Share

Bab 14

Author: Tarasari
Hubungan antara Berlian dan Handaru selalu sangat baik. Saat masih kecil, Talia sering keluar masuk Kediaman Raja Hardana, bahkan sering menginap di tempat bibinya. Dia menyaksikan sendiri betapa nurut dan perhatiannya pria itu terhadap bibinya.

Mulai dari urusan besar seperti makan, pakaian, dan bepergian, sampai hal-hal kecil seperti tusuk rambut dan hiasan kepala, semuanya selalu Handaru perhatikan. Bahkan, kain yang digunakan untuk menjahitkan pakaian Berlian setiap tahun pun dipilih langsung olehnya.

Apa pun keinginan Berlian, selalu Handaru turuti. Dia tidak pernah marah sekali pun. Kalaupun ada pertengkaran di antara mereka, biasanya Handaru yang akan lebih dulu mengalah dan meminta maaf pada bibinya.

Meskipun Berlian sudah menikah dan punya anak selama bertahun-tahun, sifat manjanya tetap seperti gadis muda.

Di sisi lain, Talia pun tak hanya sekali melihat keduanya saling berbisik dan bercumbu dengan penuh kasih sayang. Cinta mereka terlihat begitu dalam hingga membuat orang iri.

Handaru sangat baik pada bibinya sampai-sampai tidak ada celah untuk dikritik. Bahkan dia juga menyayangi Talia karena kedekatannya dengan Berlian, seolah-olah dia adalah putrinya sendiri.

Sayangnya di kehidupan sebelumnya, saat Talia terperangkap di halaman belakang Keluarga Respati, Berlian tiba-tiba jatuh sakit dan meninggal. Saat itu, dia sangat berharap Handaru bisa datang untuk menyelamatkannya, tetapi dia tak pernah muncul bahkan sekali pun.

Bahkan ketika Rahadi dan Keluarga Respati memperlakukannya dengan kejam, juga ketika Nugraha membatalkan pertunangan dan menikah dengan orang lain, pamannya itu seolah-olah tidak tahu apa-apa.

Ketika Limar dan Nugraha akan menikah, Talia baru tahu bahwa Handaru ternyata sudah memiliki istri baru di Kediaman Raja Hardana.

Saat itu, Berlian baru meninggal belum genap dua tahun, tetapi pamannya itu sudah menikah lagi sejak setahun sebelumnya. Dia bahkan terlihat sangat mesra dengan istri barunya.

Mereka selalu pergi bersama, seolah-olah semua cinta yang dulu Handaru berikan pada Berlian telah dipindahkan pada wanita itu. Selain Rahadi yang sempat mengeluh beberapa kali, semua orang seakan-akan sudah melupakan bibinya.

Talia menggenggam erat telapak tangannya. Bagian yang terbungkus perban terasa nyeri dan menusuk. Sebenarnya, apakah Handaru bisa berpaling secepat itu? Mungkinkah selama ini, cinta mendalam yang dia tunjukkan pada Berlian hanyalah sandiwara?

Angin malam bertiup di luar rumah. Ranting-ranting pohon di paviliun bergoyang dan mengeluarkan suara pelan.

Talia menunduk sambil memainkan giok pola naga yang tergantung di lehernya. Tali giok itu sebelumnya sempat ditarik hingga putus oleh Atmaja, lalu Kamala bantu menggantinya dengan simpul baru berbentuk simpul Vajra dan menambahkan dua manik keberuntungan di samping liontinnya. Katanya, supaya dia bisa hidup dengan aman dan segalanya berjalan lancar.

Tiba-tiba, Talia merasa ingin bertemu dengan Atmaja. Dia begitu pintar, pasti bisa menebak apa yang sebenarnya dipikirkan Handaru.

"Sudah nggak mau tanganmu lagi?" Mendengar kata-kata itu, Talia yang sedang melamun langsung terkejut.

