Share

Bab 15

Author: Tarasari
Rahadi dan Nendra masuk ke dalam paviliun, lalu langsung melihat sosok asing berdiri di depan pintu. Pirata mengenakan pakaian hitam dari kain sutra halus. Dia memeluk Pedang Puncak Giok sambil bersandar seenaknya pada tiang beranda. Setengah tubuhnya tersembunyi dalam bayangan.

"Siapa kamu? Kenapa bisa ada di paviliun Talia?" tanya Rahadi yang sontak terkejut.

Nendra juga terkejut saat mendengar itu. Dia segera bertanya, "Dia bukan orang dari Kediaman Raja Hardana?"

"Pengawal ...." Baru saja Rahadi membuka mulut dan hendak memanggil orang, Pirata sudah melangkah keluar dari bayangan.

Pirata menyela, "Pangeran Rahadi buta ya? Kita baru ketemu di Kediaman Mandaka pagi ini, masa malamnya sudah lupa?"

"Kamu!" Begitu melihat jelas siapa orang itu, Rahadi langsung teringat penghinaan yang dia alami di Kediaman Mandaka hari ini.

Kalau apa yang dikatakan Talia tadi membuatnya merasa kehilangan muka dan sangat malu, orang di depannya ini adalah biang keroknya. Kalau bukan karena pria ini, Talia tidak akan pergi ke Kediaman Mandaka.

Rahadi pun langsung marah besar. "Untuk apa kamu datang ke kediaman kami? Bahkan, beraninya datang ke paviliun Talia di tengah malam?"

Di belakang mereka, Limar yang baru saja datang mendapati Nendra sedang kebingungan. Dia berkata pelan di sampingnya, "Kak, dia adalah bawahan Tuan Atmaja ...."

Ekspresi Nendra langsung berubah masam. Mereka masuk dari gerbang utama Kediaman Raja Hardana. Kalau ada tamu dari luar, penjaga pintu pasti akan memberi tahu Rahadi.

Ditambah lagi, sejak awal Nendra memang sangat muak dengan Atmaja yang mengandalkan kekuasaannya sebagai kasim. Hubungan Talia dengan pria itu saja, sudah membuatnya tidak senang. Sekarang, bawahan Atmaja malah muncul di tempat tinggal Talia pada tengah malam.

Nendra pun melangkah maju, lalu bertanya dengan raut kesal, "Kamu masuk ke sini lewat mana? Di mana Talia?"

Pirata membalas, "Nona Talia tentu berada di dalam ...."

Suara Nendra tajam dan tegas saat membentak, "Kalau begitu, kenapa kamu ada di sini? Ini adalah Kediaman Raja Hardana, bukan manor Tuan Atmaja! Kamu datang ke tempat tinggal Talia malam-malam begini tanpa izin, sebenarnya mau apa? Pria dan wanita yang belum menikah, berduaan di dalam satu ruangan? Beginikah tata krama yang Tuan Atmaja ajarkan ke kalian?"

Pirata sampai tertegun mendengarnya. Apakah otak Nendra bermasalah? Memang benar kemunculannya di sini secara logika tidak tepat, tetapi jika benar dia peduli pada adiknya, bukankah hal pertama yang seharusnya dia lakukan adalah mencari cara untuk menjernihkan situasi?

Padahal Pirata masih berada di luar kamar, tetapi Nendra langsung bicara soal pria dan wanita yang berduaan di dalam satu ruangan, seolah-olah memang ingin merusak nama baik adiknya sendiri.

"Pirata." Saat itu juga, Atmaja yang bertatapan dingin bersuara di dalam kamar dan hendak mengatakan sesuatu.

Hanya saja, Talia mendadak menyela, "Kak Atmaja, aku mau bertemu mereka."

Atmaja menoleh ke arahnya. Ini adalah pertama kalinya gadis itu memanggilnya kakak secara langsung. Mata gadis itu masih terlihat merah. Sudut matanya pun masih menyisakan warna kemerahan, tetapi ucapannya sangat serius.

Talia melanjutkan, "Dulu kamu pernah bilang, urusan Keluarga Respati boleh kutangani sendiri. Sekarang, aku ingin menanganinya sendiri."

Talia pernah mengandalkan Nendra, Rahadi, bahkan mengandalkan pria yang dia kira akan melindunginya seumur hidup, Nugraha. Dia juga menganggap Keluarga Respati sebagai sandarannya, tetapi semua orang itu justru meninggalkannya.

Kini, Talia tidak ingin bersandar pada siapa pun lagi. Meskipun ada yang akan melindunginya, dia tetap ingin menghadapi beberapa hal sendiri. Dia tidak ingin terus bergantung pada orang lain.

