Share

Bab 4

Author: Tarasari
Hujan deras turun semalaman. Keesokan harinya, langit sangat cerah. Salju di kaki gunung mulai mencair dan tunas dedalu baru tumbuh. Terkadang ada burung cekakak kecil yang terbang sambil berkicau. Suaranya memecah keheningan di pagi hari.

Seberkas cahaya matahari terpancar ke wajah Talia dari jendela. Dia pun terbangun. Talia mencium bau obat yang pekat dan melihat ukiran yang menggambarkan keberuntungan di atasnya. Seketika Talia tidak tahu dia berada di mana.

Tiba-tiba, terdengar suara seseorang yang dingin. "Kamu sudah bangun?"

Talia yang termenung langsung tersadar. Dia teringat kejadian sebelum dirinya tidak sadarkan diri. Talia segera duduk. Dia tidak memedulikan rasa sakit di tubuhnya dan memandang ke luar layar pembatas bercorak bangau.

Talia samar-samar melihat sosok yang tegap itu meletakkan buku di tangannya, lalu berjalan menghampirinya.

Atmaja melihat Talia sangat ketakutan hingga wajahnya pucat pasi. Talia memeluk selimut seraya memelotot. Atmaja berhenti di samping layar pembatas dan mengingatkan, "Hati-hati, tanganmu terluka."

Talia menimpali dengan tubuh gemetaran, "Jangan potong tanganku."

Atmaja tidak bisa berkata-kata. Kamala yang membawa baskom tembaga langsung tertawa sesudah mendengar ucapan Talia di dalam. Dia melihat wajah Atmaja yang menegang dan Talia yang waswas pada Atmaja.

Kamala menahan tawanya sembari berjalan melewati Atmaja dan menghampiri Talia. Dia menghibur, "Nona, jangan takut. Tuan Atmaja nggak makan orang. Kamu nggak usah dengar omongan orang-orang di luar yang bilang dia galak, sebenarnya dia sangat baik dan lembut ...."

Talia makin takut. Atmaja melihat Talia yang memeluk selimut menciut. Talia sangat tegang dan hampir pingsan saking takutnya. Atmaja melirik Kamala dan menegur, "Diam saja kalau nggak pandai bicara."

"Siapa suruh Tuan Atmaja membuat orang takut?" balas Kamala. Dia adalah orang yang blak-blakan. Sepertinya dia tidak takut pada Atmaja sedikit pun.

Kerutan di sudut mata Kamala terlihat saat dia tersenyum. Dia meletakkan baskom tembaga, lalu mendekati Talia dan membujuk, "Sudahlah, jangan takut. Aku cuma bercanda denganmu."

Kamala menarik jari tangan Talia yang tegang dari selimut dan menjelaskan, "Luka di jari tanganmu cukup parah. Biarpun sudah diobati, kamu tetap akan kesakitan waktu dagingnya baru tumbuh. Untuk beberapa waktu ini, jangan mengerahkan tenaga terlalu kuat dan jangan sampai lukamu terkena air."

"Selain itu, aku juga sudah mengobati luka di wajahmu. Setelah lukanya mengeropeng, kita baru pakai salep penghalus kulit yang kubuat. Aku jamin luka di wajahmu nggak akan meninggalkan bekas," lanjut Kamala.

Talia sedikit gelisah melihat wanita paruh baya yang bersikap ramah padanya. Atmaja menjelaskan, "Kamala ini penerus Keluarga Cempaka di Suhan. Ilmu pengobatannya sangat bagus. Anggota Balai Pengobatan Imperial juga nggak bisa menandinginya."

"Tuan Atmaja, jangan puji aku lagi. Kalau kamu puji aku, nanti aku akan tagih pembayaran setelah mengobati Nona Talia," canda Kamala sembari tersenyum.

Kemudian, Kamala mengalihkan topik pembicaraan, "Tapi, Nona Talia sangat cantik. Biaya berobatnya gratis. Kalau nggak, pasti banyak pria tampan kecewa melihat wajahnya rusak. Aku nggak tega."

