"Dia udah berangkat sendiri," jawab Bastian paham yang ditanyakan Cilla adalah Elka.
Cilla dan Bastian masih berada di mobil menuju tempat kerja mereka masing-masing. Cilla tampak mengerutkan alisnya dalam. Dia bertanya pada suaminya mengenai sahabat pria itu.
"Kalian pernah pacaran di waktu SMP terus bersahabat sampai sekarang, apa gak saling jatuh cinta?" tanya Cilla absurd.
"Kepo!" ketus sang suami.
Wanita itu menatap sang suami semakin kesal.
"Oh, gak boleh ya tau tentang suami sendiri?" balas Cilla.
Jauh di lubuk hatinya ada perasaan aneh yang terpantik. Rasa di mana ia ingin tahu lebih dalam sejauh mana hubungan mereka. Cilla telah berjalan mencoba menyelaraskan langkahnya dengan Bastian, tetapi ia tak tahu perasaan pria itu sebenarnya.
"Gak penting!" tukas Bastian.
"Oh, tidak pernah neko-neko ya Mas? Ya, Maura memang wanita sempurna di dunia ini. Dia wanita paling baik hingga suaminya selingkuh darinya!" ujar Arum dengan kemarahan tidak berkurang.Ali menatap wanita itu tajam. Arum tidak pernah berkata kasar seperti ini. Selama ini ia merasa sudah adil dengan keduanya walaupun untuk Arum dia tidak mengekspos hubungan mereka. Namun ia cukup memberikan waktu dan kasih sayang yang melebihi dirinya pada Maura."Jaga bicaramu, Arum!" bentak Ali.Tak lama seorang gadis masuk dengan cepat. Gadis itu tersenyum pada keduanya. Arum tampak terkejut melihatnya."Kalian di sini?" tanya gadis itu dengan tersenyum.Ali bergegas pergi dari sana. Sedang Arum beberapa saat menyusul pria itu. Gadis itu mencuci tangannya di wastafel."Kebetulan yang menguntungkan. Bapaknya Cilla selingkuh dengan Bude Arum. Astaga, mereka seperti keluarga yang rukun tetapi ternyata menyimpan kebusukan!" ucap gadis itu dengan bercermin, bibirnya tersenyum miring.Sedang Arum sungguh
"Ganggu aja, dasar Ubi Cilembu!" sungut Bastian.Ya Ubi Cilembu yaitu Vika. Gadis itu tersenyum lebar mengganggu kakak sepupunya itu. Sesaat hening, Cilla beralih di sebelah Adjeng yang masih tidur.Sedangkan Vika seolah tidak terjadi apa-apa mendekat dan duduk di samping sang nenek. Ia paham, pasangan suami-istri itu malu karena terpergok dirinya."Eyang, Vika kangen. Cepet sembuh yah, yuk kita girls time lagi kayak kemarin," kata Vika.Bastian mendengar hal itu bukannya terharu. Ia mendekat pada gadis itu dan menarik rambutnya yang diikat satu. Bastian berbisik pada adik sepupunya itu."Ubi Cilembu, eyang istirahat. Jangan berisik!"Vika meringis merasakan jambakan Bastian sedikit keras."Mas lepas! Aku kesakitan ini." pinta Vika berbisik.Sesaat pria itu melepas rambut gadis dengan mata bulat tersebut. Bastian kemudian kembali duduk di sofa."Em, Vika. Aku ke cafetaria dulu ya." pamit Cilla.Ia terus menguap sebab tidur hanya sebentar semalam. Bahkan hanya hitungan jam ia tertidur
Cilla menakup wajah sang suami dengan kedua tangannya. Air mata pria itu turun dari matanya. Wanita itu semakin gusar melihat keadaan sang suami."Tian kamu kenapa? Jangan buat aku takut!" Bastian akhirnya memeluk tubuh sang istri. Kini ketegaran tak lagi mampu ia tunjukkan pada istrinya. Sisi rapuh seakan-akan tidak berdaya telah, ia perlihatkan. Detik ini ia gagal bersikap seperti dirinya biasanya."Kopi…" panggil Tian dalam dekapannya.Ia memeluk Cilla begitu kuat. Seakan sakit di dadanya begitu membuncah menyiksa jiwanya. Jangankan berkata, bernafas saja seakan-akan ia tak mampu."Bastian, pelan-pelan. Katakan, ada apa?" Cilla mengurai pelukan, tangannya menghapus air mata Bastian yang sudah mengalir tiada henti di wajahnya. Tangannya mengusap-usap punggung prianya ini. Setelah Bastian mengambil nafas panjang. Ia mencoba menjawab pertanyaan sang istri."Eyang…" jawabannya itu yang mampu keluar dari mulutnya.Tak butuh kelanjutan dari kalimat prianya. Cilla memeluk erat sang suam
Pagi itu tepat saat matahari mulai terbit. Suasana mendung pekat menyelimuti suasana berkabung. Mobil jenazah sudah siap untuk mengantarkan Adjeng ke makam. Bastian dengan kacamata hitam dan kaos berwarna hitam tampak menatap keranda dengan pikiran entah. Diam dan diam, sepanjang malam ia juga tidak bisa memejamkan sedetikpun."Bas, sudah ditungguin Bapak," ucap Maura memberitahu.Ali di balik kemudi akan membawa keluarganya ke makam. Seperti mimpi buruk, suasana seperti tidak memiliki warna. Hanya ada hitam dan putih di mata Bastian. Wajah pria muda itu pucat sedang Cilla memeluk lengan sang suami dengan keadaan lemas. Semua berputar sebagaimana mestinya, prosesi pemakaman telah usai. Bastian dan semua orang kembali ke rumah. "Bas, apa kamu tidak makan?" kata Cilla.Diam, pria itu tak menjawab sang istri. Ia hanya memandang kosong dinding di depannya. Saat ini Bastian dan Cilla sudah kembali ke rumah sendiri. "Bisakah aku menelan nasi, Cilla? Bahkan rasanya aku ingin menyusul Eyang