Atmaja terdiam sesaat. Rona dingin di wajahnya perlahan memudar saat membalas, "Terserah kamu. Kalau kamu takut, panggil saja aku."

....

Talia menopang diri dengan bertumpu pada lengan Atmaja lewat lengan bajunya, lalu keluar dari kamar dengan setengah didukung olehnya.

Beberapa orang yang sedang berhadapan dengan Pirata di luar sana, segera melangkah cepat untuk mendekat begitu melihat sosok yang keluar dari dalam kamar.

Nendra yang berjalan paling cepat. Begitu mendekat, hal pertama yang dia lihat adalah sosok tinggi dan besar di samping Talia. Kemudian, dia juga melihat ada sisa air mata yang belum kering di mata adiknya.

Seketika itu juga, Nendra berseru dengan suara cemas, "Atmaja, beraninya kamu masuk ke kamar Talia? Talia, kamu nggak apa-apa? Apakah Atmaja menindasmu? Jangan takut, Kakak akan melindungimu."

Nendra maju dan ingin menarik Talia, tetapi gadis itu malah menghindar dan membuat tangannya melayang kosong. Dia tertegun sebelum memanggil, "Talia..."

Talia malah menyindir, "Tuan Nendra, sepertinya kamu sangat berharap aku benar-benar ditindas seseorang ya?"

"Talia!" Nendra jelas terkejut. Mendapati dinginnya tatapan Talia yang belum pernah dia lihat sebelumnya, dia buru-buru menjelaskan, "Kamu tahu bukan itu maksudku. Kamu belum menikah. Malam-malam begini, Atmaja dan bawahannya malah berduaan denganmu di kamar. Kalau sampai terdengar orang luar, nama baikmu bisa rusak. Aku cuma khawatir padamu."

"Tuan Muda Ningrat, kalau suaramu bisa lebih pelan sedikit, mungkin nama baiknya justru bisa lebih terjaga. Lagian, aku ini seorang kasim. Nama baik siapa yang bisa rusak karena aku?" Ucapan Atmaja membuat Nendra langsung terdiam kaku.

Sebaliknya, Talia justru merasa hatinya terhantam saat mendengar cara Atmaja menyebut dirinya sebagai kasim dengan santai dan tanpa beban.

Padahal, Atmaja adalah seseorang yang seharusnya bisa hidup bebas, terang, dan penuh martabat. Namun kini, dia malah membuka luka lamanya demi membelanya. Itu membuat hati Talia terasa perih seketika. Saat menatap Nendra, pandangannya pun benar-benar mendingin.

Talia berbicara, "Nggak usah bahas Pirata yang berada di luar. Sekalipun aku dan Tuan Atmaja cuma berduaan di dalam kamar, semua jendela dan pintu terbuka lebar. Lagian, Tuan Atmaja adalah kakakku. Siapa yang berani berkata macam-macam?"

"Sebaliknya Tuan Nendra, kamu tahu hari sudah malam, tapi justru membawa adikmu ke Kediaman Raja Hardana dan mengganggu ketenanganku. Kenapa saat adikmu berduaan dengan Pangeran Rahadi, kamu nggak khawatir soal nama baiknya?" balas Talia.

Talia memprotes, "Hari ini di Kediaman Mandaka, sebagai kakak kamu bahkan nggak datang. Kamu malah membiarkan Pangeran Rahadi membawa adikmu ke sana untuk bersosialisasi, tanpa memedulikan omongan orang lain. Tapi kenapa giliran aku, kamu langsung bersikap begitu keras?"

Perkataan Talia menusuk Nendra. Dia akhirnya menimpali, "Itu berbeda, Rahadi bukan orang luar ...."

"Tuan Atmaja juga kakakku!" Talia langsung memotong ucapannya. Tatapannya yang hitam pekat penuh dengan sindiran. Dia melanjutkan, "Kamu bilang Pangeran Rahadi bukan orang luar, jadi dia orang sendiri? Apa Limar sudah menikah ke Kediaman Raja Hardana atau mungkin Pangeran Rahadi sudah berniat menikahinya? Apa mereka sudah bertukar surat lamaran dan tanggal lahir?"

"Talia!" Rahadi langsung kesal. Dia memberi tahu, "Limar datang ke sini untuk minta maaf padamu. Kenapa ucapanmu harus begitu kejam?"

Talia merespons, "Pangeran Rahadi, apa kamu sudah lupa? Tadi di Kediaman Mandaka, kamu memanggilnya gadis jalang di depan umum."

