Share

Bab 11

Author: Tarasari
Berlian tidak menyangka bahwa Talia akan bilang tidak mengizinkan dia pergi ke Kediaman Respati. Dia pun membalas sambil mengernyit, "Tapi soal Keluarga Respati, masa mau dibiarkan begitu saja?"

"Nggak akan," jawab Talia.

Berlian bertanya, "Kalau begitu, kamu ...."

Talia merespons, "Nendra dan yang lainnya pasti akan datang mencariku."

Talia memandang ke arah tangannya yang terluka. Yang panik itu Aris dan yang lainnya. Yang malu juga Keluarga Respati sendiri.

Selama Talia belum kembali ke Kediaman Respati, orang-orang di luar sana akan terus mengingat apa yang telah dilakukan Keluarga Respati. Selama dia tetap tenang dan tak goyah, Keluarga Respati sendiri yang akan lebih dulu tidak tahan dan geger.

Berlian tahu betul, dulu Talia sangat lengket dengan putra sulung Keluarga Respati. Apa pun yang dilakukan sebelumnya, dia selalu memanggil kakaknya dengan manja. Kalau bicara soal Nendra, nada suaranya pun menjadi lembut dan akrab.

Namun sekarang, Talia malah menyebut nama Nendra secara langsung. Ketika bicara soal Keluarga Respati, nadanya juga menjadi begitu dingin. Berlian hanya bisa menduga bahwa hati keponakannya telah disakiti oleh Keluarga Respati.

Berlian akhirnya berujar, "Ya sudah, Bibi akan nurut sama kamu."

"Bibi memang yang terbaik," balas Talia. Dia bersandar ke bahu Berlian sembari menggesek-gesek manja.

Berlian menjadi luluh karena sikap manja gadis itu, lalu membelai rambutnya dengan penuh kasih sayang. Dia bertanya, "Kamu dan Atmaja itu sebenarnya gimana? Kenapa tiba-tiba dia mau mengakuimu sebagai adik angkat?"

Talia secara refleks menyentuh giok pola naga yang tergantung di lehernya. Dalam perjalanan pulang ke ibu kota, Atmaja pernah memberitahunya bahwa Listia yang sebelumnya memberinya giok itu sudah meninggal.

Katanya, Listia berasal dari keluarga terhormat, salah satu keluarga bangsawan paling berpengaruh di ibu kota saat itu. Hanya saja, dulu karena bermasalah dengan orang jahat, keluarganya pun menjadi korban. Seluruh Keluarga Bunawan bahkan dituduh melakukan makar dan dihukum mati sekeluarga.

Giok pola naga ini adalah pusaka Keluarga Bunawan. Banyak bangsawan di ibu kota yang mengenalnya.

Sementara itu, orang-orang yang dulu punya dendam dengan Keluarga Bunawan, sekarang malah menduduki posisi penting di istana. Jadi kalau ada yang melihat Talia mengenakan giok Keluarga Bunawan, bisa saja itu menjadi masalah besar.

Atmaja sudah mengingatkannya untuk menyimpan baik-baik giok itu dan jangan cerita ke siapa pun soal Listia.

Talia sebenarnya tidak khawatir bahwa bibinya akan menceritakan ini ke orang lain, tetapi kalau Handaru .... Dia pun menundukkan bulu mata, lalu menjawab pelan, "Aku juga nggak tahu."

Talia menambahkan, "Waktu Tuan Atmaja menyelamatkanku, aku kesakitan sampai akhirnya pingsan. Begitu sadar, aku sudah berada di manor pribadinya. Ketika melihatku waktu itu, dia menunjukkan ekspresi yang sedikit aneh. Dia juga mengatakan hal-hal aneh, seperti aku mirip dengan kenalan lamanya. Tapi, aku juga nggak mendengar terlalu jelas."