Wajah Talia memerah. Dia bisa merasakan Kamala adalah orang baik. Sudah lama tidak ada yang memedulikan paras Talia. Walaupun Kamala hanya bercanda, Talia merasa sangat tenang saat tangannya yang kasar digenggam oleh Kamala.

Talia berucap dengan canggung, "Terima kasih, Kak."

Kamala merasa senang. Dia menanggapi, "Aku untung besar punya adik cantik sepertimu."

Talia tertawa dan lesung pipinya terlihat.

....

Batu bara dibakar di tungku tembaga berbentuk gajah. Ruangan terasa hangat. Hawa dingin di awal musim semi tidak terasa lagi.

Kamala yang bawel mengajak Talia mengobrol. Mungkin senyuman Kamala menenangkan hati Talia, mungkin juga Atmaja hanya berjalan sampai di samping layar pembatas dan duduk di dipan 4 kaki. Atmaja tidak berniat mendekati Talia.

Setelah Kamala mengobati luka Talia lagi, wajah Talia mulai sedikit merona. Bibirnya tetap pucat dan rambutnya tergerai di punggungnya. Saat bulu matanya yang lentik bergerak, matanya yang sedikit bengkak mulai berbinar. Dia tidak terlihat lesu seperti saat baru bangun.

Sesudah Kamala keluar, hanya tersisa Talia dan Atmaja di kamar. Talia perlahan mengangkat kepalanya. Atmaja memakai jubah berwarna hitam. Rambutnya disanggul dengan tusuk konde hitam.

Atmaja tidak terlihat galak seperti saat Talia melihatnya pertama kali. Dia bersandar di kepala dipan dengan santai.

Jelas-jelas Atmaja adalah kepala kasim yang dihujat orang-orang. Tindakannya sangat kejam sehingga semua orang takut padanya. Namun, Atmaja sama sekali tidak memiliki aura feminin yang dimiliki kasim dari Badan Urusan Internal di istana.

Sebaliknya, Atmaja tampak karismatik dan auranya yang misterius membuatnya tampak mengintimidasi. Mungkin Atmaja menyadari Talia sedang melihatnya. Dia mendongak.

Talia langsung menciut. Dia menunduk dan menarik ujung selimut. Atmaja mengingatkan, "Apa kamu melupakan omongan Kamala? Kamu nggak menginginkan tanganmu lagi?"

Melihat Talia mengepalkan tangannya, Atmaja mendesah dan bertanya, "Apa yang kamu takutkan?"

Talia tetap tidak berbicara. Atmaja meneruskan, "Kemunculanmu di Gunung Caraka terlalu mencurigakan. Belakangan ini, aku juga menyinggung keuntungan banyak orang. Semua orang di ibu kota tahu aku akan menyembahyangi teman lamaku yang sudah meninggal di gunung setiap tahun pada saat-saat seperti ini."

"Kamu bicara terbata-bata dan nggak bilang alasanmu dengan jelas. Jadi, aku menganggapmu pembunuh yang diutus orang-orang itu. Itulah sebabnya aku hampir membunuhmu. Sekarang aku sudah menyelidikinya, tentu saja aku nggak akan melukaimu," lanjut Atmaja.

Atmaja tetap berbicara dengan tenang. Dia tampak berbeda dengan orang yang hendak menghabisi Talia di gunung.

Talia masih takut pada Atmaja. Dia juga ingat dirinya memarahi Atmaja sebelum pingsan. Talia mendongak dan bertanya dengan hati-hati, "Apa Tuan Atmaja sudah bisa membiarkanku pergi?"

"Kamu mau pergi?" tanya Atmaja seraya memandangi Talia.

Talia ragu-ragu saat menyahut, "Aku nggak pulang semalaman. Keluargaku pasti khawatir ...."

Atmaja menyela, "Nggak ada anggota Keluarga Respati yang mencarimu di Kuil Ruhi. Sampai sekarang, nggak ada yang tahu kamu hampir mati di hutan."

Talia mengepalkan tangannya dengan erat dan wajahnya pucat pasi. Atmaja melanjutkan, "Kamu pergi ke Kuil Ruhi bersama Nendra, tapi dia malah meninggalkanmu sendirian di hutan. Kakak sepupumu dan tunanganmu juga ikut. Tapi, mereka cuma ingat dengan putri selir yang cengeng itu."