"Kamu!" Rahadi merasa marah sekaligus malu. Dia berusaha menjelaskan, "Itu karena kamu membuatku kehilangan muka di depan umum! Kalau saja kamu nggak bersikap begitu, aku nggak akan mungkin marah."

"Apalagi, kakimu ternyata baik-baik saja. Kenapa kamu berpura-pura patah kaki, lalu minta digotong masuk ke dalam Kediaman Mandaka? Kamu sengaja membuat kami jadi bahan tertawaan! Jelas sekali kamu sengaja mau mempermalukanku!" seru Rahadi.

"Memangnya kenapa kalau begitu?" balas Talia.

Mendengar itu, Rahadi terdiam. Dia pikir Talia akan membantah atau menjelaskan, tetapi ternyata dia justru mengakuinya.

Talia melihat ekspresinya dan mendadak tersenyum. Dia menambahkan, "Pangeran Rahadi, kalian yang meninggalkanku di Gunung Caraka. Kalian yang membuat kudaku panik hingga aku jatuh dari tebing. Kalian pula yang membuatku hampir mati di hutan gelap gulita itu. Lihatlah wajahku ini."

Talia tiba-tiba mendekat, lalu memperlihatkan seluruh wajahnya yang penuh luka dan masih sedang diobati. Penampilannya begitu mengerikan hingga membuat orang bergidik.

Rahadi ketakutan dan mundur terbirit-birit. Talia malah tersenyum makin lebar saat menimpali, "Kenapa? Wajahku terlalu jelek untukmu?"

"Kamu bilang aku sengaja mempermalukanmu. Kalau begitu coba kamu bilang di hadapanku, apa yang kamu lakukan saat aku menangis sambil minta tolong? Saat aku terluka dan sekarat, kamu sedang apa? Hmm? Kak Rahadi?" tanya Talia. Wajah Rahadi pucat pasi, sementara tubuhnya gemetar dan terus mundur.

Talia menoleh dan menatap Nendra yang juga terlihat kaget. Dia berujar, "Tuan Nendra, aku juga ingin tahu. Malam ini, kamu datang kemari sebenarnya mau apa? Mau melihat aku sekarang sudah sehancur apa karena ulah kalian? Jangan-jangan, kamu mau pamer betapa kamu menyayangi adikmu itu?"

Nendra mencoba menjelaskan, "Bukan begitu. Aku cuma khawatir padamu. Aku tahu kamu terluka, makanya mau membawamu pulang ...."

"Pulang untuk apa? Untuk mendengar kamu menyalahkan aku lagi karena nggak pengertian atau untuk mendengarkan kamu terus bicara soal betapa menyedihkannya Limar?" balas Talia.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 50

    Indriya merasa seperti baru pertama kali mengenal cucunya. Dia mengamati Talia, lalu berujar, "Kenapa kamu bicara begini? Kejadian jatuh dari tebing itu cuma kecelakaan, kenapa kamu terus mengungkit mati?"Indriya melanjutkan, "Kalau tahu kamu begitu takut, aku akan tetap berusaha menjemputmu pulang biarpun sakit hingga nggak bisa turun dari tempat tidur beberapa hari lalu."Indriya hendak menarik tangan Talia, tetapi dia menyadari luka di tangannya yang dibalut kain sangat parah. Indriya terpaksa merangkul bahu Talia dengan lembut. Matanya memerah dan dia berkata seraya terisak, "Nenek yang salah, seharusnya Nenek nggak membiarkan kamu menderita di luar."Talia dipeluk neneknya. Hanya saja, dia malah bergidik. Talia tidak pernah menyadari ternyata neneknya sangat pandai bicara. Perhatiannya bisa membuat Talia terbuai.Jika bukan karena sudah pernah melihat kekejaman Indriya, takutnya Talia benar-benar percaya orang tua di depannya memang menyayanginya.Talia mencubit luka di jarinya d

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 49

    Dari dulu, nenek Talia adalah sosok yang "penyayang". Di kehidupan sebelumnya, Indriya yang memukul Nendra dan menghukum Limar setelah Talia pulang dengan keadaan terluka. Dia juga langsung meminta maaf kepada Berlian.Indriya memeluk Talia sambil menangis tersedu-sedu. Dia memarahi Nendra, Rahadi, dan Nugraha. Indriya yang merasa kasihan pada Talia terus menemaninya di samping tempat tidur sambil berlinang air mata. Dia berharap bisa menggantikan Talia, sepertinya dia lebih sedih daripada Talia yang terluka.Kemudian, Indriya juga yang bersikap dingin saat menyuruh Talia berhenti merajuk. Dia memperingatkan Talia untuk tahu batasan dan memikirkan kepentingan Keluarga Respati. Indriya melarang Talia merusak masa depan Nendra karena masalah sepele.Indriya melihat Talia dikurung di paviliun terbengkalai. Dia membiarkan Nendra dan lainnya menghina Talia. Indriya melihat mereka membantu Limar merebut semua barang peninggalan ibunya Talia secara perlahan dan menyokong Limar menjadi wanita