"Kemudian, waktu dia tahu soal aku dan Keluarga Respati, dia bilang aku boleh memanggilnya kakak. Dia bahkan membawaku ke Kediaman Mandaka," lanjut Talia.

Mendengar itu, Berlian juga tidak curiga dengan jawaban Talia yang agak samar. Sebab, Atmaja memang sudah sangat terkenal di ibu kota. Sekalipun Berlian jarang berurusan dengan orang-orang di istana, dia tetap tahu betapa berpengaruhnya Atmaja.

Bahkan, Handaru sendiri selalu terdengar hati-hati setiap kali menyebut nama Atmaja. Orang seperti itu jelas tidak punya alasan untuk menjebak Talia yang hanyalah seorang gadis yatim piatu.

"Mungkin kamu memang mirip sama kenalan lamanya," ungkap Berlian. Dia berpikir sebelum menambahkan, "Katanya, Atmaja menjalani masa kecil yang berat. Dia nggak disayang kedua orang tuanya, bahkan kakaknya juga jahat."

Berlian menjelaskan, "Dulu, dia juga hampir dibunuh oleh kakak kandungnya sendiri. Sementara itu demi melindungi kakaknya, ayahnya malah ikut menyerahkan dia buat dibunuh. Makanya setelah Atmaja punya kuasa, dia langsung membantai semua anggota keluarganya."

Menurut Berlian, kondisinya memang mirip dengan Talia. Dia melanjutkan, "Mungkin dia kasihan karena kamu diperlakukan nggak adil sama Keluarga Respati, lalu jadi teringat juga dengan masa kecilnya sendiri. Itu sebabnya, dia mau membantumu."

Soal mengakuinya menjadi kakak angkat, mungkin itu hanyalah omong kosong Atmaja. Saat memikirkan hal tersebut, Talia sontak cemberut. Pria itu bermulut pedas dan berhati keras, mana mungkin dia akan merasa kasihan padanya?

Akan tetapi karena Berlian sudah menemukan alasan sendiri, Talia pun bergumam pelan, "Seharusnya memang begitu."

Berlian pun merasa lega. "Baguslah kalau begitu. Bagaimanapun, dia itu orang Badan Urusan Internal. Meski tubuhnya ada kekurangan, jadi nggak bisa merusak nama baikmu, tetap saja sebaiknya kalian jangan terlalu sering berhubungan."

"Tapi ya, walau orangnya agak kejam dan susah ditebak, dia sudah menyelamatkan nyawamu. Nanti setelah kamu sembuh, Bibi akan mengajakmu pergi mengucapkan terima kasih padanya," tambah Berlian.

Utang nyawa tetap harus dibalas. Hanya saja, Talia sama sekali tidak ingin bertemu dengan Atmaja lagi. Orang itu terlalu jeli dan banyak akal. Tiap kali bertemu, dia selalu merasa dirinya bisa diterawang habis-habisan.

Meskipun tidak ingin bertemu dengannya lagi, Talia juga tidak bisa menemukan alasan yang tepat untuk menolak. Dia pun terdiam sebentar, lalu membalas sambil menunduk dengan lesu, "Ya ...."

....

Talia ikut Berlian kembali ke Kediaman Raja Hardana. Sementara itu soal insiden di Kediaman Mandaka, jelas tidak bisa ditutup-tutupi lagi.

Saat Nendra keluar dari istana usai bertugas, dia mulai merasa ada yang aneh dengan cara orang-orang menatapnya. Namun setiap kali dia menoleh, tatapan mereka langsung buru-buru dialihkan. Bahkan, bisikan yang tadinya terdengar olehnya juga langsung menghilang.

Mereka masih menyapa Nendra seperti biasa, tetapi terasa seolah-olah mereka menarik garis batas dan menjauhinya secara halus.

Nendra memang sudah dikenal sebagai pemuda berbakat sejak muda. Belum genap 20 tahun, dia sudah lulus ujian kekaisaran dan meraih gelar terhormat.

