“Siapa kamu?” tanya Olivia. Pada wanita yang sudah ada di depannya. Olivia melihat wanita itu tersenyum kepadanya. Dia terus menatap wanita itu sembari mengingat apakah dirinya pernah bertemu dengannya. Akan tetapi, dia sama sekali belum pernah bertemu dengannya. “Aku Haruka.” “Apakah kita pernah bertemu?” Olivia kembali bertanya. Dengan nada penasaran karena dia sama sekali tidak pernah bertemu dengannya. “Boleh aku duduk?” “Duduklah!” sambung Olivia. Dia masih belum bisa melepaskan pandangannya dari wanita yang sekarang duduk di depannya. Olivia pun menunggu wanita itu menjelaskan maksud menemuinya. “Kamu pasti penasaran denganku, ‘kan?” Haruka bertanya pada Olivia. “Katakan saja apa yang kamu inginkan?” “Aku ingin membeli beberapa lukisan milikmu,” jawab Haruka. “Lukisan?” Haruka mengangguk. Dia mengatakan jika dirinya adalah pengagum dari lukisan Olivia. Dia melihat lukisan Olivia saat berada di Indonesia, di sebuah galeri kecil. Namun, sangat disayangkan jika ga
"Kamu ingin tahu?” tanya Nolan. Yang ternyata tidak tertidur. Olivia melihat Nolan yang menatapnya dengan tatapan lembut. Padahal suasana hatinya saat ini sedang tidak baik-baik saja. Dia masih penasaran dengan apa yang barusan dikatakan oleh Nolan pada orang yang menghubunginya. “Apa kamu cemburu pada, Eiji?” jawab Olivia. Dengan sebuah pertanyaan lagi. Dia tidak mendapatkan jawaban dari pria yang ada di sampingnya. Dia pun kembali mengingatkan jika mereka berdua bukan pasangan kekasih seperti biasa. Hubungan mereka adalah sebuah kerja sama yang saling menguntungkan. “Aku tahu. Aku hanya tidak ingin jika pria itu mengacaukan semua rencana kita untuk belas dendam pada ibu tirimu,” jawab Nolan. “Jangan ada cinta di antara kita. Itu lebih baik untuk kelancaran kerja sama kita.” “Baiklah. Bagaimana jika aku menginginkanmu sekarang,” sambung Nolan. Lalu dia mengubah posisi tubuhnya menjadi di atas tubuh Olivia. “Jangan bercanda! Ini di tempat umum. Bagaimana jika ada yang melih
Nolan menatap wanita yang ada di depannya. Dia semakin penasaran dengan apa yang sudah terjadi pada Olivia. Sehingga wanita itu lemah dalam menghadapi Miranda. “Katakan padaku, Angel!” Nolan kembali berkata dengan nada memerintah pada Angel. Dia memang sudah mencari tahu tentang semua hal yang berkaitan dengan Olivia. Namun, hanya satu hal itu saja yang belum bisa diketahui olehnya. “Dia ....” Sebelum Angel melanjutkan kalimatnya, ponselnya berdering. Dia mengambil ponselnya yang ada di dalam saku celananya. Dia melihat nama Olivia yang tertera di layar ponselnya. “Halo,” ucap Angel. Setelah dia mengangkat teleponnya. Angel mendengarkan apa yang dikatakan oleh Olivia. Matanya berkeliling untuk mencari keberadaan sang sahabat. Dia pun akhirnya tahu di mana posisi sahabatnya itu. “Aku tahu. Kalau begitu aku segera pergi ke sana,” Angel berkata. Lalu dia menutup sambungan teleponnya. “Ada apa?” tanya Nolan. “Aku harus pergi. Mungkin sebaiknya kamu cari tahu sendiri apa ya
Nolan mengambil kain yang ada di atas sofa, dia melihat ada noda darah. Dia terdiam sejenak saat melihat itu. “Apakah ini pertama kali baginya?” gumamnya. Tidak begitu lama dia melihat Olivia ke luar dari dalam kamar mandi. Wanita itu mendekat ke arahnya dan menatapnya. “Apakah tadi, Ian?” tanya Olivia pada Nolan. Sembari berjalan mendekat ke arahnya. “Iya. Dia mengatakan jika penerbangan kita dipercepat.” “Kalau begitu aku akan bersiap,” sambung Olivia. Nolan melihat Olivia berjalan mendekat ke arah nakas dan mengambil ponselnya. Lalu menghubungi seseorang. Dia melihat ke arahnya terus dan mendengarnya menyebut nama Angel. “Hari ini aku akan kembali ke Indonesia,” ucap Olivia pada Angel yang ada di ujung telepon. Olivia kembali mendengarkan perkataan sang sahabat. Yang mengatakan jika dirinya tidak bisa kembali ke Indonesia dalam beberapa hari ke depan. Dia pun menutup sambungan teleponnya. “Ada apa?” tanya Nolan. Setelah dia berada di dekat Olivia sembari memeluknya da