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 48

    Indriya menjadi bersemangat. Dia tiba-tiba merasa Talia yang terluka di Gunung Caraka kali ini adalah hal bagus. Setidaknya mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati Atmaja.Tidak peduli apa yang disukai Atmaja dari Talia. Yang penting Keluarga Respati bisa mendapatkan keuntungan.Sementara itu, Retni tidak merencanakan apa pun. Dia hanya merasa cemburu pada Talia yang mendapatkan kediaman semewah ini. Beberapa hari ini, Keluarga Respati sangat cemas. Namun, Talia malah hidup tenang.Retni melihat bawahan Kediaman Magnolia membawa mereka masuk ke aula depan, tetapi dia tidak melihat Talia keluar.Retni berkomentar, "Apa yang dilakukan Talia? Bu, kamu sudah datang, tapi dia nggak keluar untuk menyambutmu. Sebaliknya, dia malah membiarkan senior menunggu di luar. Benar-benar nggak tahu aturan ...."Dina menyajikan teh. Ekspresinya sangat muram saat berucap, "Nyonya Retni, luka di tubuh Nona Talia belum sembuh. Dia masih harus minum obat setiap hari. Waktu kalian datang, tab

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 47

    Mereka tidak mungkin membiarkan Indriya menunggu di luar, tetapi Talia bisa menghindari Indriya dengan alasan sakit.Mendengar ucapan Dina, Talia menggeleng dan menanggapi, "Menunda nggak bisa menyelesaikan masalah. Kediaman Raja Hardana cukup jauh dari Gang Awar. Biarpun Bibi mendapatkan kabar, dia juga nggak sempat datang."Talia menambahkan, "Lagi pula, hari ini mereka datang untuk menemuiku. Walaupun sekarang aku sekarat, aku tetap nggak bisa menghindari Nenek yang mau bertemu denganku.""Tapi Nona ...," ucap Nia. Dia takut Talia disakiti saat menghadapi kedua orang itu.Talia memang takut kepada Indriya, tetapi terkadang dia tetap harus menghadapi masalahnya sendiri. Talia tidak mungkin selalu bergantung pada Atmaja dan Berlian.Talia berujar kepada Dina, "Bi Dina, tolong suruh orang bawa mereka ke aula depan. Bilang saja aku akan segera ke sana setelah selesai mengobati lukaku."Dina terpaksa keluar setelah melihat Talia sudah membuat keputusan. Namun, dia tetap khawatir. Dina di

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 46

    Sewaktu Indriya pergi ke Gang Awar, cuacanya sangat bagus. Kamala datang ke kediaman untuk mengobati luka Talia.Kuntum bunga mawar di halaman sudah tumbuh. Daun-daun menjalar di bambu. Puri dan Dina mengarahkan beberapa pelayan untuk membuat ayunan di luar.Talia yang bersandar di jendela mengobrol dengan Kamala. Dia mendengar Kamala menceritakan hal menarik yang dialaminya di Suhan saat mengobati orang sakit.Kamala berkata, "Kamu nggak tahu orang-orang aneh yang kutemui. Akhir tahun lalu, aku bertemu dengan orang yang sekujur tubuhnya berbulu. Bahkan bulunya panjang dan hitam pekat. Wajahnya ditutupi bulu sampai-sampai cuma kedua matanya yang terlihat.""Pria itu takut dilihat orang lain, jadi dia menyusup ke balai pengobatan dan berdiri di depan pintu kamarku saat tengah malam. Aku kira dia itu siluman beruang hitam waktu melihat tubuhnya yang hitam. Aku sangat ketakutan dan hampir pingsan," lanjut Kamala.Kamala meneruskan, "Suatu kali, aku kekurangan 1 jenis bahan obat-obatan wak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 45