Berhubung mendapat perhatian khusus dari Kaisar, dia diangkat menjadi salah satu dari Empat Juru Tulis di Sekretariat Kekaisaran. Meski jabatannya masih kecil dan hanya kelas tujuh, semua orang tahu bahwa dia mempunyai masa depan yang cerah.

Bakat Nendra luar biasa. Ditambah lagi, dia merupakan putra sulung sah dari Kediaman Adipati Respati. Selama ini, dia selalu menjadi sosok yang disukai banyak orang di kantor pejabat. Namun hari ini, baru pertama kalinya dia merasakan penolakan dan sikap menjauh yang begitu jelas.

Tak jauh dari sana, seorang pejabat muda yang juga baru keluar dari gerbang istana melambaikan tangan sambil tersenyum. Dia menyapa, "Tuan Nendra, sudah selesai bertugas ya? Malam ini, ada jamuan di Restoran Sarena untuk merayakan kenaikan pangkat Tuan Endaru. Kamu mau ikut nggak?"

Nendra baru saja hendak menggeleng untuk menolak, tetapi sudah ada yang menyela duluan, "Untuk apa mengajaknya? Dia itu Tuan Muda Ningrat yang begitu terhormat. Mana sudi bergaul sama kita? Dia jelas nggak punya waktu buat minum-minum bareng kita."

Nendra membalas, "Drajat, kalau kamu diam, nggak bakal ada yang menganggapmu bisu kok."

Orang yang dipanggil Drajat itu seumuran dengan Nendra. Hanya saja kalau dibandingkan dengan sikap kaku dan serius Nendra, dia terlihat jauh lebih santai dan nyeleneh.

Persaingan di antara Nendra dan Drajat sudah lama terjadi. Keduanya sama-sama berbakat sejak muda, sama-sama memasuki akademi istana, ikut ujian kekaisaran di tahun yang sama, dan sama-sama lulus menjadi pejabat. Bedanya, Drajat masuk ke kementerian, sementara Nendra masuk ke Sekretariat Kekaisaran.

Nendra selalu berada di atasnya dalam segala hal. Orang itu juga suka bersikap serius dan menggurui orang lain. Drajat sudah lama sangat muak padanya.

Drajat menyindir, "Aku bukan orang bisu, cumanya nggak sefasih kamu, Tuan Muda Ningrat, dalam berbicara. Tuan Nendra memang hebat ya, bahkan bisa memutarbalikkan fakta. Dulu aku masih mengira kamu itu orang yang taat aturan dan menempuh jalan yang benar. Tapi sekarang kulihat, kamu benar-benar sudah menodai kata 'ningrat' itu sendiri."

"Apa maksudmu?" tanya Nendra.

Drajat balik bertanya, "Masih mau pura-pura? Keluarga Respati kalian memperlakukan seorang anak wanita simpanan seperti harta karun. Kalian memaksanya masuk ke keluarga cabang dan memperlakukannya seolah-olah dia adalah putri selir. Sementara itu, dia malah menindas putri dari istri sah keluarga cabang. Kamu berani bilang nggak tahu tentang ini?"

"Omong kosong apa yang kamu bicarakan!" seru Nendra.

Drajat membalas, "Aku bicara omong kosong? Jangan-jangan kamu belum tahu ya? Sekarang, identitas Limar sudah tersebar ke seluruh ibu kota."

Melihat perubahan drastis di wajah Nendra, Drajat tidak bisa menahan tawa mengejek. Dia menambahkan, "Katanya pagi-pagi sebelum berangkat tugas, kamu sendiri yang mengantar anak wanita simpanan itu ke kediaman Tuan Satrio."

"Kamu memperlakukannya dengan penuh perhatian dan serba hati-hati, seolah nggak rela dia menderita sedikit pun. Tapi aku penasaran, apakah Tuan Nendra masih ingat dengan adik kandung yang kemarin kamu tinggalkan di Gunung Caraka dan hampir mati karena jatuh itu?" tanya Drajat.

