Share

Bab 3

Author: Tarasari
Terdengar suara hujan lebat yang menghantam atap rumah. Cahaya lilin di ruangan yang berguncang terpancar ke wajah Talia yang pucat pasi. Dia sedang berbaring di tempat tidur.

....

"Talia, kamu harus mengalah pada Limar. Latar belakangnya sangat menyedihkan dan dulu dia hidup susah. Kamu sudah menikmati kemewahan selama bertahun-tahun. Kamu harus menjaga martabatmu dan bermurah hati."

"Talia, Limar cuma nggak memahami aturan di ibu kota. Dia nggak sengaja menyinggungmu."

"Talia, kenapa kamu begitu nggak pengertian? Limar sudah mengalah padamu. Kenapa kamu masih mendesaknya?"

....

Nendra membela Limar yang menangis tersedu-sedu, "Talia, kamu sendiri yang bandel makanya kamu jatuh dari tebing dan wajahmu hancur. Kamu yang berbuat salah terlebih dulu makanya kamu bisa terluka."

"Kalau bukan karena kamu melukai Limar terlebih dulu, mana mungkin kami pergi saking marahnya? Kalau kamu bersikap patuh dan kembali ke Kuil Ruhi, mana mungkin kamu jatuh dari tempat yang tinggi sampai-sampai terluka parah begini?" lanjut Nendra.

Nendra meneruskan, "Selama beberapa tahun ini, Limar membantumu mencari obat di mana-mana demi wajahmu. Dia rela mengambil darahnya demi memulihkan tubuhmu. Bahkan Limar ingin menggantikanmu untuk menanggung penderitaanmu dan ingin memberimu kompensasi. Apa lagi yang kamu inginkan?"

Rahadi memandangi Limar dengan ekspresi sedih, tetapi dia mengernyit dan memandangi Talia dengan ekspresi jijik.

Rahadi menimpali, "Dik, dulu kamu sangat pengertian. Limar itu lembut dan baik hati, dia selalu memikirkan kepentinganmu. Kenapa kamu terus mempersulitnya dan menindasnya? Kenapa kamu berubah menjadi begitu licik?"

Nugraha mencibir dan menanggapi dengan ekspresi dingin, "Dia memang licik. Wajahnya jelek dan hatinya juga jahat. Dia terus berniat mencelakai Limar sehingga membuat semua orang di kediaman nggak bisa tenang."

Nugraha menambahkan, "Dia juga membuat semua orang di ibu kota mentertawakan Keluarga Respati dan Keluarga Wicaksana. Lebih baik orang seperti dia mati di Gunung Caraka waktu itu."

Indriya berucap dengan ekspresi kecewa, "Talia, kamu harus introspeksi diri."

Kaki Talia cacat dan wajahnya dipenuhi nanah. Dia melihat mereka semua pergi dan berusaha mengatakan dirinya tidak menindas Limar sambil menangis.

Namun, pintu kamar tetap ditutup. Semua orang meninggalkannya. Mereka semua tidak menginginkannya lagi ....

....

Gadis yang berbaring di tempat tidur memejamkan matanya. Wajahnya pucat pasi. Air matanya tetap mengalir biarpun dia tidak sadarkan diri.

Talia seperti terbelenggu di dalam mimpi buruk. Dia terus mengigau seraya menangis, "Kak."

Kamala yang mengganti pakaian Talia dan mengobati lukanya berujar setelah berjalan keluar, "Tuan Atmaja, siapa gadis ini? Sepertinya dia mengalami penderitaan yang luar biasa. Dia terus menangis dalam mimpi."

Atmaja menggerakkan jari tangannya, apa dia yang membuat Talia ketakutan? Atmaja bertanya, "Bagaimana kondisi lukanya?"

Kamala menjelaskan, "Luka lecet di tubuhnya nggak terlalu parah. Kuku jari tangannya lepas, aku pun nggak tahan lihat dia kesakitan. Selain itu, wajah gadis itu tergores ranting pohon dan lukanya cukup parah. Tubuhnya kedinginan dan terkena kotoran, takutnya luka di wajahnya bisa bernanah."

