Share

7. Siapa Calon Istri?

Author: L Liana
last update Last Updated: 2024-02-21 15:09:00

Napas Revan terengah-engah naik turun setelah percintaan panas mereka. Revan sendiri yang mengatakan kalau dia tidak akan memasuki Dara kedua kali, tetapi omongan pria itu hanya bulshit semata, Revan merasa tubuh dara sangatlah candu sampai-sampai ia ingin lagi dan lagi. 

Saat ini Dara tengah tertidur pulas setelah dua ronde bercinta dengannya. Perempuan itu terlihat kecapean karena keringat bercucuran di keningnya. Revan memiringkan tubuhnya dan menyangga kepalanya dengan siku. Satu tangannya mengelus kening Dara yang penuh dengan keringat, pun dengan cowok itu yang menyelipkan anak rambut Dara ke telinga perempuan itu. 

Sungguh sejak dulu Revan mengagumi Dara, perempuan cantik, manis dan pekerja keras, sayangnya Dara selalu menolaknya membuat revan membenci gadis itu. 

“Eughhh ….” Dara melenguh pelan dengan bibir terbuka. Revan menatap bibir Dara yang sangat manis karena sudah dia cium berkali-kali. 

Tiba-tiba Dara membuka matanya membuat Revan kaget. Revan salah tingkah karena terciduk menatap Dara tanpa berkedip.

“Jam berapa ini?” tanya Dara.

“Baru juga dua ronde sudah lemas, membuang-buang waktuku,” jawab Revan sewot. 

Dara mencengkram erat selimut yang melilit tubuhnya. Namun, Revan menurunkan selimut itu paksa sampai tubuh atas Dara kelihatan. Revan benar-benar pria cabul.

“Tolong jangan begini lagi! Kita belum menikah,” ucap Dara pelan.

“Apa kau pikir aku mengeluarkan uang sedikit, hah? Aku harus merogoh uang banyak demi pengobatan Ayah dan Adikmu. Bahkan kalau pun kamu menggantinya dengan percintaan panas semalaman penuh, belum bisa mengganti semua uangku,” seloroh Revan tidak ada santai-santainya.

Dara terdiam mendengar ucapan Revan. Pun dengan Revan yang kini menjauhkan tubuhnya dari Dara.

“Eum, aku janji tidak akan menolak setelah kita menikah,’’ ujar Dara. 

“Kenapa harus setelah menikah kalau kita bisa melakukannya sekarang?” tanya Revan dengan senyum sinis di bibirnya. 

Ya, Dara menyadari kalau tidak ada bedanya mau dia berhubungan dengan Revan setelah atau sesudah menikah, tetapi Dara tidak ingin hamil dalam waktu dekat apalagi saat dia belum menikah. Karena bagi Dara hal itu hanya menciptakan masalah baru. 

“Aku harus pergi,” ujar Dara membuat Revan menatap gadis itu tidak suka. 

“Kamu mau kemana lagi?’’ tanya Revan. 

“Adikku tidak ada yang menunggu di rumah sakit,” jawab Dara. 

Mendengar kata ‘adik membuat Revan bertambah kesal, cowok itu mengingat dia tidak dianggap sama sekali dengan Kaivan. 

“Aku ingin meremukkan tulang belulang adikmu dengan cepat. Dia bocah paling kurang ajar yang pernah aku temui, aku datang membawa banyak makanan untuknya, tapi dia malah menutup wajahnya,” seloroh Revan menggebu-gebu. 

“Kamu mendatanginya?” tanya Dara kaget. 

“Bukan hanya mendatanginya, tapi juga membelikannya makanan. Sialan memang Dokter Arhan yang caper, hanya membelikan robot murah, aku bisa membelikan tokonya,” oceh Revan yang syarat akan emosi. 

Dara tersenyum tipis membuat Revan bingung. “Yang dibutuhkan anak kecil bukan seberapa mahal mainan itu, tapi seberapa tulus orang yang memberi,” ujar Dara memainkan jari jemarinya. 