Cilla seakan dihantam benda keras tepat di kepalanya. Mereka berciuman sungguh seakan sangat menikmati kegiatan itu. Bastian suaminya dan Elka sahabat sedari SMP pria itu, saling memejamkan mat. Dengan posisi Bastian duduk di kursinya sedang Elka bertumpu memeluk pria yang berstatus suaminya itu."Tian," panggil Cilla lebih keras.Sesaat mereka melepas tautan mereka. Bastian berdiri dan Elka merapikan bajunya. Bastian menghampiri sang istri yang ada di ambang pintu."Kopi, aku bisa jelasin." ujar Bastian.Cilla merasa dadanya terasa berat, seolah-olah sedang ditusuk rasa kecewa yang begitu dalam. Air mata menyelinap di pipinya tanpa bisa ia cegah. Perasaan sedih begitu mendominasi hatinya saat melihat suaminya, Bastian, berciuman dengan sahabatnya, Elka.Perasaan kecewa yang melanda Cilla begitu mendalam. Ia merasa dikhianati oleh dua orang yang seharusnya paling ia percayai. Kepercayaan yang selama ini ia bangun dengan susah payah hancur begitu saja dalam sekejap. Segala perjuangan m
Hari-hari berlalu, Cilla masih berada di rumah Maura yang di kota. Sang ibu memenuhi wasiat eyang Adjeng agar tinggal di rumah itu. "Dari kemarin aku nyium baunya Bastian," gerutu Cilla.Semenjak pagi itu saat ia meminta cerai pada Bastian. Pria yang masih berstatus sebagai suaminya itu sama sekali tidak menghubunginya. Ada rasa rindu yang terlintas di hati Cilla, tetapi ia selalu mengingkari perasaan itu. "Apa aku kangen sama biang kerok?" tanya Cilla mencium sarung bantal di samping tempatnya tidur. Dia menggelengkan kepalanya. Hari ini ia merasa tidak sehat. Sehingga hanya di tempat tidur saja. Sedangkan di kantor, Bastian usai memarahi semua karyawannya sebab pekerjaannya dinilai tidak maksimal. Beberapa proyek yang mereka tangani mendapatkan komplain. Ia masih mengeraskan rahangnya saat berada di ruangannya.Tak lama Elka masuk tanpa mengetuk pintu lebih dulu."Kamu kenapa, Bas?" tanya Elka.Pria itu menatap tajam sang sahabat. "Kamu bisa profesional tidak di kantor? Kamu mem
"Astaghfirullah, jam lima!" seru Cilla saat ia tidak bangun tepat saat adzan subuh.Saat bangun ia mengernyitkan dahinya, bajunya terbuka. Ia samar-samar ingat seperti bermimpi bercinta bersama sang suami, tanpa ia tahu jika hal itu benar-benar terjadi."Aku benar-benar sudah tidak waras. Bermimpi basah sampai seperti ini." gerutu wanita bermata bulat ituCilla lantas mandi dan segera salat subuh. Sedang di ruang makan, Maura sang ibu menyiapkan sarapan. Hari berangsur pagi Cilla duduk di meja makan seperti hari biasanya. Sang ibu melihat rambut lembab sang anak."Cilla, apa kamu tidak menghubungi Bastian?" tanya Maura memancing putrinya itu untuk bercerita.Cilla menggelengkan kepalanya lantas mengambil nasi goreng "Kamu belum kasih tau Bastian kalau kamu hamil?" lanjut Mauran bertanya."Belum, Bu. Biarkan saja dia tidak tau. Dia lebih nyaman sama Elka. Biar dia senang." jawab Cilla dengan wajah muram."Lebih baik kamu awali saja, kamu temui Bastian, Cilla." saran sang ibu."Nanti
Cilla menarik selimut sebatas dada. Ia masih berkeringat akibat olahraga malam yang dipelopori Bastian. Bastian menggunakan celana dalamnya dan mengambil celana pendek. Pria itu bergabung ke ranjang bersama sang istri."Jadi adek udah jalan empat bulan, Sayang?" tanya Bastian.Cilla menganggukkan kepalanya mendengar pertanyaan sang suami. Ia masih malu sebelumnya ia begitu liar saat bercinta dengan suaminya itu. Padahal, ia sangat kesal dengan Bastian. Namun, saat digoda ia justru yang begitu semangat melakukan sesi ranjang mereka."Kamu ngerasain apa?" kata Bastian sambil memandang foto USG di tangannya."Kenapa tanya begitu? Tentu aku merasakan puas saat bercinta denganmu. Aku…." jawaban Cilla terhenti saat Bastian beralih memandang dirinya."Maksudnya, apa kamu ngidam atau ada keluhan apa begitu?" kata Bastian menjelaskan pertanyaan yang ia lontarkan barusan.Cilla justru membahas tentang percintaannya. Wanita itu sampai berbalik badan memunggungi sang suami. Ia menggerutu atas keb