Atmaja berpesan, "Jaga dia baik-baik. Jangan sampai lukanya meninggalkan bekas."

Kamala terkejut. Dia sudah mengenal Atmaja begitu lama, tetapi Atmaja tidak pernah memperhatikan wanita seperti ini. Atmaja yang menggendong gadis itu kembali sudah cukup aneh. Sekarang dia juga khawatir luka gadis itu akan meninggalkan bekas?

"Kenapa? Kamu nggak bisa melakukannya?" tanya Atmaja.

Kamala menjawab, "Nggak. Tuan Atmaja tenang saja. Selama ada aku, pasti aku akan menjamin gadis itu tetap terlihat cantik."

Atmaja melirik Kamala sekilas, lalu berbalik. Dia melewati layar pembatas dan berjalan masuk.

Tubuh Talia diselubungi selimut. Tubuhnya sangat kurus. Luka di jari tangannya sudah dibalut. Wajahnya masih dibasahi air mata.

Atmaja duduk di samping tempat tidur sembari mengamati Talia yang menangis dalam mimpi. Dia menyeka air mata Talia. Ekspresi Atmaja sangat dingin.

Sepertinya bukan Atmaja yang menyebabkan Talia ketakutan. Sebelumnya Talia mengatakan "mereka" yang menindasnya ....

"Pirata," panggil Atmaja.

Pirata berjalan masuk. Atmaja memerintah, "Suruh orang selidiki Keluarga Respati. Cari tahu apakah sebelumnya Keluarga Respati memang menyiksanya."

Pirata bertanya, "Bagaimana dengan Kuil Ruhi?"

"Sekalian selidiki saja," tegas Atmaja.

Sebelum Pirata bersuara, Taymur yang masuk bersamanya mengernyit. Dia mengulurkan tangannya untuk menghentikan Pirata dan melihat sekilas Talia yang berbaring di tempat tidur.

Taymur menjelaskan, "Tuan Atmaja, belakangan ini kamu menyelidiki pelaku utama masalah transportasi pangan ke ibu kota. Masalah ini berkaitan erat dengan beberapa keluarga bangsawan di ibu kota. Keluarga Respati sangat dekat dengan Keluarga Nagendra dan Keluarga Wicaksana."

Taymur menjelaskan, "Kalau kita tiba-tiba menyuruh orang menyelidiki mereka, takutnya bisa menimbulkan kecurigaan orang-orang itu."

"Nggak masalah," timpal Atmaja.

Atmaja membersihkan air mata di jari tangannya dan melanjutkan dengan tatapan dingin, "Yahya sangat cerdik. Dia sudah membersihkan semua bukti-bukti di transportasi pangan ke ibu kota sejak awal. Jadi, sangat sulit untuk menemukan petunjuk."

"Aku memang berencana mencari alasan untuk menindak orang yang dekat dengan Yahya. Justru bagus kalau dia tahu aku mencari Keluarga Adipati Respati. Kita sengaja buat dia curiga biar dia bisa bertindak," lanjut Atmaja.

Taymur bertanya, "Bagaimana dengan Nona Talia?"

"Biarkan dia tinggal di sini dulu," sahut Atmaja.

Taymur yang bingung menyergah, "Tuan Atmaja!"

Talia adalah putri Keluarga Respati dan berhubungan dekat dengan Keluarga Raja Hardana. Ratu Hardana sangat protektif. Jika ada yang tahu Atmaja membiarkan Talia tinggal di sini, Keluarga Respati dan Keluarga Raja Hardana pasti akan mencari masalah dengan mereka.

Taymur mengingatkan secara tidak langsung, "Tuan Atmaja, Nona Talia belum menikah. Nggak sesuai aturan kalau dia tinggal di sini."

