Share

Bab 12

Author: Tarasari
Plak!

Drajat menepis tangan yang berada di kerah bajunya dengan satu pukulan, lalu memaki, "Untuk apa kamu berpura-pura?"

"Gunung Caraka itu tertutup salju. Jalanannya licin saat malam hari dan kadang-kadang ada binatang buas di sana. Waktu kamu meninggalkan Nona Talia di hutan itu, apa kamu nggak kepikiran bahwa dia bisa dalam bahaya?" tanya Drajat.

Drajat lanjut menyindir, "Kamu mengantar anak wanita simpanan keluargamu itu ke jamuan Keluarga Mandaka dengan sangat perhatian, bahkan takut dia merasa sedikit pun nggak nyaman. Tapi, masa kamu sama sekali nggak kepikiran untuk mengutus orang pergi mencari adik yang kamu tinggalkan di hutan begitu saja?"

Saat semua orang di sekitar terdiam, suara Drajat kembali terdengar sangat sinis. "Orang seperti Tuan Nendra, benar-benar hatinya sangat kejam."

Wajah Nendra langsung memucat. Kenapa bisa begini .... Dia jelas-jelas menyuruh Talia kembali ke Kuil Ruhi. Seingatnya, tempat itu juga jelas-jelas tidak jauh dari sana ....

Saat itu, Nendra takut Limar dalam bahaya sehingga mengawalnya pergi lebih dulu. Namun, bukankah masih ada Rahadi dan Nugraha? Bukankah mereka berdua sangat dekat dengan Talia? Kenapa mereka tidak meninggalkan pengawal untuk menjaga Talia?

Melihat raut wajah Nendra, Drajat mendengus dingin dengan penuh ejekan, lalu langsung berbalik dan pergi. Orang-orang yang dari tadi berada di sekitarnya juga menunjukkan ekspresi yang berbeda-beda.

Insiden di Kediaman Mandaka terjadi pada pagi tadi. Sekarang, setengah hari sudah berlalu. Semua orang yang perlu tahu, tentu saja sudah mengetahui tentang insiden tersebut.

Selama ini, putra tertua Keluarga Respati selalu dikenal berbicara masuk akal dan bertindak sesuai aturan. Semua tindakannya terlihat sempurna, tanpa ada celah. Reputasi Keluarga Adipati Respati juga sangat baik.

Namun siapa sangka, Nendra bisa sekejam itu pada adiknya sendiri, sementara anak wanita simpanan malah diperlakukan seperti harta karun olehnya ....

Banyak orang hanya bisa menggelengkan kepala. Meski tidak ada yang berkomentar langsung, tatapan mereka seperti jarum yang menusuk. Itu membuat Nendra tidak tahan untuk terus berada di sana.

Nendra pun buru-buru pergi. Barulah kerumunan itu bubar sambil membicarakan hal-hal yang baru saja terjadi. Sementara itu, Keluarga Adipati Respati benar-benar menjadi topik paling hangat di ibu kota hari ini.

Sewaktu Nendra kembali ke Kediaman Adipati Respati, ekspresinya sangat muram. Di aula depan, Indriya dan Aris sudah duduk untuk menunggunya.

Di sisi lain, Limar sedang berlutut di lantai. Tubuhnya terlihat lemah dan gaun panjang berwarna pucat yang dia kenakan penuh cipratan lumpur.

"Ayah, apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Nendra. Dia masuk dengan langkah besar, lalu langsung berusaha menopang Limar sambil bertanya, "Kenapa kamu berlutut? Lantainya dingin, ayo berdiri dulu."

"Kak Nendra ...." Bibir Limar terlihat pucat. Saat mendongak, matanya sudah hampir menangis.

Indriya yang duduk di kursi berujar dengan dingin, "Biarkan dia tetap berlutut!"

"Nenek!" Nendra mengernyit tidak setuju. Dia menjelaskan, "Masalah Talia nggak ada hubungannya sama Limar ...."