Atmaja menambahkan, "Setelah kembali ke kota semalam, mereka membawa putri selir itu membeli perhiasan di toko untuk menghiburnya. Mereka juga membawanya naik perahu di danau. Nggak ada yang ingat kamu masih di luar kota dan belum pulang semalaman."

Atmaja tidak ingin menutupi kebusukan orang lain. Dia tidak ingin membohongi Talia. Atmaja meneruskan, "Semalam turun hujan deras di gunung. Kalau bukan karena aku kebetulan lewat, kamu pasti sudah mati di lereng bersalju itu."

"Jelas-jelas kakakmu tahu kondisi di gunung berbahaya, tapi sampai sekarang dia sama sekali nggak keluar dari kota untuk mencarimu. Bahkan Aris dan Indriya juga nggak menyadarinya. Pelayanmu memang berniat mencarimu, tapi dia malah dipukul dengan kayu karena menyinggung putri selir itu," lanjut Atmaja.

Atmaja bertanya, "Apa kamu yakin mau langsung pulang?"

Ucapan Atmaja bagaikan pisau yang menyayat hati Talia. Dia merasa sesak dan wajahnya makin pucat. Setelah Limar masuk ke kediaman, Talia terus tertimpa masalah. Setiap ada konflik, Talia akan bertengkar hebat dengan Nendra karena Limar.

Semalam ibunya Talia berulang tahun. Jadi, Talia dan saudaranya pergi ke Kuil Ruhi untuk sembahyang. Talia mengajak Rahadi dan Nugraha untuk jalan-jalan sekalian memperbaiki hubungannya dengan Nendra. Akan tetapi, Talia tidak menyangka Nendra malah membawa Limar.

Talia memang membenci Limar si anak wanita simpanan itu. Dia juga tidak suka Nendra dekat dengan Limar. Di sepanjang perjalanan, Talia melihat Rahadi dan Nugraha terus memperhatikan Limar. Bahkan, Talia merasa kesal saat dia diabaikan karena anak wanita simpanan itu.

Setelah sampai di gunung, Limar "tidak sengaja" menjatuhkan lilin abadi ibunya Talia. Dia menghancurkan semua berkat untuk ibunya Talia.

Amarah Talia meledak. Dia yang terbawa emosi menampar Limar. Alhasil, Limar berlari keluar sambil menangis.

Nendra yang cemas menunggangi kuda dan mengejar Limar di hutan. Rahadi dan Nugraha menarik Talia untuk meminta maaf pada Limar.

Tentu saja Talia tidak bersedia meminta maaf. Dia tidak berbuat salah, atas dasar apa dia meminta maaf pada Limar? Talia bahkan memaki Limar. Sementara itu, Limar terus menangis dan meminta pulang ke Provinsi Argani.

Kala itu, Nendra langsung memarahi Talia kurang ajar dan mengingatkan wanita harus bersikap patuh. Nendra juga mengatakan Talia menghina Limar yang mempunyai latar belakang menyedihkan. Dia menyalahkan Talia yang sama sekali tidak bermurah hati.

Talia yang kesal bertengkar dengan Nendra, lalu Nendra menyuruh Talia kembali ke Kuil Ruhi untuk introspeksi diri. Rahadi dan Nugraha yang seharusnya melindungi Talia malah menyalahkan Talia tidak pengertian dengan ekspresi muram.

Mereka hanya sibuk mengejar Limar yang menangis tersedu-sedu dan meninggalkan Talia di hutan belantara sendirian.

Di kehidupan sebelumnya, Talia tersesat di hutan. Sesudah langit gelap, kudanya terluka dan jatuh ke lereng.

Talia tidak beruntung seperti di kehidupan ini. Dia tidak bertemu dengan Atmaja dan diselamatkan. Talia jatuh dan masuk ke lubang salju yang dalam. Pada hari ketiga, Talia baru ditemukan oleh petani yang lewat saat pagi.