“Ini memang salahku. Setiap kali Kaivan meminta mainan, aku tidak bisa membelikan untuknya. Jadi, setiap kali dibelikan oleh orang, dia akan senang. Tidak peduli mahal atau murah, pasti dia akan menghargainya, dia adikku yang manis,” oceh Dara lagi seraya tersenyum membayangkan wajah adiknya. 

“Gak usah ngomongin cowok lain!” titah Revan kumat emosinya. 

“Siapa yang ngomongin cowok lain?” tanya Dara bingung. 

“Itu, kamu menceritakan tentang Kaivan sambil tersenyum,” kata Revan. 

“Tapi dia adikku, masih kecil,” jawab Dara. 

“Tetap saja dia laki-laki,” ujar Revan tidak mau mengalah. Dara benar-benar bingung dengan jalan pikiran Revan yang marah saat dia menceritakan adiknya. 

“Sudah ah, aku mau kembali ke rumah sakit,” ucap Dara segera memakai pakaiannya lagi dengan cepat. Revan turut memakai pakaiannya. 

Dara lebih cepat dari Revan, perempuan itu bergegas pergi keluar dari kamar calon suaminya. 

“Dara, aku akan mengantarmu!” pekik Revan. 

Saat Dara membuka pintu utama rumah Revan, perempuan itu dikagetkan dengan seorang perempuan paruh baya dan wanita muda yang sangat cantik. 

Selin tidak kalah kagat melihat tukang bersih-bersih di rumahnya berada di rumah anaknya. Pun dengan Dara yang saat ini menatap kikuk. 

“Eh, Dara. Kamu baru membersihkan rumah Revan?” tanya Selin. Mau tidak mau pun Dara mengangguk. 

“Oh iya, perkenalkan ini calon istri Revan. Namanya Angel,” ucap Selin menunjuk perempuan cantik di sampingnya. 

Angel tersenyum menatap Dara sejenak, setelahnya perempuan itu melenggang pergi seraya menyenggol lengan Dara pelan. 

Dara menoleh menatap ke arah Angel yang mendatangi Revan, pun dengan Dara yang melihat tangan Angel menyentuh bahu orang yang akan menikahinya. 

Dara yakin dia tidak jatuh cinta dengan Revan, tetapi sekarang perasaan Dara begitu sakit melihat perempuan lain bersama Revan, terlebih Selin mengatakan kalau Angel adalah calon istri Revan. Sebenarnya yang istri Revan dirinya atau Angel? Dara merasa hanya barang bekas pakai, setelah dipakai sang pemakai bisa bebas dengan siapa saja sedangkan Dara tidak diperkenankan marah. 

“Permisi, Bu,” pamit Dara melenggang pergi dari hadapan Selin. 

Selin membiarkan Dara pergi begitu saja. Sebenarnya Selin menyukai kepribadian Dara, tetapi di tidak ingin Dara menikah dengan Revan. 

“Revan, lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?” tanya Angel. 

“Aku capek, mau istirahat. Besok saja bicaranya,” jawab Revan menepis tangan Angel dari pundaknya. 

“Revan, kami sudah capek-capek datang ke sini. Beginikah balasanmu?” tanya Selin memasuki rumah anaknya. Revan berdecak saat melihat Ibunya. 

“Revan, contohlah Angel, dia anak yang menurut dengan orang tuanya. Meski perempuan dia bisa mengurus perusahaan besar. Dari sekolah sampai sekarang selalu unggul. Sedangkan kamu? Kamu selalu membantah ucapan Ibu,” oceh Selin. 

“Revan, rumah mulai sepi saat kamu dan Risya sudah dewasa. Ibu pengen cucu,” tambah Selin. 

“Kalau kamu menikah dengan Angel, pasti anak kalian—” 

“Aku ada pasien kritis mendadak. Kalau Ibu pulang tutup saja pintunya!” sela Revan dengan cepat sembari berlari meninggalkan Selin dan Angel. 