    Selama ini, reputasi Keluarga Respati selalu dijaga dengan baik. Keluarga Nugraha pun telah banyak membantu dan gelar kebangsawanan tinggal selangkah lagi untuk diwariskan. Namun, kini semuanya hancur di tangan Talia.Retni berbicara dengan nada penuh amarah, "Kalau gelar Keluarga Respati benar-benar dicabut dan reputasi Nendra rusak karena kejadian ini hingga membuat Kaisar membencinya, aku nggak akan tinggal diam terhadap Talia.""Cukup! Kamu kira situasi ini belum cukup kacau?" Indriya menegur. Melihat Retni masih tidak bisa menerima, Indriya meneruskan dengan kesal, "Waktu kalian memulai semua ini, seharusnya kalian membereskan segalanya sampai bersih.""Kalian ingin menerimanya, tapi nggak mengurus identitasnya dengan baik. Sekarang kalian malah menyalahkan orang lain karena menemukan celah kalian?"Wajah Aris pun menjadi semakin suram. Dia tak pernah menyangka, Talia yang biasanya patuh dan lembut, bisa begitu kejam hingga tak meninggalkan ruang untuk berunding.Indriya menarik n

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 44

    Atmaja bangkit dan melangkah keluar dari dalam istana, lalu menggunakan saputangan untuk menyeka bahunya yang tadi ditepuk. Ekspresinya menunjukkan rasa jijik."Tuan Atmaja, Tuan Aris dan Tuan Nendra masih berdiri di sana," lapor salah satu penjaga.Atmaja melempar saputangan itu ke lantai, lalu melirik ayah anak yang sudah tampak limbung disinari terik matahari. Dia berujar, "Yang Mulia sudah pergi ke tempat selirnya dan nggak meninggalkan pesan. Hanya bilang nanti akan memanggil mereka."Penjaga itu langsung paham. Ternyata kabar yang beredar itu benar. Ayah dan anak dari Keluarga Respati ini telah membuat Atmaja murka.Semua orang tahu, kalau Kaisar sudah masuk ke bagian belakang istana, dia tidak akan kembali ke aula sampai besok pagi.Penjaga itu tak berani berkata banyak dan kembali berdiri di tempatnya. Sementara Aris dan Nendra yang telah berdiri sejak pagi sampai sore hari, mulai pucat karena dehidrasi dan kelelahan.Mereka sempat ingin mencari seseorang untuk bertanya apa mak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 43

    Atmaja tak menanggapi tatapan penuh senyum Kaisar Atharwa, seakan-akan tak mendengar maksud tersembunyi di balik ucapannya.Dia hanya menjatuhkan bidak hitam ke papan catur, menunduk sambil berkata, "Memang lumayan cocok. Kalau nggak, saya juga nggak akan repot-repot membawa pulang seseorang dari Gunung Caraka yang begitu besar.""Yang Mulia juga tahu, akhir-akhir ini saya sedang pusing dengan urusan transportasi pangan ke ibu kota. Beberapa keluarga bangsawan itu seperti tempurung kura-kura, nggak bisa ditemukan celah apa pun. Saat saya sedang buntu, langit tiba-tiba menunjukkan belas kasih, menganugerahi saya pertemuan ini."Mendengar itu, Kaisar Atharwa tertawa terbahak-bahak. "Kamu ini sungguh berhati batu. Sama sekali nggak tahu caranya mengasihi perempuan.""Saya ini hanya seorang kasim. Mau mengasihi siapa?""Padahal gadis kecil itu kasihan sekali, 'kan?""Saya menyelamatkan nyawanya, memberinya tempat tinggal. Apa yang perlu dikasihani? Kalau nggak ada saya, dia pasti sudah jat

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 42

    Talia sudah menetap di Gang Awar sehingga Kediaman Wicaksana menjadi sangat sunyi.Di luar tampak tenang, tetapi kericuhan di Keluarga Mandaka masih belum mereda. Para anggota Keluarga Respati dan Nendra beberapa hari ini hidup dalam tekanan besar, benar-benar seperti berada di neraka.Aris sebelumnya mengira Talia mudah dikendalikan, sehingga tidak menangani dengan benar dan membiarkan masa lalu Limar terungkap. Fakta bahwa ibu kandung Limar adalah seorang wanita simpanan tak dapat disembunyikan dari orang-orang yang ingin menyelidikinya.Begitu terkuak bahwa Limar adalah anak dari seorang wanita simpanan, sementara Keluarga Respati menganggapnya sebagai anak selir, bahkan membiarkannya menindas keturunan sah hingga hampir membuat Talia yang patim piatu celaka, Keluarga Respati langsung dihujat habis-habisan.Baru saja sidang pagi di istana dimulai, Aris dan Nendra langsung mendapatkan pengaduan dari para pejabat pengawas. Yang satu dituduh tak mampu mengurus rumah tangga, yang satu l

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status