Retni menimpali, "Kalau nggak ada hubungannya sama dia, jadi berkaitan dengan siapa? Lagian kalau bukan karena dia yang menghasut, apa kamu bisa sebodoh ini?"

Retni langsung naik pitam. Putranya adalah orang yang sangat berharga. Dia selalu menjaga diri dan tidak pernah berbuat kesalahan. Seluruh ibu kota pun memuji watak Nendra yang tenang dan baik. Namun sekarang, dia malah menjadi bahan ejekan karena insiden kemarin.

Retni memarahi, "Limar itu memang anak wanita simpanan yang nggak layak tampil di depan umum. Aku nggak pernah melarang kalau kamu kasihan sama identitasnya dan mau mengangkat derajatnya. Tapi, aku dan nenekmu juga sudah pernah mengingatkan agar jangan terlalu berlebihan!"

"Ayahmu sudah memberinya status sebagai putri selir, itu saja sudah cukup menghargainya. Nanti, kita tinggal carikan keluarga yang layak untuk menikahinya. Itu sudah bisa dianggap sebagai perlakuan yang sangat baik dari Keluarga Respati. Tapi, kamu malah membiarkan dia menginjak-injak Talia!" seru Retni.

Tubuh Limar gemetar mendengar omelan itu. Air matanya terus berjatuhan. Nendra merasa tidak tega sehingga membalas, "Bu, Limar nggak pernah berniat menginjak-injak siapa pun. Justru Talia yang terlalu picik dan selalu menyulitkan Limar. Aku cuma kesal, makanya menegurnya."

Nendra mengaku, "Kalau bicara soal insiden kemarin di Gunung Caraka, itu memang salahku. Aku terlalu mengkhawatirkan Limar sampai nggak memikirkan perasaan Talia. Nanti kalau dia sudah pulang, aku pasti akan menjelaskannya dengan baik ...."

"Menjelaskan? Kamu tahu nggak, sekarang Talia sudah berada di Kediaman Raja Hardana!" respons Retni.

Mendengar itu, raut wajah Nendra langsung membeku. Di sisi lain, Aris angkat bicara dengan suara tenang, "Tadi di Kediaman Mandaka, Atmaja sendiri yang mengantar Talia ke sana. Semua orang sudah tahu masalah kamu dengan Rahadi dan yang lainnya di Kuil Ruhi kemarin."

"Ratu Hardana sangat marah. Dia menampar Rahadi di hadapan semua orang. Talia juga membongkar identitas asli Limar. Setelah itu, Ratu Hardana langsung membawa Talia ke Kediaman Raja Hardana," lanjut Aris.

Nendra benar-benar tidak menyangka, Talia akan sampai terlibat dengan Atmaja. Dia lebih tidak menyangka bahwa Talia belum kembali ke kediaman. Dia pikir Talia sudah kembali dari tadi.

Seolah-olah memahami pemikiran Nendra, Aris melanjutkan dengan tenang, "Talia jatuh dari tebing karena kudanya ketakutan. Kalau saja Atmaja nggak kebetulan lewat, dia mungkin sudah kehilangan nyawa. Sekalipun masih hidup, dia juga terluka parah."

Aris menambahkan, "Semua orang yang datang ke jamuan Keluarga Mandaka hari ini menyaksikan sendiri gimana Talia dibawa masuk dengan tandu oleh orang-orang Atmaja. Tubuhnya penuh luka, bahkan nggak ada satu bagian pun yang utuh."

Wajah Nendra sontak memucat. Ternyata bukan Drajat yang melebih-lebihkan saat berbicara di istana tadi. Dia pikir, Drajat hanya sengaja menghasut. Padahal hanya tinggal sebentar di Gunung Caraka, kenapa luka Talia bisa separah itu?

"Kamu tahu apa yang orang-orang katakan di luar sana sekarang?" tanya Indriya.