Sedangkan Selin yang ditinggal begitu saja pun tidak terima, perempuan itu mengejar anaknya. “Revan, kembali kamu!” titah Selin. Revan tidak peduli karena yang dia pedulikan sampai rumah sakit dengan cepat. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   61. Menunggu Jawaban

    Hari ini Dara kesal setengah mati karena suaminya tidak bilang-bilang saat menjemput adiknya, sedangkan dia sudah jalan kaki ke sekolah capek-capek. Sampai pukul dua belas siang, Revan tidak membawa adiknya pulang membuat Dara bingung mau ngapain. Kalau ada Kaivan, Dara bisa bermain dengan adiknya. Dara berusaha menghubungi Revan, tetapi nomor pria itu tetap tidak aktif. Hingga mata Dara memicing saat mengingat ucapan adiknya kalau Revan pernah ditatap oleh Putri tanpa berkedip. Dara mondar-mandir di ruang tamu rumahnya, sesekali perempuan itu melihat hp yang dia genggam. Hingga suara mobil masuk ke halaman rumahnya terdengar. Buru-buru Dara berdiri di depan pintu yang masih tertutup rapat. Suara langkah kaki dan celotehan terdengar, hingga pintu terbuka menampilkan wajah Revan yang kini menatapnya. “Kakak, aku tadi ikut Kak Revan ke rumah sakit. Di sana susternya cantik-cantik. Kenapa pas aku sakit dulu susternya bukan suster itu?” tanya Kaivan. “Masih kecil sudah genit, sana ga

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   60. Memaafkan

    “Aku tidak mau melihatmu lagi. Pergi dari sini!” titah Revan mendesis. “Revan, kedatangan ibu ke sini membawakan buah untuk istri kamu. Ini ibu beli banyak, ada makanan juga untuk Kai,” jawab Selin. “Istriku tidak butuh! Lagipula tidak ada yang menjamin apa buah dan makanan itu bebas dari racun. Aku bisa menjamin kehidupan istri dan adikku sendiri!” desis Revan. Sebenarnya Revan tidak tega mengatakan demikian, tetapi kekecewaan Revan pada ibunya sudah di ujung tanduk. Karena ibunya, hubungannya dan Dara sempat renggang. Revan tidak mau mengambil resiko lagi. “Revan, ibu mengaku salah yang kemarin. Tapi kali ini ibu memang membelikan buah dan makanan untuk kalian tanpa ada niat apapun. Ibu—” “Pergi dari sini!” bentak Revan membuat Selin kaget. Tidak hanya perempuan itu, tetapi juga Kaivan yang kini sangat takut. Dara yang mendengar keributan pun segera keluar, “Revan, kenapa kamu teriak-teriak?” tanya Dara. Dara melihat Selin yang di tangannya memegang kantong plastik dan bebera

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   59. Bersaing

    Revan merasa kehidupannya yang sekarang sangat menyenangkan. Dimana ada istri di sisinya, ada juga adik iparnya yang menyebalkan. Saat ini Revan tengah sibuk membuatkan susu ibu hamil untuk istrinya, sedangkan istrinya sibuk dengan pakaian baru Kaivan. Hari ini pertama kali Kaivan masuk sekolah, bocah itu sangat antusias karena ini yang dia inginkan“Sudah siap pakaiannya, kamu ganteng banget pakai seragam ini,” puji Dara pada adiknya. “Dara, susunya sudah siap. Diminum gih!” pinta Revan pada istrinya. “Iya, sebentar,” jawab Dara. “Kakak, ini tuh dasinya gak gini. Ini masih miring,” rengek Kaivan karena dasi yang dipakaikan kakaknya miring. Dengan sigap Dara membenarkan dasi adiknya. Revan yang melihat itu segera melepas kancing kemejanya dan mengacak sedikit kerahnya. “Sayang, bajuku berantakan,” rengek Revan bagai anak kecil. Dara menatap ke kerah baju Revan. “Tadi aku lihat sudah rapi, kenapa sekarang kayak gitu?” tanya Dara pada suaminya. “Entahlah,” jawab Revan. Dara meng

