggung Reve menegang bagai tali busur yang ditarik hingga puncak. Urat-urat di leher dan lengannya menonjol, menahan gelombang kenikmatan yang menyapu seluruh tubuhnya. Sebuah erangan dalam, serak, dan tak terbendung keluar dari bibirnya, menggetarkan udara di antara mereka.Badannya seluruhnya bergetar hebat, diikuti oleh gemetar yang sama pada tubuh Laura di bawahnya. Kuku-kuku Laura tanpa sadar mencengkeram bahu Reve, meninggalkan jejak kemerahan di kulitnya yang berkeringat.Saat gelombang itu perlahan mereda, Reve terjatuh lemas di atas tubuh Laura, napasnya tersengal-sengal memburu. Dada mereka yang basah saling beradu, denyut jantung merek

  • Terjerat Hasrat Tuan Muda Kejam   Bab 161 (21+)

    Malam yang sejuk di tepi danau, diterangi cahaya bulan purnama dan api unggun yang berkobar. Bunyi jangkrik dan desisan ikan yang dibakar menciptakan suasana alam yang nyaman. Reve duduk di atas tikar, merangkul Laura dari belakang.Dagunya bersandar di sisi bahu Laura, menikmati kehangatan tubuhnya dan pemandangan bulan yang memantul di permukaan air.Saat angin malam berhembus lebih kencang, Laura menggigil. Reve segera menyadarinya.“Kau kedinginan, Sayang?” tanyanya, suara rendahnya bergema dekat telinga Laura.“Iya,” jawab Laura, suaranya gemetar.Tanpa pikir panjang, Reve membuka resleting jaket Laura. Namun alih-alih menutupnya kembali, tangannya justru menyusup ke dalam baju Laura, telapak tangannya yang hangat langsung menempel di kulit perutnya.Laura terkesiap. “Reve—!”Namun Reve tidak berhenti. Tangannya dengan lancar bergerak naik, menjelajahi setiap lekuk tubuh Laura yang

  • Terjerat Hasrat Tuan Muda Kejam   Bab 160

    Udara di klinik Dylan terasa berat, penuh dengan ketegangan . Reve masih berdiri di sana, menatap Laura yang memegang kartu ATM itu seolah-olah itu adalah kunci dari takdir yang akan mereka jalani selanjutnya.Pertanyaannya menggantung di antara mereka, sederhana namun sarat makna. “Jadi,” ucap Reve, suaranya bergetar penuh harap dan keraguan, “Kau menerimaku? Bukan hanya uangku, tapi ... aku. Dengan semua masa laluku yang berantakan, dengan segala kekuranganku?”Laura memandangi kartu di tangannya, lalu menatap langsung ke mata Reve yang penuh kecemasan. Di sana, dia tidak melihat lagi pria arogan yang dulu mengendalikannya. Yang dia lihat adalah seorang pria yang rapuh, yang telah berjuang untuk berubah, dan yang dengan polos menyerahkan seluruh tabungan hidupnya sebagai bukti niatnya.Laura tidak langsung menjawab. Sebaliknya, dia melangkah mendekat, hingga hanya berjarak lima jengkal dari tempat Reve berdiri.“Uang ini,” bisik Laura, mengangkat kartu itu, “hanya sebuah alat. Yang

  • Terjerat Hasrat Tuan Muda Kejam   Bab 159

    Keesokan paginya, sinar matahari menyirami taman belakang rumah Madam Letisha. Laura duduk di bangku kayu, secangkir teh chamomile di tangannya masih penuh, belum disesap sedikitpun. Wajahnya diliputi kerutan kecemasan.Madam Letisha duduk di sampingnya, dengan tenang merajut sambil sesekali melirik Laura.“Aku bingung, Madam,” keluh Laura akhirnya, suaranya lirih dan penuh keraguan.Madam Letisha melirik, “apa yang membuatmu bingung?”“Aku bingung dengan Reve."Madam Letisha tidak langsung menjawab. Jarum rajutannya terus bergerak ritmis sebelum dia berhenti dan menatap Laura dengan bijak. “Cinta itu bukan soal benar atau salah, Nak. Tapi soal pilihan dan konsekuensi.”Wanita tua itu meletakkan rajutannya. “Reve ... dia seperti anggur tua. Rasanya kuat, bisa memabukkan, dan setelahnya seringkali meninggalkan sakit kepala.” Analoginya membuat Laura tersenyum kecut. “Tapi ada juga yang menemukan kesen

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status