"Kamu bengong ya?" Suara berat dan pelan itu terdengar seolah tanpa maksud khusus, seperti hawa dingin yang diam-diam meresap ke dada.

Itu membuat Talia langsung menoleh. Jendela yang tadinya tertutup, entah sejak kapan sudah terbuka. Angin malam pun berembus masuk perlahan.

Atmaja berdiri di sana dalam balutan jubah putih. Jubah panjangnya yang bersulam naga terlihat begitu mencolok, seolah-olah dia tengah berdiri di manornya sendiri.

Di belakangnya, tiang beranda merah tua berdiri kokoh. Cahaya lilin di sekitarnya menyinari tubuhnya dan membuat sorot matanya terlihat berkilau dan dalam.

Talia bertanya dengan mata terbelalak, "Kenapa kamu datang?"

"Memangnya aku nggak boleh datang?" balas Atmaja.

"Bukan begitu ...." Baru saja Talia sedang diam-diam memikirkannya sebentar, lalu orang ini tiba-tiba muncul. Apakah dia ini kolam permohonan di Kuil Ruhi? Padahal, Talia tidak melempar koin ....

Penampilan Talia saat membelalakkan mata, membuat Atmaja tertawa. Dia lalu berjalan memutar ke pintu utama dan masuk ke dalam.

Atmaja menjelaskan, "Tadi pagi, aku lupa kasih salep buat lukamu. Kamala baru saja meracik salep penghalus kulit dan khusus berpesan agar aku memberikannya langsung padamu."

"Katanya, kamu harus memakainya tiap hari supaya bekas lukanya hilang. Dia juga bilang, anak gadis takut sakit dan nggak tahan pahit. Makanya, dia juga membuatkan bola permen untuk kamu makan bareng obatnya. Biar mulutmu tetap manis," tambah Atmaja.

Begitu teringat betapa jagonya Kamala yang baru saja dekat dengannya dalam menggoda orang, senyuman pun langsung menghiasi wajah Talia. Matanya juga ikut menyipit ceria.

Kini, pelayan-pelayan Kediaman Raja Hardana sudah tidak kelihatan di luar. Hanya Pirata yang berdiri di sana dengan santai.

Di dalam, Atmaja berjalan ke kursi di seberangnya dan duduk. Dia menatap gadis kecil di hadapannya sambil bertanya, "Tadi, kamu lagi memikirkan apa?"

Sorot mata Talia begitu fokus, tetapi di dalamnya mengandung kebingungan dan kesedihan. Atmaja selalu merasa gadis kecil ini sepertinya menyimpan banyak rahasia. Padahal usianya masih muda dan harusnya lugu serta polos, tetapi wajahnya malah sering menunjukkan rasa takut dan cemas yang sulit diungkapkan.

"Masalah Keluarga Respati bikin kamu merasa tertekan?" tanya Atmaja.

Talia terdiam sebentar, lalu menjawab sambil menggeleng, "Bukan."

"Kalau begitu, pasti seseorang di Kediaman Raja Hardana yang bikin kamu tertekan." Nada bicara Atmaja tenang dan dingin, tetapi ucapannya begitu yakin.

"Ratu Hardana sangat melindungimu. Demi kamu, dia bahkan rela mempermalukan anak kandungnya di depan umum. Dia pasti nggak akan membiarkanmu kesusahan. Waktu di Kediaman Mandaka, kamu juga berani membalas Rahadi tanpa ragu dan dia juga nggak menunjukkan reaksi apa pun. Jadi, pasti bukan dia. Kalau begitu, Raja Hardana ya?" tanya Atmaja.

Mendengar itu, tatapan Talia langsung berubah. Dahi Atmaja agak mengernyit ketika bertanya, "Jadi, memang benar Raja Hardana. Dia menindasmu?"

"Nggak!" Talia buru-buru menjawab demikian. Padahal nada bicara Atmaja sangat datar, bahkan tidak menunjukkan ekspresi dingin. Namun entah kenapa, dia merasa kalau Atmaja bisa saja langsung membunuh Handaru hanya karena satu kalimat darinya.