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   58. Obat Nyamuk

    “Kaivan, makan yang banyak biar cepet gede!” pinta Devano berusaha menyuapi Kaivan, tetapi Kaivan tetap lari-larian. Malam ini Devano dan Risya mengajak Kaivan ke time zone, Devano ingin Risya melihatnya sebagai pria yang sayang anak-anak agar Risya cepat mengatakan kalau mau menikah dengannya. Namun, Kaivan sangat sulit diajak kerja sama, bocah itu terus lari-larian saking senangnya. Kaivan tidak pernah diajak ke sini oleh kakaknya. “Kaivan, cepet makan!” titah Devano mendekati Kaivan lagi. “Om, tadi Kak Revan kasih aku uang, aku mau main game lempar bola itu,” ujar Kaivan mengeluarkan uang dari sakunya. Devano mengembalikan uang itu lagi ke saku Kaivan. “Om punya banyak uang, jadi Om saja yang bayar. Yang penting kamu makan!” desis Devano terus berusaha menyuapi Kaivan. Risya tertawa geli karena Kaivan tidak mau disuapi, “Makannya jadi orang yang lemah lembut biar anak-anak menyukai. Anak-anak itu jujur, kalau dia tidak mau disuapi tandanya kamu bukan orang yang baik,” oceh Ris

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   57. Gigitan Dara

    Saat ini Dara tengah menundukkan kepalanya di ruang tamu rumahnya dan Revan, perempuan itu tidak berani menatap suaminya yang kini berdiri di depannya. Melalui ekor matanya Dara melihat sang suami tengah mondar-mandir seraya bersedekap dada. Saat Dara akan melihat lebih jelas, buru-buru Dara menunduk lagi. “Sudah puas kaburnya?” tanya Revan menatap istrinya. “Hem,” jawab Dara. “Sekarang kenapa menemuiku? Apa sudah bosan kabur terus atau sudah—”“Karena aku mendengarmu tengah sama wanita lain, makanya aku datang lagi,” jawab Dara yang kini berdiri dari duduknya. Perempuan yang tadinya malu menatap wajah suaminya kini menjadi berani dan mendorong tubuh Revan hingga Revan menubruk tembok belakangnya. Brak!Dara memukul tembok tepat di sebelah kepala Revan membuat pria itu kaget. “Aku hanya kabur, tidak bercerai denganmu. Saat aku mengatakan pisah, kamu juga tidak melayangkan perceraian padaku. Jadi aku dan kamu masih suami istri. Saat aku mendengarmu sama perempuan lain, jelas aku ke

  • Terjerat Kontrak dengan Pria yang Kutolak   56. Bersama Lagi

    Dara merasa terancam dengan keberadaan perempuan lain di hidup Revan. Revan bilang hanya menyukainya, tetapi Revan malah sama yang lainnya. Saat ini Dara pulang tanpa membawa barang apapun, juga Dara tidak memberitahu Ayahnya. Sesampainya di rumah Revan, Satpam bilang kalau Revan tidak ada di rumah, alhasil Dara tidak jadi masuk karena tidak berani. “Nyonya, kenapa tidak masuk?” tanya penjaga keamanan itu pada Dara. Sedangkan Dara hanya menggeleng pelan. “Biasanya Pak Revan kalau keluar malam, pulangnya juga larut,” ujar pak Satpam membuat Dara mengangguk. Dara bersiap pergi, tetapi kembali lagi, “Pak, kalau boleh tau dimana perginya Revan?” tanya Dara. “Biasanya kalau malam sih di bar,” jawab pria di depan Dara itu. Dara membelalakkan matanya, ternyata Revan masih sering keluar masuk bar. Perempuan itu menuju ke taksi yang menantinya. Di sisi lain Revan tengah bersama rekan-rekan bisnisnya, pria itu sudah banyak minum, tetapi tidak membuatnya mabuk, sedangkan teman-temannya sud

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status