Wajah Indriya terlihat dingin saat memberi tahu, "Mereka bilang, kamu berhati kejam dan menyakiti adik kandung sendiri. Mereka bilang, Keluarga Respati kita tercela dan nggak tahu diri. Kita dituduh menindas anak yatim piatu dari keluarga cabang yang orang tuanya sudah tiada."

Indriya melanjutkan, "Talia adalah satu-satunya keturunan Batara dan istrinya. Kalau saja dia benar-benar mati kemarin, omongan orang luar sudah bisa menghancurkan reputasimu."

Wajah Nendra seketika pucat pasi. Namun, Indriya melanjutkan, "Awalnya kupikir dengan karakter Ratu Hardana, dia pasti akan datang ke sini untuk marah-marah demi membela Talia. Entah itu menamparmu seperti yang dia lakukan ke Pangeran Rahadi atau melampiaskan kemarahannya ke Limar sampai nyaris menghancurkan Kediaman Respati."

"Itu setidaknya menunjukkan dia masih bersedia membicarakan urusan ini. Kalau itu terjadi, aku yang sudah tua ini bisa keluar dan memohon ampun untukmu. Mungkin, Talia dan Ratu Hardana masih mau mengampunimu demi menghargaiku," lanjut Indriya.

"Tapi sejak pagi sampai sekarang, sejak Talia masuk ke Kediaman Raja Hardana, nggak ada satu pun dari mereka yang datang ke Kediaman Respati. Bahkan, nggak ada yang datang menanyakan apa pun. Kamu tahu apa artinya ini?" tanya Indriya.

Ucapan Indriya membuat pikiran Nendra benar-benar kosong. Bagaimana mungkin dia tidak mengerti maksud ucapannya?

Kalau Berlian datang untuk marah-marah, berarti Talia merasa diperlakukan tidak adil dan mengadu padanya tentang apa yang dilakukan Keluarga Respati.

Setelah itu, Berlian pasti akan turun tangan untuk membela Talia dan datang menuntut keadilan. Namun sekarang, dia tidak datang. Itu artinya, Talia sama sekali tidak ingin menyebut soal Keluarga Respati. Talia benar-benar sudah membencinya.

Indriya berujar lagi, "Kalau Talia masih ingin kembali, Ratu Hardana pasti sudah buka suara sejak tadi. Tapi, sekarang dia sudah kecewa terhadapmu dan muak dengan Keluarga Respati."

"Selama dia masih tinggal di Kediaman Raja Hardana, selama itu pula kamu dan Keluarga Respati akan terus jadi bahan hinaan. Selama luka Talia belum sembuh, semua orang cuma akan ingat bahwa Keluarga Respati menyakitinya dan juga gimana kamu sebagai seorang kakak tega meninggalkannya," jelas Indriya.

Indriya melanjutkan, "Setelah kakekmu meninggal, ayahmu seharusnya mewarisi gelar adipati. Tapi sampai sekarang, Kaisar belum pernah menyebut soal itu. Semuanya terus ditunda dan ayahmu dibiarkan nggak bisa naik jabatan."

"Kamu akhirnya bisa masuk istana dan punya masa depan yang cerah, bahkan pencapaianmu mungkin bisa lebih tinggi daripada ayahmu suatu hari nanti. Tapi karena masalah ini membesar sekarang, reputasimu hancur dan nama baik Keluarga Respati juga ikut tercoreng," tambah Indriya.

"Ayahmu nggak mungkin bisa mewarisi gelar adipati lagi. Kalau begitu, gimana kamu bisa bertahan di istana?" tanya Indriya.

Wajah Nendra pucat pasi ketika membalas, "Nek ...."

Selama ini, Nendra tidak pernah memikirkan semua itu. Dia juga tidak pernah menyangka bahwa Talia akan sampai membencinya.