Drajat melanjutkan, "Eh, benar juga sih. Kalau kamu tega meninggalkannya sendirian di hutan belantara, mana mungkin bakal peduli soal hidup matinya? Hanya saja, kasihan banget Nona Talia. Kakinya patah, wajahnya pun terluka ...."

Seluruh pikiran Nendra langsung terguncang, hingga dia tidak bisa lagi bersikap tenang seperti sebelumnya. Dia langsung maju dan mencengkeram kerah baju Drajat dengan marah, lalu bertanya, "Apa katamu barusan? Talia kenapa?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 50

    Indriya merasa seperti baru pertama kali mengenal cucunya. Dia mengamati Talia, lalu berujar, "Kenapa kamu bicara begini? Kejadian jatuh dari tebing itu cuma kecelakaan, kenapa kamu terus mengungkit mati?"Indriya melanjutkan, "Kalau tahu kamu begitu takut, aku akan tetap berusaha menjemputmu pulang biarpun sakit hingga nggak bisa turun dari tempat tidur beberapa hari lalu."Indriya hendak menarik tangan Talia, tetapi dia menyadari luka di tangannya yang dibalut kain sangat parah. Indriya terpaksa merangkul bahu Talia dengan lembut. Matanya memerah dan dia berkata seraya terisak, "Nenek yang salah, seharusnya Nenek nggak membiarkan kamu menderita di luar."Talia dipeluk neneknya. Hanya saja, dia malah bergidik. Talia tidak pernah menyadari ternyata neneknya sangat pandai bicara. Perhatiannya bisa membuat Talia terbuai.Jika bukan karena sudah pernah melihat kekejaman Indriya, takutnya Talia benar-benar percaya orang tua di depannya memang menyayanginya.Talia mencubit luka di jarinya d

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 49

    Dari dulu, nenek Talia adalah sosok yang "penyayang". Di kehidupan sebelumnya, Indriya yang memukul Nendra dan menghukum Limar setelah Talia pulang dengan keadaan terluka. Dia juga langsung meminta maaf kepada Berlian.Indriya memeluk Talia sambil menangis tersedu-sedu. Dia memarahi Nendra, Rahadi, dan Nugraha. Indriya yang merasa kasihan pada Talia terus menemaninya di samping tempat tidur sambil berlinang air mata. Dia berharap bisa menggantikan Talia, sepertinya dia lebih sedih daripada Talia yang terluka.Kemudian, Indriya juga yang bersikap dingin saat menyuruh Talia berhenti merajuk. Dia memperingatkan Talia untuk tahu batasan dan memikirkan kepentingan Keluarga Respati. Indriya melarang Talia merusak masa depan Nendra karena masalah sepele.Indriya melihat Talia dikurung di paviliun terbengkalai. Dia membiarkan Nendra dan lainnya menghina Talia. Indriya melihat mereka membantu Limar merebut semua barang peninggalan ibunya Talia secara perlahan dan menyokong Limar menjadi wanita

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 48

    Indriya menjadi bersemangat. Dia tiba-tiba merasa Talia yang terluka di Gunung Caraka kali ini adalah hal bagus. Setidaknya mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati Atmaja.Tidak peduli apa yang disukai Atmaja dari Talia. Yang penting Keluarga Respati bisa mendapatkan keuntungan.Sementara itu, Retni tidak merencanakan apa pun. Dia hanya merasa cemburu pada Talia yang mendapatkan kediaman semewah ini. Beberapa hari ini, Keluarga Respati sangat cemas. Namun, Talia malah hidup tenang.Retni melihat bawahan Kediaman Magnolia membawa mereka masuk ke aula depan, tetapi dia tidak melihat Talia keluar.Retni berkomentar, "Apa yang dilakukan Talia? Bu, kamu sudah datang, tapi dia nggak keluar untuk menyambutmu. Sebaliknya, dia malah membiarkan senior menunggu di luar. Benar-benar nggak tahu aturan ...."Dina menyajikan teh. Ekspresinya sangat muram saat berucap, "Nyonya Retni, luka di tubuh Nona Talia belum sembuh. Dia masih harus minum obat setiap hari. Waktu kalian datang, tab