"Aku ini kasim, untuk apa aku memedulikan aturan?" balas Atmaja.

Taymur tertegun. Atmaja mendengus saat melihat ekspresi Taymur. Dia melempar kepingan giok yang diambil dari leher Talia sebelumnya ke arah Taymur.

Taymur segera menerima giok itu dan berkata, "Ini ...."

Atmaja menyela, "Giok pola naga milik Bibi Listia."

Listia .... Taymur memelotot. Atmaja memandangi kepingan giok pola naga itu seraya meneruskan, "Waktu itu Bibi Listia berusaha keras melindungi aku keluar dari istana. Dia menyembunyikanku di tempat yang aman, sedangkan dia memancing pasukan pergi."

"Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya mencariku. Dia membawa setengah keping giok pola naga Bibi Listia dan bilang dia itu teman baik Bibi Listia. Dia diminta untuk melindungi keselamatanku. Kalau bukan karena wanita itu diam-diam melindungiku dan membawaku keluar dari ibu kota, takutnya aku sudah mati," lanjut Atmaja.

Kala itu, Atmaja baru berusia 11 tahun. Dia mengalami perubahan besar dan matanya terluka. Emosinya menjadi labil, tetapi wanita itu tetap menoleransi Atmaja.

Atmaja tidak bisa melihat dengan jelas dalam waktu yang lama. Namun, dia mengingat kue plum yang dibuat wanita itu dan kelembutannya saat mengobati luka Atmaja dengan hati-hati.

Kemudian, wanita itu melihat Atmaja tampak murung dan tidak mau berbicara. Jadi, dia membawa anak menggemaskan yang suka mengoceh tidak jelas ke paviliun itu.

Tatapan Atmaja tidak dingin lagi ketika melihat Talia yang berbaring di tempat tidur. Waktu kecil, wajah dan tubuh Talia berisi. Kaki dan tangannya pendek sehingga dia terlihat seperti bebek gemuk saat berjalan.

Ketika Atmaja tidak berbicara, Talia kecil akan terus mengikutinya sambil mengoceh. Padahal Talia belum bisa bicara dengan jelas dan Atmaja tidak pernah memedulikannya. Namun, Talia suka mengikuti Atmaja dan tidak berhenti bicara.

Talia mengatakan cahaya matahari sangat indah, rumput sangat hijau, dan burung sudah terbang mendekatinya. Bahkan dia bisa menceritakan ayahnya yang membantunya memetik buah pir, kue yang dibuat ibunya sangat manis, dan layang-layang berbentuk burung yang dibuat kakaknya.

Atmaja tidak pernah menanggapi ucapan Talia. Hanya saja, dia menyukai keseruan cerita Talia. Saat mata Atmaja baru pulih, hal pertama yang dilihat Atmaja adalah Talia yang menggemaskan berbaring telungkup di sampingnya dan membuka matanya lebar-lebar.

Talia yang terlihat seperti anak anjing polos meniup bekas luka di tangan Atmaja yang sudah mengeropeng. Atmaja masih ingat sewaktu dia pergi, Talia memeluk kakinya seraya menangis tersedu-sedu. Air mata membasahi wajahnya.

Waktu 12 tahun berlalu, ternyata Talia masih cengeng. Atmaja tertawa, ekspresinya tidak terlihat dingin lagi.

Atmaja meneruskan ceritanya, "Dulu wanita itu nggak pernah mengungkit identitasnya demi menjaga keselamatanku. Dia juga nggak pernah mencari tahu identitasku. Setelah kembali ke ibu kota, aku pernah mencarinya."

"Hanya saja, waktu itu tempat yang pernah kutinggal sudah lama terbengkalai. Nggak ada siapa pun di sekitar dan nggak ada yang tahu masalah yang terjadi waktu itu," lanjut Atmaja.

Siapa sangka, Atmaja malah bertemu anak yang menggemaskan itu. Atmaja memanggil, "Magnolia Kecil ...."