Nendra hanya tidak ingin Talia bersikap keras dan bertingkah sesuka hati. Dia merasa bahwa adiknya itu tidak lagi nurut seperti dulu. Dia begitu tidak bisa menerima Limar, bahkan terus-menerus menyulitkannya. Itu hanya akan membuat orang-orang luar menganggap Talia tidak berpendidikan.

Sebagai kakak, Nendra hanya berharap mereka berdua bisa rukun. Dia hanya ingin sedikit menegur Talia. Namun dia tidak pernah berniat menyakiti Talia, apalagi sampai hampir membuatnya kehilangan nyawa ....

"Aku akan pergi ke Kediaman Raja Hardana untuk minta maaf pada Talia. Aku akan menjemputnya pulang," janji Nendra.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 50

    Indriya merasa seperti baru pertama kali mengenal cucunya. Dia mengamati Talia, lalu berujar, "Kenapa kamu bicara begini? Kejadian jatuh dari tebing itu cuma kecelakaan, kenapa kamu terus mengungkit mati?"Indriya melanjutkan, "Kalau tahu kamu begitu takut, aku akan tetap berusaha menjemputmu pulang biarpun sakit hingga nggak bisa turun dari tempat tidur beberapa hari lalu."Indriya hendak menarik tangan Talia, tetapi dia menyadari luka di tangannya yang dibalut kain sangat parah. Indriya terpaksa merangkul bahu Talia dengan lembut. Matanya memerah dan dia berkata seraya terisak, "Nenek yang salah, seharusnya Nenek nggak membiarkan kamu menderita di luar."Talia dipeluk neneknya. Hanya saja, dia malah bergidik. Talia tidak pernah menyadari ternyata neneknya sangat pandai bicara. Perhatiannya bisa membuat Talia terbuai.Jika bukan karena sudah pernah melihat kekejaman Indriya, takutnya Talia benar-benar percaya orang tua di depannya memang menyayanginya.Talia mencubit luka di jarinya d

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 49

    Dari dulu, nenek Talia adalah sosok yang "penyayang". Di kehidupan sebelumnya, Indriya yang memukul Nendra dan menghukum Limar setelah Talia pulang dengan keadaan terluka. Dia juga langsung meminta maaf kepada Berlian.Indriya memeluk Talia sambil menangis tersedu-sedu. Dia memarahi Nendra, Rahadi, dan Nugraha. Indriya yang merasa kasihan pada Talia terus menemaninya di samping tempat tidur sambil berlinang air mata. Dia berharap bisa menggantikan Talia, sepertinya dia lebih sedih daripada Talia yang terluka.Kemudian, Indriya juga yang bersikap dingin saat menyuruh Talia berhenti merajuk. Dia memperingatkan Talia untuk tahu batasan dan memikirkan kepentingan Keluarga Respati. Indriya melarang Talia merusak masa depan Nendra karena masalah sepele.Indriya melihat Talia dikurung di paviliun terbengkalai. Dia membiarkan Nendra dan lainnya menghina Talia. Indriya melihat mereka membantu Limar merebut semua barang peninggalan ibunya Talia secara perlahan dan menyokong Limar menjadi wanita

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 48

    Indriya menjadi bersemangat. Dia tiba-tiba merasa Talia yang terluka di Gunung Caraka kali ini adalah hal bagus. Setidaknya mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati Atmaja.Tidak peduli apa yang disukai Atmaja dari Talia. Yang penting Keluarga Respati bisa mendapatkan keuntungan.Sementara itu, Retni tidak merencanakan apa pun. Dia hanya merasa cemburu pada Talia yang mendapatkan kediaman semewah ini. Beberapa hari ini, Keluarga Respati sangat cemas. Namun, Talia malah hidup tenang.Retni melihat bawahan Kediaman Magnolia membawa mereka masuk ke aula depan, tetapi dia tidak melihat Talia keluar.Retni berkomentar, "Apa yang dilakukan Talia? Bu, kamu sudah datang, tapi dia nggak keluar untuk menyambutmu. Sebaliknya, dia malah membiarkan senior menunggu di luar. Benar-benar nggak tahu aturan ...."Dina menyajikan teh. Ekspresinya sangat muram saat berucap, "Nyonya Retni, luka di tubuh Nona Talia belum sembuh. Dia masih harus minum obat setiap hari. Waktu kalian datang, tab