Talia yang tidak sadarkan diri dibawa kembali ke ibu kota. Kaki Talia cacat dan wajahnya hancur. Kesehatan tubuhnya juga terpengaruh karena kedinginan selama beberapa hari.

Talia menghela napas dan berkata dengan ekspresi geram, "Dia bukan putri selir."

"Ha?" sahut Atmaja.

Talia menegaskan, "Aku bilang Limar bukan putri selir. Dia cuma anak wanita simpanan yang asal-usulnya nggak jelas."

Talia ingat di kehidupan sebelumnya hatinya diliputi kebencian setelah pulang ke ibu kota. Bibinya juga mengamuk karena Talia terluka.

Awalnya, Nendra dan lainnya masih merasa bersalah. Mereka berlutut di depan bibinya Talia dan mengatakan mereka bersalah pada Talia. Indriya dan Aris juga memberi Nendra dan lainnya hukuman berat. Mereka juga berencana membawa Limar keluar dari kediaman.

Akan tetapi, tiba-tiba terjadi sesuatu kepada bibinya Talia. Sikap Keluarga Respati pada Talia pun berubah. Mereka mulai membujuk Talia untuk melupakan masa lalu dan mengasihani Limar yang hidup susah dulu.

Mereka merasa kasihan pada Limar yang mengambil darahnya sendiri untuk mendapatkan obat Talia. Mereka menganggap Limar sangat murah hati. Mereka menyukai Limar yang lembut.

Sementara itu, Talia dikurung di halaman belakang karena wajahnya rusak dan kakinya patah. Dia juga kehilangan keluarganya sehingga sifatnya berubah. Semua orang membenci Talia. Dia selalu berselisih dengan Keluarga Respati dan mereka selalu pergi dengan membanting pintu.

Talia merasa tidak rela dan marah, tetapi mereka malah menganggap Talia tidak pengertian. Kemudian, Talia menyadari kekejaman Keluarga Respati dan ingin menjauhi mereka.

Namun, mereka semua mengkritik Talia. Mereka mengatakan Talia akan memengaruhi reputasi Limar jika dia keluar. Keluarga Respati juga akan ditertawakan.

Mereka memutuskan hubungan Talia dengan dunia luar dan merebut barang yang ditinggalkan sang ibu untuknya. Mereka mengurung Talia di paviliun yang gelap dan terbengkalai.

Wajah Talia dipenuhi nanah. Dia bertahan hidup di paviliun itu dengan susah payah sambil "introspeksi diri".

Di luar sana, Aris naik jabatan dan Nendra sangat terkenal di ibu kota. Limar mengambil barang peninggalan ibunya Talia dan menjadi wanita berbakat yang dikagumi semua orang. Bahkan, Nugraha membatalkan pernikahannya dengan Talia dan tergila-gila pada Limar.

Talia tidak bisa meluapkan kebenciannya. Dia menceritakan, "Dia bilang dia itu anak ayahku dengan wanita lain. Ayahku punya wanita simpanan waktu muda dan dia itu anak yang dibesarkan ayahku di luar."

"Nenek dan lainnya bilang reputasi Keluarga Respati akan rusak kalau masalah ini tersebar. Ibuku juga akan ditertawakan semua orang. Jadi, kami bilang pada orang lain Limar itu putri selir yang dilahirkan pelayan pendamping ibuku," lanjut Talia.

Atmaja bertanya sembari mengernyit, "Jadi, kamu menuruti kemauan mereka?"

"Aku memang bodoh," sahut Talia dengan mata memerah.

Atmaja tidak bisa berkata-kata setelah mendengar ucapan Talia. Dia melihat Talia menunduk dan meneteskan air mata lagi.

Atmaja mendesah dan berusaha bertanya dengan lembut saat memandangi bagian atas kepala Talia, "Kita sampingkan dulu identitasnya sebagai putri selir atau anak wanita simpanan. Apa kamu yakin dia memang keturunan ayahmu?"

Talia mengangkat kepalanya. Atmaja meneruskan, "Orang tuamu saling mencintai. Kesehatan ibumu terpengaruh setelah melahirkanmu makanya dia nggak bisa hamil lagi. Dulu banyak wanita di ibu kota tergila-gila pada pesona ayahmu. Mereka bersaing untuk dinikahi ayahmu."