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 47

    Mereka tidak mungkin membiarkan Indriya menunggu di luar, tetapi Talia bisa menghindari Indriya dengan alasan sakit.Mendengar ucapan Dina, Talia menggeleng dan menanggapi, "Menunda nggak bisa menyelesaikan masalah. Kediaman Raja Hardana cukup jauh dari Gang Awar. Biarpun Bibi mendapatkan kabar, dia juga nggak sempat datang."Talia menambahkan, "Lagi pula, hari ini mereka datang untuk menemuiku. Walaupun sekarang aku sekarat, aku tetap nggak bisa menghindari Nenek yang mau bertemu denganku.""Tapi Nona ...," ucap Nia. Dia takut Talia disakiti saat menghadapi kedua orang itu.Talia memang takut kepada Indriya, tetapi terkadang dia tetap harus menghadapi masalahnya sendiri. Talia tidak mungkin selalu bergantung pada Atmaja dan Berlian.Talia berujar kepada Dina, "Bi Dina, tolong suruh orang bawa mereka ke aula depan. Bilang saja aku akan segera ke sana setelah selesai mengobati lukaku."Dina terpaksa keluar setelah melihat Talia sudah membuat keputusan. Namun, dia tetap khawatir. Dina di

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 46

    Sewaktu Indriya pergi ke Gang Awar, cuacanya sangat bagus. Kamala datang ke kediaman untuk mengobati luka Talia.Kuntum bunga mawar di halaman sudah tumbuh. Daun-daun menjalar di bambu. Puri dan Dina mengarahkan beberapa pelayan untuk membuat ayunan di luar.Talia yang bersandar di jendela mengobrol dengan Kamala. Dia mendengar Kamala menceritakan hal menarik yang dialaminya di Suhan saat mengobati orang sakit.Kamala berkata, "Kamu nggak tahu orang-orang aneh yang kutemui. Akhir tahun lalu, aku bertemu dengan orang yang sekujur tubuhnya berbulu. Bahkan bulunya panjang dan hitam pekat. Wajahnya ditutupi bulu sampai-sampai cuma kedua matanya yang terlihat.""Pria itu takut dilihat orang lain, jadi dia menyusup ke balai pengobatan dan berdiri di depan pintu kamarku saat tengah malam. Aku kira dia itu siluman beruang hitam waktu melihat tubuhnya yang hitam. Aku sangat ketakutan dan hampir pingsan," lanjut Kamala.Kamala meneruskan, "Suatu kali, aku kekurangan 1 jenis bahan obat-obatan wak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 45

    Selama ini, reputasi Keluarga Respati selalu dijaga dengan baik. Keluarga Nugraha pun telah banyak membantu dan gelar kebangsawanan tinggal selangkah lagi untuk diwariskan. Namun, kini semuanya hancur di tangan Talia.Retni berbicara dengan nada penuh amarah, "Kalau gelar Keluarga Respati benar-benar dicabut dan reputasi Nendra rusak karena kejadian ini hingga membuat Kaisar membencinya, aku nggak akan tinggal diam terhadap Talia.""Cukup! Kamu kira situasi ini belum cukup kacau?" Indriya menegur. Melihat Retni masih tidak bisa menerima, Indriya meneruskan dengan kesal, "Waktu kalian memulai semua ini, seharusnya kalian membereskan segalanya sampai bersih.""Kalian ingin menerimanya, tapi nggak mengurus identitasnya dengan baik. Sekarang kalian malah menyalahkan orang lain karena menemukan celah kalian?"Wajah Aris pun menjadi semakin suram. Dia tak pernah menyangka, Talia yang biasanya patuh dan lembut, bisa begitu kejam hingga tak meninggalkan ruang untuk berunding.Indriya menarik n