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 47

    Mereka tidak mungkin membiarkan Indriya menunggu di luar, tetapi Talia bisa menghindari Indriya dengan alasan sakit.Mendengar ucapan Dina, Talia menggeleng dan menanggapi, "Menunda nggak bisa menyelesaikan masalah. Kediaman Raja Hardana cukup jauh dari Gang Awar. Biarpun Bibi mendapatkan kabar, dia juga nggak sempat datang."Talia menambahkan, "Lagi pula, hari ini mereka datang untuk menemuiku. Walaupun sekarang aku sekarat, aku tetap nggak bisa menghindari Nenek yang mau bertemu denganku.""Tapi Nona ...," ucap Nia. Dia takut Talia disakiti saat menghadapi kedua orang itu.Talia memang takut kepada Indriya, tetapi terkadang dia tetap harus menghadapi masalahnya sendiri. Talia tidak mungkin selalu bergantung pada Atmaja dan Berlian.Talia berujar kepada Dina, "Bi Dina, tolong suruh orang bawa mereka ke aula depan. Bilang saja aku akan segera ke sana setelah selesai mengobati lukaku."Dina terpaksa keluar setelah melihat Talia sudah membuat keputusan. Namun, dia tetap khawatir. Dina di

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 46

    Sewaktu Indriya pergi ke Gang Awar, cuacanya sangat bagus. Kamala datang ke kediaman untuk mengobati luka Talia.Kuntum bunga mawar di halaman sudah tumbuh. Daun-daun menjalar di bambu. Puri dan Dina mengarahkan beberapa pelayan untuk membuat ayunan di luar.Talia yang bersandar di jendela mengobrol dengan Kamala. Dia mendengar Kamala menceritakan hal menarik yang dialaminya di Suhan saat mengobati orang sakit.Kamala berkata, "Kamu nggak tahu orang-orang aneh yang kutemui. Akhir tahun lalu, aku bertemu dengan orang yang sekujur tubuhnya berbulu. Bahkan bulunya panjang dan hitam pekat. Wajahnya ditutupi bulu sampai-sampai cuma kedua matanya yang terlihat.""Pria itu takut dilihat orang lain, jadi dia menyusup ke balai pengobatan dan berdiri di depan pintu kamarku saat tengah malam. Aku kira dia itu siluman beruang hitam waktu melihat tubuhnya yang hitam. Aku sangat ketakutan dan hampir pingsan," lanjut Kamala.Kamala meneruskan, "Suatu kali, aku kekurangan 1 jenis bahan obat-obatan wak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 45

    Selama ini, reputasi Keluarga Respati selalu dijaga dengan baik. Keluarga Nugraha pun telah banyak membantu dan gelar kebangsawanan tinggal selangkah lagi untuk diwariskan. Namun, kini semuanya hancur di tangan Talia.Retni berbicara dengan nada penuh amarah, "Kalau gelar Keluarga Respati benar-benar dicabut dan reputasi Nendra rusak karena kejadian ini hingga membuat Kaisar membencinya, aku nggak akan tinggal diam terhadap Talia.""Cukup! Kamu kira situasi ini belum cukup kacau?" Indriya menegur. Melihat Retni masih tidak bisa menerima, Indriya meneruskan dengan kesal, "Waktu kalian memulai semua ini, seharusnya kalian membereskan segalanya sampai bersih.""Kalian ingin menerimanya, tapi nggak mengurus identitasnya dengan baik. Sekarang kalian malah menyalahkan orang lain karena menemukan celah kalian?"Wajah Aris pun menjadi semakin suram. Dia tak pernah menyangka, Talia yang biasanya patuh dan lembut, bisa begitu kejam hingga tak meninggalkan ruang untuk berunding.Indriya menarik n