Atmaja melanjutkan, "Bahkan mereka rela menjadi istri kedua atau selir untuk membantu ayahmu meneruskan keturunannya, tapi semuanya ditolak ayahmu. Kalau dia memang genit, apa dia perlu memelihara wanita simpanan yang memalukan?"

Talia menimpali seraya memelotot, "Tapi, kedua pamanku bilang ...."

Ada yang salah dengan hal ini. Wajah Talia memucat. Dia baru ingat ketika Limar baru sampai di kediaman, Tresna langsung mengantar Limar ke tempat tinggal keluarga inti.

Waktu itu, ekspresi istri Aris sangat masam. Indriya juga tidak menyukai Limar. Orang di kediaman hanya menempatkan Limar di paviliun terpencil. Itulah sebabnya Talia mengira Limar adalah sepupu dari salah satu anggota Kediaman Adipati Respati yang datang mencari keluarganya.

Sesudah Limar datang beberapa hari, Tresna tiba-tiba mengatakan Limar adalah anak ayahnya Talia dengan wanita lain saat muda.

Talia merasa mereka menyembunyikan sesuatu darinya. Dia menggigit bibirnya dengan kuat dan tubuhnya gemetaran saking marahnya.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 50

    Indriya merasa seperti baru pertama kali mengenal cucunya. Dia mengamati Talia, lalu berujar, "Kenapa kamu bicara begini? Kejadian jatuh dari tebing itu cuma kecelakaan, kenapa kamu terus mengungkit mati?"Indriya melanjutkan, "Kalau tahu kamu begitu takut, aku akan tetap berusaha menjemputmu pulang biarpun sakit hingga nggak bisa turun dari tempat tidur beberapa hari lalu."Indriya hendak menarik tangan Talia, tetapi dia menyadari luka di tangannya yang dibalut kain sangat parah. Indriya terpaksa merangkul bahu Talia dengan lembut. Matanya memerah dan dia berkata seraya terisak, "Nenek yang salah, seharusnya Nenek nggak membiarkan kamu menderita di luar."Talia dipeluk neneknya. Hanya saja, dia malah bergidik. Talia tidak pernah menyadari ternyata neneknya sangat pandai bicara. Perhatiannya bisa membuat Talia terbuai.Jika bukan karena sudah pernah melihat kekejaman Indriya, takutnya Talia benar-benar percaya orang tua di depannya memang menyayanginya.Talia mencubit luka di jarinya d

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 49

    Dari dulu, nenek Talia adalah sosok yang "penyayang". Di kehidupan sebelumnya, Indriya yang memukul Nendra dan menghukum Limar setelah Talia pulang dengan keadaan terluka. Dia juga langsung meminta maaf kepada Berlian.Indriya memeluk Talia sambil menangis tersedu-sedu. Dia memarahi Nendra, Rahadi, dan Nugraha. Indriya yang merasa kasihan pada Talia terus menemaninya di samping tempat tidur sambil berlinang air mata. Dia berharap bisa menggantikan Talia, sepertinya dia lebih sedih daripada Talia yang terluka.Kemudian, Indriya juga yang bersikap dingin saat menyuruh Talia berhenti merajuk. Dia memperingatkan Talia untuk tahu batasan dan memikirkan kepentingan Keluarga Respati. Indriya melarang Talia merusak masa depan Nendra karena masalah sepele.Indriya melihat Talia dikurung di paviliun terbengkalai. Dia membiarkan Nendra dan lainnya menghina Talia. Indriya melihat mereka membantu Limar merebut semua barang peninggalan ibunya Talia secara perlahan dan menyokong Limar menjadi wanita