Talia cepat-cepat menjelaskan, "Dia nggak menindasku. Hanya saja, ada beberapa hal yang nggak bisa kupahami ...."

Melihat Atmaja seolah-olah ingin bicara lagi, Talia buru-buru menahan, "Tuan Atmaja, bisakah kamu berhenti terus menebak isi pikiranku ...."

Talia sadar bahwa dirinya tidak terlalu pintar, juga telah menyia-nyiakan banyak waktu di masa lalu. Namun setiap kali pikirannya bisa ditebak dengan mudah seperti itu, dia merasa dirinya sangat bodoh.

Padahal Talia sudah menjalani hidup kedua dan berusaha keras untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Akan tetapi, setiap kali orang ini muncul dan langsung menebak isi hatinya dengan tepat, dia selalu merasa sangat terpuruk.

Setelah berkata begitu, Talia jadi enggan menatap Atmaja. Dia menunduk sambil memandang ujung jarinya yang dibalut seperti ketupat, lalu merasa itu terlihat sangat jelek.

Ruangan kamar sempat hening sejenak. Kemudian, bagian belakang kepala Talia tiba-tiba ditepuk ringan. Atmaja memprotes, "Panggil aku kakak."

Talia pun mendongak dan melihat Atmaja sudah duduk di sampingnya. Pria itu menjelaskan, "Aku bisa menebak isi hatimu, bukan karena kamu bodoh. Itu karena aku sudah terbiasa membaca orang selama bertahun-tahun. Kalau kamu nggak suka, aku nggak akan menebak lagi."

Wajah Talia terlihat linglung. Atmaja melihat matanya yang hitam berkilau, lalu membalikkan telapak tangannya dan menunjukkan bola permen yang ada di sana.

Atmaja memberi tahu, "Aku belum pernah punya adik, jadi nggak tahu harus gimana memperlakukanmu. Kalau ada yang kamu nggak suka, langsung bilang saja. Nanti, aku usahakan untuk berubah."

Talia mendengarnya berbicara dengan nada pelan seperti itu. Bola permen yang jatuh di telapak tangannya masih menyisakan hangat dari telapak tangan Atmaja. Seketika, dia merasa napasnya tercekat.

Butuh waktu cukup lama sebelum Talia perlahan menggenggam bola permen itu erat-erat. Dia membalas, "Apakah siapa pun yang punya giok pola naga itu akan kamu perlakukan sebaik ini juga?"

Atmaja menoleh heran, tetapi tetap menjawab jujur, "Nggak."

Talia menatapnya dengan sungguh-sungguh. Kemudian, Atmaja melanjutkan, "Giok pola naga itu peninggalan Bibi Listia. Dia berjasa besar padaku. Kalau orang lain yang memakainya, aku paling cuma akan memperhatikan sedikit."

Listia memang pernah menyelamatkan Atmaja. Wanita itu juga pernah sangat baik padanya. Namun, sepuluh tahun sudah berlalu dan dia jelas bukan lagi anak muda polos yang dulu.

Mungkin Atmaja akan memberi perhatian lebih karena kenangan masa lalu. Kalau tidak merasa terganggu, dia juga akan membantu orang itu hidup lebih baik. Hanya saja kalau sampai harus turun tangan langsung dan peduli sepenuh hati, Atmaja tidak punya waktu untuk itu.

Perlakuan istimewa Atmaja pada Talia bukanlah tanpa alasan. Meski sudah lebih dari sepuluh tahun berlalu, dalam diri gadis ini, dia masih bisa melihat bayangan gadis mungil dulu yang menangis sambil memeluk kakinya.

Sebab Talia berhati polos, sama seperti gadis kecil yang dulu terus berceloteh di masa-masa kelam itu dan belum ternoda oleh dunia. Sorot sepasang matanya pun jernih, seolah-olah segalanya bisa terlihat jelas dari sana. Singkatnya, Atmaja peduli karena dia adalah Talia, bukan karena identitasnya.