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 44

    Atmaja bangkit dan melangkah keluar dari dalam istana, lalu menggunakan saputangan untuk menyeka bahunya yang tadi ditepuk. Ekspresinya menunjukkan rasa jijik."Tuan Atmaja, Tuan Aris dan Tuan Nendra masih berdiri di sana," lapor salah satu penjaga.Atmaja melempar saputangan itu ke lantai, lalu melirik ayah anak yang sudah tampak limbung disinari terik matahari. Dia berujar, "Yang Mulia sudah pergi ke tempat selirnya dan nggak meninggalkan pesan. Hanya bilang nanti akan memanggil mereka."Penjaga itu langsung paham. Ternyata kabar yang beredar itu benar. Ayah dan anak dari Keluarga Respati ini telah membuat Atmaja murka.Semua orang tahu, kalau Kaisar sudah masuk ke bagian belakang istana, dia tidak akan kembali ke aula sampai besok pagi.Penjaga itu tak berani berkata banyak dan kembali berdiri di tempatnya. Sementara Aris dan Nendra yang telah berdiri sejak pagi sampai sore hari, mulai pucat karena dehidrasi dan kelelahan.Mereka sempat ingin mencari seseorang untuk bertanya apa mak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 43

    Atmaja tak menanggapi tatapan penuh senyum Kaisar Atharwa, seakan-akan tak mendengar maksud tersembunyi di balik ucapannya.Dia hanya menjatuhkan bidak hitam ke papan catur, menunduk sambil berkata, "Memang lumayan cocok. Kalau nggak, saya juga nggak akan repot-repot membawa pulang seseorang dari Gunung Caraka yang begitu besar.""Yang Mulia juga tahu, akhir-akhir ini saya sedang pusing dengan urusan transportasi pangan ke ibu kota. Beberapa keluarga bangsawan itu seperti tempurung kura-kura, nggak bisa ditemukan celah apa pun. Saat saya sedang buntu, langit tiba-tiba menunjukkan belas kasih, menganugerahi saya pertemuan ini."Mendengar itu, Kaisar Atharwa tertawa terbahak-bahak. "Kamu ini sungguh berhati batu. Sama sekali nggak tahu caranya mengasihi perempuan.""Saya ini hanya seorang kasim. Mau mengasihi siapa?""Padahal gadis kecil itu kasihan sekali, 'kan?""Saya menyelamatkan nyawanya, memberinya tempat tinggal. Apa yang perlu dikasihani? Kalau nggak ada saya, dia pasti sudah jat

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 42

    Talia sudah menetap di Gang Awar sehingga Kediaman Wicaksana menjadi sangat sunyi.Di luar tampak tenang, tetapi kericuhan di Keluarga Mandaka masih belum mereda. Para anggota Keluarga Respati dan Nendra beberapa hari ini hidup dalam tekanan besar, benar-benar seperti berada di neraka.Aris sebelumnya mengira Talia mudah dikendalikan, sehingga tidak menangani dengan benar dan membiarkan masa lalu Limar terungkap. Fakta bahwa ibu kandung Limar adalah seorang wanita simpanan tak dapat disembunyikan dari orang-orang yang ingin menyelidikinya.Begitu terkuak bahwa Limar adalah anak dari seorang wanita simpanan, sementara Keluarga Respati menganggapnya sebagai anak selir, bahkan membiarkannya menindas keturunan sah hingga hampir membuat Talia yang patim piatu celaka, Keluarga Respati langsung dihujat habis-habisan.Baru saja sidang pagi di istana dimulai, Aris dan Nendra langsung mendapatkan pengaduan dari para pejabat pengawas. Yang satu dituduh tak mampu mengurus rumah tangga, yang satu l

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status