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 44

    Atmaja bangkit dan melangkah keluar dari dalam istana, lalu menggunakan saputangan untuk menyeka bahunya yang tadi ditepuk. Ekspresinya menunjukkan rasa jijik."Tuan Atmaja, Tuan Aris dan Tuan Nendra masih berdiri di sana," lapor salah satu penjaga.Atmaja melempar saputangan itu ke lantai, lalu melirik ayah anak yang sudah tampak limbung disinari terik matahari. Dia berujar, "Yang Mulia sudah pergi ke tempat selirnya dan nggak meninggalkan pesan. Hanya bilang nanti akan memanggil mereka."Penjaga itu langsung paham. Ternyata kabar yang beredar itu benar. Ayah dan anak dari Keluarga Respati ini telah membuat Atmaja murka.Semua orang tahu, kalau Kaisar sudah masuk ke bagian belakang istana, dia tidak akan kembali ke aula sampai besok pagi.Penjaga itu tak berani berkata banyak dan kembali berdiri di tempatnya. Sementara Aris dan Nendra yang telah berdiri sejak pagi sampai sore hari, mulai pucat karena dehidrasi dan kelelahan.Mereka sempat ingin mencari seseorang untuk bertanya apa mak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 43

    Atmaja tak menanggapi tatapan penuh senyum Kaisar Atharwa, seakan-akan tak mendengar maksud tersembunyi di balik ucapannya.Dia hanya menjatuhkan bidak hitam ke papan catur, menunduk sambil berkata, "Memang lumayan cocok. Kalau nggak, saya juga nggak akan repot-repot membawa pulang seseorang dari Gunung Caraka yang begitu besar.""Yang Mulia juga tahu, akhir-akhir ini saya sedang pusing dengan urusan transportasi pangan ke ibu kota. Beberapa keluarga bangsawan itu seperti tempurung kura-kura, nggak bisa ditemukan celah apa pun. Saat saya sedang buntu, langit tiba-tiba menunjukkan belas kasih, menganugerahi saya pertemuan ini."Mendengar itu, Kaisar Atharwa tertawa terbahak-bahak. "Kamu ini sungguh berhati batu. Sama sekali nggak tahu caranya mengasihi perempuan.""Saya ini hanya seorang kasim. Mau mengasihi siapa?""Padahal gadis kecil itu kasihan sekali, 'kan?""Saya menyelamatkan nyawanya, memberinya tempat tinggal. Apa yang perlu dikasihani? Kalau nggak ada saya, dia pasti sudah jat

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 42

    Talia sudah menetap di Gang Awar sehingga Kediaman Wicaksana menjadi sangat sunyi.Di luar tampak tenang, tetapi kericuhan di Keluarga Mandaka masih belum mereda. Para anggota Keluarga Respati dan Nendra beberapa hari ini hidup dalam tekanan besar, benar-benar seperti berada di neraka.Aris sebelumnya mengira Talia mudah dikendalikan, sehingga tidak menangani dengan benar dan membiarkan masa lalu Limar terungkap. Fakta bahwa ibu kandung Limar adalah seorang wanita simpanan tak dapat disembunyikan dari orang-orang yang ingin menyelidikinya.Begitu terkuak bahwa Limar adalah anak dari seorang wanita simpanan, sementara Keluarga Respati menganggapnya sebagai anak selir, bahkan membiarkannya menindas keturunan sah hingga hampir membuat Talia yang patim piatu celaka, Keluarga Respati langsung dihujat habis-habisan.Baru saja sidang pagi di istana dimulai, Aris dan Nendra langsung mendapatkan pengaduan dari para pejabat pengawas. Yang satu dituduh tak mampu mengurus rumah tangga, yang satu l

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status