Atmaja ingat wanita itu memanggil Talia seperti ini. Tampaknya Talia yang berbaring di tempat tidur mendengar seseorang memanggilnya. Bulu matanya bergetar, dia terlihat seperti hendak bangun.

Tangan Atmaja yang ramping menepuk selimut yang menyelubungi tubuh Talia, seperti sedang menenangkannya. Talia pun terlelap lagi.

Atmaja memerintah, "Selidiki baik-baik. Cari tahu seperti apa perlakuan kejam Keluarga Respati kepadanya."

Taymur dan Pirata tahu Atmaja marah. Jadi, mereka tidak berani bersuara dan segera menjalankan perintah Atmaja.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 50

    Indriya merasa seperti baru pertama kali mengenal cucunya. Dia mengamati Talia, lalu berujar, "Kenapa kamu bicara begini? Kejadian jatuh dari tebing itu cuma kecelakaan, kenapa kamu terus mengungkit mati?"Indriya melanjutkan, "Kalau tahu kamu begitu takut, aku akan tetap berusaha menjemputmu pulang biarpun sakit hingga nggak bisa turun dari tempat tidur beberapa hari lalu."Indriya hendak menarik tangan Talia, tetapi dia menyadari luka di tangannya yang dibalut kain sangat parah. Indriya terpaksa merangkul bahu Talia dengan lembut. Matanya memerah dan dia berkata seraya terisak, "Nenek yang salah, seharusnya Nenek nggak membiarkan kamu menderita di luar."Talia dipeluk neneknya. Hanya saja, dia malah bergidik. Talia tidak pernah menyadari ternyata neneknya sangat pandai bicara. Perhatiannya bisa membuat Talia terbuai.Jika bukan karena sudah pernah melihat kekejaman Indriya, takutnya Talia benar-benar percaya orang tua di depannya memang menyayanginya.Talia mencubit luka di jarinya d

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 49

    Dari dulu, nenek Talia adalah sosok yang "penyayang". Di kehidupan sebelumnya, Indriya yang memukul Nendra dan menghukum Limar setelah Talia pulang dengan keadaan terluka. Dia juga langsung meminta maaf kepada Berlian.Indriya memeluk Talia sambil menangis tersedu-sedu. Dia memarahi Nendra, Rahadi, dan Nugraha. Indriya yang merasa kasihan pada Talia terus menemaninya di samping tempat tidur sambil berlinang air mata. Dia berharap bisa menggantikan Talia, sepertinya dia lebih sedih daripada Talia yang terluka.Kemudian, Indriya juga yang bersikap dingin saat menyuruh Talia berhenti merajuk. Dia memperingatkan Talia untuk tahu batasan dan memikirkan kepentingan Keluarga Respati. Indriya melarang Talia merusak masa depan Nendra karena masalah sepele.Indriya melihat Talia dikurung di paviliun terbengkalai. Dia membiarkan Nendra dan lainnya menghina Talia. Indriya melihat mereka membantu Limar merebut semua barang peninggalan ibunya Talia secara perlahan dan menyokong Limar menjadi wanita

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 48

    Indriya menjadi bersemangat. Dia tiba-tiba merasa Talia yang terluka di Gunung Caraka kali ini adalah hal bagus. Setidaknya mereka bisa memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekati Atmaja.Tidak peduli apa yang disukai Atmaja dari Talia. Yang penting Keluarga Respati bisa mendapatkan keuntungan.Sementara itu, Retni tidak merencanakan apa pun. Dia hanya merasa cemburu pada Talia yang mendapatkan kediaman semewah ini. Beberapa hari ini, Keluarga Respati sangat cemas. Namun, Talia malah hidup tenang.Retni melihat bawahan Kediaman Magnolia membawa mereka masuk ke aula depan, tetapi dia tidak melihat Talia keluar.Retni berkomentar, "Apa yang dilakukan Talia? Bu, kamu sudah datang, tapi dia nggak keluar untuk menyambutmu. Sebaliknya, dia malah membiarkan senior menunggu di luar. Benar-benar nggak tahu aturan ...."Dina menyajikan teh. Ekspresinya sangat muram saat berucap, "Nyonya Retni, luka di tubuh Nona Talia belum sembuh. Dia masih harus minum obat setiap hari. Waktu kalian datang, tab