"Sedang apa kamu di sini?” tanya Olivia pada orang yang ada di depannya.“Olivia ... aku ....” “Katakan padaku, Angel!” perintah Olivia pada sang sahabat.Dia tidak tahu jika sang sahabat ada di rumah ini. Dia maju dua langkah dan terus menatap sahabatnya. “Mengapa diam? Apakah kamu hanya ingin bicara dengannya saja?!” Olivia kembali bertanya dengan nada sedikit menekan.“Bukan begitu. Aku hanya tidak ingin merepotkan kamu saja.”Olivia diam dan mendengarkan penjelasan sahabatnya itu. Muncul rasa kecewa di dalam hatinya. Karena sang sahabat lebih memilih meminta bantuan pada Nolan dibandingkan dirinya. “Kalian lanjutkan saja!” Olivia berkata lalu berjalan keluar. “Tunggu, Olivia! Kamu jangan salah paham denganku.” Olivia menepis tangan Angel dan dia mengabaikannya. Dia benar-benar kecewa dengan sahabatnya itu. Dia mempercepat langkahnya dan sudah ada di dalam kamar. Dia menghentikan langkahnya saat sudah ada di dekat meja. Dia melihat tiket penerbangan menuju ke Indone
“Aku tidak mengikutimu,” Pria itu menjawab pertanyaan yang dilayangkan oleh Olivia padanya. “Lantas bagaimana kamu bisa tahu aku ada di sini? “Ada pekerjaan yang harus aku selesaikan di sini. Dan kebetulan melihatmu,” jawab pria itu. Olivia memberikan kesempatan pada pria itu untuk menjelaskan semuanya. Sembari melihat anak-anak yang ada di depannya. “Eiji, kamu ada di sini?” tanya Ae-Ri. “Ae-Ri, kamu mengenalnya?” sela Olivia. “Tentu saja.” Olivia pun melihat Ae-Ri duduk di depannya. Dia juga melihat senyum wanita itu saat melihat Eiji. Dia tidak tahu jika mereka berdua saling mengenal. Dia pun memperhatikan mereka berdua yang sedang mengobrol. Sekilas dia melihat Ae-Ri tersipu karena mendengar pujian yang dilayangkan Eiji padanya. “Kalian lanjutkan! Aku harus menemui, Ibu Park,” ucap Olivia. Sembari berdiri lalu berjalan meninggalkan mereka berdua. “Aku ikut denganmu. Ya,” timpal Ae-Ri. Itu membuat Olivia berhenti melangkah. “Tidak perlu. Kamu temani saja dia!” Ol
Olivia melihat dengan kesal Eiji yang terkekeh saat mendengar pertanyaan yang dilayangkan olehnya. Semua itu membuatnya yakin jika pria itu adalah salah satu kekasih gelap sang ibu tiri. “Apa dia berjanji padamu akan hidup bersama setelah menguasai harta ayahku? Jika benar ... kamu pria bodoh karena Miranda hanya mencintai, Nolan,” sindir Olivia. “Hahaha ... kamu pikir aku bodoh? Aku tahu jika Miranda mencintainya. Namun, Apakah kamu tahu rencana pria itu?” “Aku tahu. Dan aku akan mendukungnya karena tujuan kami sama,” timpal Olivia. Sekarang Olivia menyerang balik Eiji dengan mengatakan beberapa hal yang dilakukan oleh Miranda agar bisa kembali bersama Nolan. Dia berusaha memanas-manasi pria itu. Dia merasa senang karena rencananya berhasil. Sehingga Eiji terlihat geram. Akan tetapi, dia masih terus bicara dan tidak memedulikan jika saat ini Nolan sudah cukup kesal. “Sudah cukup!” bisik Nolan. Dengan nada menekan pada Olivia. “Belum. Aku masih belum puas.” “Aku yang sudah
Hingga detik ini Olivia tidak mendapatkan jawaban dari Nolan. Bahkan sekarang dia baru saja mendarat di bandara Jakarta. “Nolan, kita sudah sampai di Jakarta. Bisakah kamu katakan apa yang sedang terjadi?” tanya Olivia pada Nolan. “Masuklah! Kita akan menuju suatu tempat.” Olivia menghela napasnya. Lalu dia masuk ke dalam mobil. Dia pun tidak akan bertanya kembali pada Nolan. Karena sudah pasti dirinya tidak akan mendapatkan jawaban. Selama di dalam perjalanan, dia melihat ke jalanan yang dilewatinya. Namun, dia tertidur saat mobil tidak bisa berjalan dengan lancar karena macet. Hingga akhirnya mobil pun berhenti di tempat yang dituju. “Olivia, bangunlah! Kita sudah tiba,” ucap Nolan dengan lembut.“Kita sudah sampai. Di mana ini?” Olivia sudah terbangun sepenuhnya. Dia melihat ke arah luar dan begitu terkejut. Dia ke luar dari dalam mobil, setelah sang sopir membukakan pintu mobilnya. Dia terpaku dengan yang dilihatnya. Dia tidak mengira akan melihat semua ini.“Mengapa