Talia langsung berkaca-kaca. Air bening dengan cepat memenuhi pelupuknya. Dia sebenarnya tidak ingin menangis, tetapi rasa sakit karena hidupnya seperti direbut orang lain membuatnya ingin menangis sekeras-kerasnya.

Talia buru-buru memalingkan wajah, lalu mengangkat lengan untuk menutupi matanya yang sudah berkaca-kaca. Sebelum sempat menahan tangis, terdengar suara gaduh dari luar paviliun.

Tak lama kemudian, suara itu makin dekat. Dari depan pintu, suara Pirata segera terdengar. "Tuan Atmaja, Pangeran Rahadi dan Tuan Nendra datang."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 50

    Indriya merasa seperti baru pertama kali mengenal cucunya. Dia mengamati Talia, lalu berujar, "Kenapa kamu bicara begini? Kejadian jatuh dari tebing itu cuma kecelakaan, kenapa kamu terus mengungkit mati?"Indriya melanjutkan, "Kalau tahu kamu begitu takut, aku akan tetap berusaha menjemputmu pulang biarpun sakit hingga nggak bisa turun dari tempat tidur beberapa hari lalu."Indriya hendak menarik tangan Talia, tetapi dia menyadari luka di tangannya yang dibalut kain sangat parah. Indriya terpaksa merangkul bahu Talia dengan lembut. Matanya memerah dan dia berkata seraya terisak, "Nenek yang salah, seharusnya Nenek nggak membiarkan kamu menderita di luar."Talia dipeluk neneknya. Hanya saja, dia malah bergidik. Talia tidak pernah menyadari ternyata neneknya sangat pandai bicara. Perhatiannya bisa membuat Talia terbuai.Jika bukan karena sudah pernah melihat kekejaman Indriya, takutnya Talia benar-benar percaya orang tua di depannya memang menyayanginya.Talia mencubit luka di jarinya d

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 49

    Dari dulu, nenek Talia adalah sosok yang "penyayang". Di kehidupan sebelumnya, Indriya yang memukul Nendra dan menghukum Limar setelah Talia pulang dengan keadaan terluka. Dia juga langsung meminta maaf kepada Berlian.Indriya memeluk Talia sambil menangis tersedu-sedu. Dia memarahi Nendra, Rahadi, dan Nugraha. Indriya yang merasa kasihan pada Talia terus menemaninya di samping tempat tidur sambil berlinang air mata. Dia berharap bisa menggantikan Talia, sepertinya dia lebih sedih daripada Talia yang terluka.Kemudian, Indriya juga yang bersikap dingin saat menyuruh Talia berhenti merajuk. Dia memperingatkan Talia untuk tahu batasan dan memikirkan kepentingan Keluarga Respati. Indriya melarang Talia merusak masa depan Nendra karena masalah sepele.Indriya melihat Talia dikurung di paviliun terbengkalai. Dia membiarkan Nendra dan lainnya menghina Talia. Indriya melihat mereka membantu Limar merebut semua barang peninggalan ibunya Talia secara perlahan dan menyokong Limar menjadi wanita

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 48

    Indriya menjadi bersemangat. Dia tiba-tiba merasa Talia yang terluka di Gunung Caraka kali ini adalah hal bagus. Setidaknya mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati Atmaja.Tidak peduli apa yang disukai Atmaja dari Talia. Yang penting Keluarga Respati bisa mendapatkan keuntungan.Sementara itu, Retni tidak merencanakan apa pun. Dia hanya merasa cemburu pada Talia yang mendapatkan kediaman semewah ini. Beberapa hari ini, Keluarga Respati sangat cemas. Namun, Talia malah hidup tenang.Retni melihat bawahan Kediaman Magnolia membawa mereka masuk ke aula depan, tetapi dia tidak melihat Talia keluar.Retni berkomentar, "Apa yang dilakukan Talia? Bu, kamu sudah datang, tapi dia nggak keluar untuk menyambutmu. Sebaliknya, dia malah membiarkan senior menunggu di luar. Benar-benar nggak tahu aturan ...."Dina menyajikan teh. Ekspresinya sangat muram saat berucap, "Nyonya Retni, luka di tubuh Nona Talia belum sembuh. Dia masih harus minum obat setiap hari. Waktu kalian datang, tab