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 48

    Indriya menjadi bersemangat. Dia tiba-tiba merasa Talia yang terluka di Gunung Caraka kali ini adalah hal bagus. Setidaknya mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati Atmaja.Tidak peduli apa yang disukai Atmaja dari Talia. Yang penting Keluarga Respati bisa mendapatkan keuntungan.Sementara itu, Retni tidak merencanakan apa pun. Dia hanya merasa cemburu pada Talia yang mendapatkan kediaman semewah ini. Beberapa hari ini, Keluarga Respati sangat cemas. Namun, Talia malah hidup tenang.Retni melihat bawahan Kediaman Magnolia membawa mereka masuk ke aula depan, tetapi dia tidak melihat Talia keluar.Retni berkomentar, "Apa yang dilakukan Talia? Bu, kamu sudah datang, tapi dia nggak keluar untuk menyambutmu. Sebaliknya, dia malah membiarkan senior menunggu di luar. Benar-benar nggak tahu aturan ...."Dina menyajikan teh. Ekspresinya sangat muram saat berucap, "Nyonya Retni, luka di tubuh Nona Talia belum sembuh. Dia masih harus minum obat setiap hari. Waktu kalian datang, tab

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 47

    Mereka tidak mungkin membiarkan Indriya menunggu di luar, tetapi Talia bisa menghindari Indriya dengan alasan sakit.Mendengar ucapan Dina, Talia menggeleng dan menanggapi, "Menunda nggak bisa menyelesaikan masalah. Kediaman Raja Hardana cukup jauh dari Gang Awar. Biarpun Bibi mendapatkan kabar, dia juga nggak sempat datang."Talia menambahkan, "Lagi pula, hari ini mereka datang untuk menemuiku. Walaupun sekarang aku sekarat, aku tetap nggak bisa menghindari Nenek yang mau bertemu denganku.""Tapi Nona ...," ucap Nia. Dia takut Talia disakiti saat menghadapi kedua orang itu.Talia memang takut kepada Indriya, tetapi terkadang dia tetap harus menghadapi masalahnya sendiri. Talia tidak mungkin selalu bergantung pada Atmaja dan Berlian.Talia berujar kepada Dina, "Bi Dina, tolong suruh orang bawa mereka ke aula depan. Bilang saja aku akan segera ke sana setelah selesai mengobati lukaku."Dina terpaksa keluar setelah melihat Talia sudah membuat keputusan. Namun, dia tetap khawatir. Dina di

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 46

    Sewaktu Indriya pergi ke Gang Awar, cuacanya sangat bagus. Kamala datang ke kediaman untuk mengobati luka Talia.Kuntum bunga mawar di halaman sudah tumbuh. Daun-daun menjalar di bambu. Puri dan Dina mengarahkan beberapa pelayan untuk membuat ayunan di luar.Talia yang bersandar di jendela mengobrol dengan Kamala. Dia mendengar Kamala menceritakan hal menarik yang dialaminya di Suhan saat mengobati orang sakit.Kamala berkata, "Kamu nggak tahu orang-orang aneh yang kutemui. Akhir tahun lalu, aku bertemu dengan orang yang sekujur tubuhnya berbulu. Bahkan bulunya panjang dan hitam pekat. Wajahnya ditutupi bulu sampai-sampai cuma kedua matanya yang terlihat.""Pria itu takut dilihat orang lain, jadi dia menyusup ke balai pengobatan dan berdiri di depan pintu kamarku saat tengah malam. Aku kira dia itu siluman beruang hitam waktu melihat tubuhnya yang hitam. Aku sangat ketakutan dan hampir pingsan," lanjut Kamala.Kamala meneruskan, "Suatu kali, aku kekurangan 1 jenis bahan obat-obatan wak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 45

    Selama ini, reputasi Keluarga Respati selalu dijaga dengan baik. Keluarga Nugraha pun telah banyak membantu dan gelar kebangsawanan tinggal selangkah lagi untuk diwariskan. Namun, kini semuanya hancur di tangan Talia.Retni berbicara dengan nada penuh amarah, "Kalau gelar Keluarga Respati benar-benar dicabut dan reputasi Nendra rusak karena kejadian ini hingga membuat Kaisar membencinya, aku nggak akan tinggal diam terhadap Talia.""Cukup! Kamu kira situasi ini belum cukup kacau?" Indriya menegur. Melihat Retni masih tidak bisa menerima, Indriya meneruskan dengan kesal, "Waktu kalian memulai semua ini, seharusnya kalian membereskan segalanya sampai bersih.""Kalian ingin menerimanya, tapi nggak mengurus identitasnya dengan baik. Sekarang kalian malah menyalahkan orang lain karena menemukan celah kalian?"Wajah Aris pun menjadi semakin suram. Dia tak pernah menyangka, Talia yang biasanya patuh dan lembut, bisa begitu kejam hingga tak meninggalkan ruang untuk berunding.Indriya menarik n