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 47

    Mereka tidak mungkin membiarkan Indriya menunggu di luar, tetapi Talia bisa menghindari Indriya dengan alasan sakit.Mendengar ucapan Dina, Talia menggeleng dan menanggapi, "Menunda nggak bisa menyelesaikan masalah. Kediaman Raja Hardana cukup jauh dari Gang Awar. Biarpun Bibi mendapatkan kabar, dia juga nggak sempat datang."Talia menambahkan, "Lagi pula, hari ini mereka datang untuk menemuiku. Walaupun sekarang aku sekarat, aku tetap nggak bisa menghindari Nenek yang mau bertemu denganku.""Tapi Nona ...," ucap Nia. Dia takut Talia disakiti saat menghadapi kedua orang itu.Talia memang takut kepada Indriya, tetapi terkadang dia tetap harus menghadapi masalahnya sendiri. Talia tidak mungkin selalu bergantung pada Atmaja dan Berlian.Talia berujar kepada Dina, "Bi Dina, tolong suruh orang bawa mereka ke aula depan. Bilang saja aku akan segera ke sana setelah selesai mengobati lukaku."Dina terpaksa keluar setelah melihat Talia sudah membuat keputusan. Namun, dia tetap khawatir. Dina di

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 46

    Sewaktu Indriya pergi ke Gang Awar, cuacanya sangat bagus. Kamala datang ke kediaman untuk mengobati luka Talia.Kuntum bunga mawar di halaman sudah tumbuh. Daun-daun menjalar di bambu. Puri dan Dina mengarahkan beberapa pelayan untuk membuat ayunan di luar.Talia yang bersandar di jendela mengobrol dengan Kamala. Dia mendengar Kamala menceritakan hal menarik yang dialaminya di Suhan saat mengobati orang sakit.Kamala berkata, "Kamu nggak tahu orang-orang aneh yang kutemui. Akhir tahun lalu, aku bertemu dengan orang yang sekujur tubuhnya berbulu. Bahkan bulunya panjang dan hitam pekat. Wajahnya ditutupi bulu sampai-sampai cuma kedua matanya yang terlihat.""Pria itu takut dilihat orang lain, jadi dia menyusup ke balai pengobatan dan berdiri di depan pintu kamarku saat tengah malam. Aku kira dia itu siluman beruang hitam waktu melihat tubuhnya yang hitam. Aku sangat ketakutan dan hampir pingsan," lanjut Kamala.Kamala meneruskan, "Suatu kali, aku kekurangan 1 jenis bahan obat-obatan wak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 45

    Selama ini, reputasi Keluarga Respati selalu dijaga dengan baik. Keluarga Nugraha pun telah banyak membantu dan gelar kebangsawanan tinggal selangkah lagi untuk diwariskan. Namun, kini semuanya hancur di tangan Talia.Retni berbicara dengan nada penuh amarah, "Kalau gelar Keluarga Respati benar-benar dicabut dan reputasi Nendra rusak karena kejadian ini hingga membuat Kaisar membencinya, aku nggak akan tinggal diam terhadap Talia.""Cukup! Kamu kira situasi ini belum cukup kacau?" Indriya menegur. Melihat Retni masih tidak bisa menerima, Indriya meneruskan dengan kesal, "Waktu kalian memulai semua ini, seharusnya kalian membereskan segalanya sampai bersih.""Kalian ingin menerimanya, tapi nggak mengurus identitasnya dengan baik. Sekarang kalian malah menyalahkan orang lain karena menemukan celah kalian?"Wajah Aris pun menjadi semakin suram. Dia tak pernah menyangka, Talia yang biasanya patuh dan lembut, bisa begitu kejam hingga tak meninggalkan ruang untuk berunding.Indriya menarik n