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 47

    Mereka tidak mungkin membiarkan Indriya menunggu di luar, tetapi Talia bisa menghindari Indriya dengan alasan sakit.Mendengar ucapan Dina, Talia menggeleng dan menanggapi, "Menunda nggak bisa menyelesaikan masalah. Kediaman Raja Hardana cukup jauh dari Gang Awar. Biarpun Bibi mendapatkan kabar, dia juga nggak sempat datang."Talia menambahkan, "Lagi pula, hari ini mereka datang untuk menemuiku. Walaupun sekarang aku sekarat, aku tetap nggak bisa menghindari Nenek yang mau bertemu denganku.""Tapi Nona ...," ucap Nia. Dia takut Talia disakiti saat menghadapi kedua orang itu.Talia memang takut kepada Indriya, tetapi terkadang dia tetap harus menghadapi masalahnya sendiri. Talia tidak mungkin selalu bergantung pada Atmaja dan Berlian.Talia berujar kepada Dina, "Bi Dina, tolong suruh orang bawa mereka ke aula depan. Bilang saja aku akan segera ke sana setelah selesai mengobati lukaku."Dina terpaksa keluar setelah melihat Talia sudah membuat keputusan. Namun, dia tetap khawatir. Dina di

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 46

    Sewaktu Indriya pergi ke Gang Awar, cuacanya sangat bagus. Kamala datang ke kediaman untuk mengobati luka Talia.Kuntum bunga mawar di halaman sudah tumbuh. Daun-daun menjalar di bambu. Puri dan Dina mengarahkan beberapa pelayan untuk membuat ayunan di luar.Talia yang bersandar di jendela mengobrol dengan Kamala. Dia mendengar Kamala menceritakan hal menarik yang dialaminya di Suhan saat mengobati orang sakit.Kamala berkata, "Kamu nggak tahu orang-orang aneh yang kutemui. Akhir tahun lalu, aku bertemu dengan orang yang sekujur tubuhnya berbulu. Bahkan bulunya panjang dan hitam pekat. Wajahnya ditutupi bulu sampai-sampai cuma kedua matanya yang terlihat.""Pria itu takut dilihat orang lain, jadi dia menyusup ke balai pengobatan dan berdiri di depan pintu kamarku saat tengah malam. Aku kira dia itu siluman beruang hitam waktu melihat tubuhnya yang hitam. Aku sangat ketakutan dan hampir pingsan," lanjut Kamala.Kamala meneruskan, "Suatu kali, aku kekurangan 1 jenis bahan obat-obatan wak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 45

    Selama ini, reputasi Keluarga Respati selalu dijaga dengan baik. Keluarga Nugraha pun telah banyak membantu dan gelar kebangsawanan tinggal selangkah lagi untuk diwariskan. Namun, kini semuanya hancur di tangan Talia.Retni berbicara dengan nada penuh amarah, "Kalau gelar Keluarga Respati benar-benar dicabut dan reputasi Nendra rusak karena kejadian ini hingga membuat Kaisar membencinya, aku nggak akan tinggal diam terhadap Talia.""Cukup! Kamu kira situasi ini belum cukup kacau?" Indriya menegur. Melihat Retni masih tidak bisa menerima, Indriya meneruskan dengan kesal, "Waktu kalian memulai semua ini, seharusnya kalian membereskan segalanya sampai bersih.""Kalian ingin menerimanya, tapi nggak mengurus identitasnya dengan baik. Sekarang kalian malah menyalahkan orang lain karena menemukan celah kalian?"Wajah Aris pun menjadi semakin suram. Dia tak pernah menyangka, Talia yang biasanya patuh dan lembut, bisa begitu kejam hingga tak meninggalkan ruang untuk berunding.Indriya menarik n