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 44

    Atmaja bangkit dan melangkah keluar dari dalam istana, lalu menggunakan saputangan untuk menyeka bahunya yang tadi ditepuk. Ekspresinya menunjukkan rasa jijik."Tuan Atmaja, Tuan Aris dan Tuan Nendra masih berdiri di sana," lapor salah satu penjaga.Atmaja melempar saputangan itu ke lantai, lalu melirik ayah anak yang sudah tampak limbung disinari terik matahari. Dia berujar, "Yang Mulia sudah pergi ke tempat selirnya dan nggak meninggalkan pesan. Hanya bilang nanti akan memanggil mereka."Penjaga itu langsung paham. Ternyata kabar yang beredar itu benar. Ayah dan anak dari Keluarga Respati ini telah membuat Atmaja murka.Semua orang tahu, kalau Kaisar sudah masuk ke bagian belakang istana, dia tidak akan kembali ke aula sampai besok pagi.Penjaga itu tak berani berkata banyak dan kembali berdiri di tempatnya. Sementara Aris dan Nendra yang telah berdiri sejak pagi sampai sore hari, mulai pucat karena dehidrasi dan kelelahan.Mereka sempat ingin mencari seseorang untuk bertanya apa mak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 43

    Atmaja tak menanggapi tatapan penuh senyum Kaisar Atharwa, seakan-akan tak mendengar maksud tersembunyi di balik ucapannya.Dia hanya menjatuhkan bidak hitam ke papan catur, menunduk sambil berkata, "Memang lumayan cocok. Kalau nggak, saya juga nggak akan repot-repot membawa pulang seseorang dari Gunung Caraka yang begitu besar.""Yang Mulia juga tahu, akhir-akhir ini saya sedang pusing dengan urusan transportasi pangan ke ibu kota. Beberapa keluarga bangsawan itu seperti tempurung kura-kura, nggak bisa ditemukan celah apa pun. Saat saya sedang buntu, langit tiba-tiba menunjukkan belas kasih, menganugerahi saya pertemuan ini."Mendengar itu, Kaisar Atharwa tertawa terbahak-bahak. "Kamu ini sungguh berhati batu. Sama sekali nggak tahu caranya mengasihi perempuan.""Saya ini hanya seorang kasim. Mau mengasihi siapa?""Padahal gadis kecil itu kasihan sekali, 'kan?""Saya menyelamatkan nyawanya, memberinya tempat tinggal. Apa yang perlu dikasihani? Kalau nggak ada saya, dia pasti sudah jat

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 42

    Talia sudah menetap di Gang Awar sehingga Kediaman Wicaksana menjadi sangat sunyi.Di luar tampak tenang, tetapi kericuhan di Keluarga Mandaka masih belum mereda. Para anggota Keluarga Respati dan Nendra beberapa hari ini hidup dalam tekanan besar, benar-benar seperti berada di neraka.Aris sebelumnya mengira Talia mudah dikendalikan, sehingga tidak menangani dengan benar dan membiarkan masa lalu Limar terungkap. Fakta bahwa ibu kandung Limar adalah seorang wanita simpanan tak dapat disembunyikan dari orang-orang yang ingin menyelidikinya.Begitu terkuak bahwa Limar adalah anak dari seorang wanita simpanan, sementara Keluarga Respati menganggapnya sebagai anak selir, bahkan membiarkannya menindas keturunan sah hingga hampir membuat Talia yang patim piatu celaka, Keluarga Respati langsung dihujat habis-habisan.Baru saja sidang pagi di istana dimulai, Aris dan Nendra langsung mendapatkan pengaduan dari para pejabat pengawas. Yang satu dituduh tak mampu mengurus rumah tangga, yang satu l

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status