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 44

    Atmaja bangkit dan melangkah keluar dari dalam istana, lalu menggunakan saputangan untuk menyeka bahunya yang tadi ditepuk. Ekspresinya menunjukkan rasa jijik."Tuan Atmaja, Tuan Aris dan Tuan Nendra masih berdiri di sana," lapor salah satu penjaga.Atmaja melempar saputangan itu ke lantai, lalu melirik ayah anak yang sudah tampak limbung disinari terik matahari. Dia berujar, "Yang Mulia sudah pergi ke tempat selirnya dan nggak meninggalkan pesan. Hanya bilang nanti akan memanggil mereka."Penjaga itu langsung paham. Ternyata kabar yang beredar itu benar. Ayah dan anak dari Keluarga Respati ini telah membuat Atmaja murka.Semua orang tahu, kalau Kaisar sudah masuk ke bagian belakang istana, dia tidak akan kembali ke aula sampai besok pagi.Penjaga itu tak berani berkata banyak dan kembali berdiri di tempatnya. Sementara Aris dan Nendra yang telah berdiri sejak pagi sampai sore hari, mulai pucat karena dehidrasi dan kelelahan.Mereka sempat ingin mencari seseorang untuk bertanya apa mak

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 43

    Atmaja tak menanggapi tatapan penuh senyum Kaisar Atharwa, seakan-akan tak mendengar maksud tersembunyi di balik ucapannya.Dia hanya menjatuhkan bidak hitam ke papan catur, menunduk sambil berkata, "Memang lumayan cocok. Kalau nggak, saya juga nggak akan repot-repot membawa pulang seseorang dari Gunung Caraka yang begitu besar.""Yang Mulia juga tahu, akhir-akhir ini saya sedang pusing dengan urusan transportasi pangan ke ibu kota. Beberapa keluarga bangsawan itu seperti tempurung kura-kura, nggak bisa ditemukan celah apa pun. Saat saya sedang buntu, langit tiba-tiba menunjukkan belas kasih, menganugerahi saya pertemuan ini."Mendengar itu, Kaisar Atharwa tertawa terbahak-bahak. "Kamu ini sungguh berhati batu. Sama sekali nggak tahu caranya mengasihi perempuan.""Saya ini hanya seorang kasim. Mau mengasihi siapa?""Padahal gadis kecil itu kasihan sekali, 'kan?""Saya menyelamatkan nyawanya, memberinya tempat tinggal. Apa yang perlu dikasihani? Kalau nggak ada saya, dia pasti sudah jat

  • Terjerat Kasih Sayang Tuan Atmaja   Bab 42

    Talia sudah menetap di Gang Awar sehingga Kediaman Wicaksana menjadi sangat sunyi.Di luar tampak tenang, tetapi kericuhan di Keluarga Mandaka masih belum mereda. Para anggota Keluarga Respati dan Nendra beberapa hari ini hidup dalam tekanan besar, benar-benar seperti berada di neraka.Aris sebelumnya mengira Talia mudah dikendalikan, sehingga tidak menangani dengan benar dan membiarkan masa lalu Limar terungkap. Fakta bahwa ibu kandung Limar adalah seorang wanita simpanan tak dapat disembunyikan dari orang-orang yang ingin menyelidikinya.Begitu terkuak bahwa Limar adalah anak dari seorang wanita simpanan, sementara Keluarga Respati menganggapnya sebagai anak selir, bahkan membiarkannya menindas keturunan sah hingga hampir membuat Talia yang patim piatu celaka, Keluarga Respati langsung dihujat habis-habisan.Baru saja sidang pagi di istana dimulai, Aris dan Nendra langsung mendapatkan pengaduan dari para pejabat pengawas. Yang satu dituduh tak mampu mengurus rumah tangga, yang satu l

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status