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 44

    Atmaja bangkit dan melangkah keluar dari dalam istana, lalu menggunakan saputangan untuk menyeka bahunya yang tadi ditepuk. Ekspresinya menunjukkan rasa jijik."Tuan Atmaja, Tuan Aris dan Tuan Nendra masih berdiri di sana," lapor salah satu penjaga.Atmaja melempar saputangan itu ke lantai, lalu melirik ayah anak yang sudah tampak limbung disinari terik matahari. Dia berujar, "Yang Mulia sudah pergi ke tempat selirnya dan nggak meninggalkan pesan. Hanya bilang nanti akan memanggil mereka."Penjaga itu langsung paham. Ternyata kabar yang beredar itu benar. Ayah dan anak dari Keluarga Respati ini telah membuat Atmaja murka.Semua orang tahu, kalau Kaisar sudah masuk ke bagian belakang istana, dia tidak akan kembali ke aula sampai besok pagi.Penjaga itu tak berani berkata banyak dan kembali berdiri di tempatnya. Sementara Aris dan Nendra yang telah berdiri sejak pagi sampai sore hari, mulai pucat karena dehidrasi dan kelelahan.Mereka sempat ingin mencari seseorang untuk bertanya apa mak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 43

    Atmaja tak menanggapi tatapan penuh senyum Kaisar Atharwa, seakan-akan tak mendengar maksud tersembunyi di balik ucapannya.Dia hanya menjatuhkan bidak hitam ke papan catur, menunduk sambil berkata, "Memang lumayan cocok. Kalau nggak, saya juga nggak akan repot-repot membawa pulang seseorang dari Gunung Caraka yang begitu besar.""Yang Mulia juga tahu, akhir-akhir ini saya sedang pusing dengan urusan transportasi pangan ke ibu kota. Beberapa keluarga bangsawan itu seperti tempurung kura-kura, nggak bisa ditemukan celah apa pun. Saat saya sedang buntu, langit tiba-tiba menunjukkan belas kasih, menganugerahi saya pertemuan ini."Mendengar itu, Kaisar Atharwa tertawa terbahak-bahak. "Kamu ini sungguh berhati batu. Sama sekali nggak tahu caranya mengasihi perempuan.""Saya ini hanya seorang kasim. Mau mengasihi siapa?""Padahal gadis kecil itu kasihan sekali, 'kan?""Saya menyelamatkan nyawanya, memberinya tempat tinggal. Apa yang perlu dikasihani? Kalau nggak ada saya, dia pasti sudah jat

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 42

    Talia sudah menetap di Gang Awar sehingga Kediaman Wicaksana menjadi sangat sunyi.Di luar tampak tenang, tetapi kericuhan di Keluarga Mandaka masih belum mereda. Para anggota Keluarga Respati dan Nendra beberapa hari ini hidup dalam tekanan besar, benar-benar seperti berada di neraka.Aris sebelumnya mengira Talia mudah dikendalikan, sehingga tidak menangani dengan benar dan membiarkan masa lalu Limar terungkap. Fakta bahwa ibu kandung Limar adalah seorang wanita simpanan tak dapat disembunyikan dari orang-orang yang ingin menyelidikinya.Begitu terkuak bahwa Limar adalah anak dari seorang wanita simpanan, sementara Keluarga Respati menganggapnya sebagai anak selir, bahkan membiarkannya menindas keturunan sah hingga hampir membuat Talia yang patim piatu celaka, Keluarga Respati langsung dihujat habis-habisan.Baru saja sidang pagi di istana dimulai, Aris dan Nendra langsung mendapatkan pengaduan dari para pejabat pengawas. Yang satu dituduh tak mampu mengurus rumah tangga, yang satu l

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status