Olivia Sander memiliki dendam kepada ibu tirinya. Di saat dirinya baru diusir oleh ibu tirinya, beberapa orang misterius menculiknya. Rupanya penculikan itu direncanakan oleh Nolan Raymond. Nolan Raymond merupakan seorang pengusaha sukses, dia memiliki paras yang tampan tetapi terkenal dengan sifat dingin pada setiap wanita dan kejam pada saingan bisnisnya. Namun, semua kekejamannya tidak menghalangi banyak wanita jatuh cinta bahkan terobsesi dengannya. Dia menawarkan sebuah kontrak kerja sama pada Olivia untuk membalas dendam kepada ibu tirinya. Semula Olivia menolaknya karena dia tahu jika Nolan adalah mantan kekasih ibu tirinya. Sebuah insiden terjadi dan itu membuat Olivia menerima tawaran kerja sama itu. Namun, dia tidak tahu jika Nolan memiliki rencana lainnya. Dan secara tidak sengaja juga dia mendengar rencana busuk ibu tirinya kepada sang ayah tepat di depan Nolan. Sehingga dia berpikir jika Nolan sudah memanfaatkannya. Bagaimana hubungan mereka setelah Olivia mendengar rencana busuk ibu tirinya? Apakah dia akan memutuskan hubungan kerja samanya dengan Nolan? Lantas apa rencana lainnya yang sudah dibuat oleh Nolan?
View More“Pergi kamu, Olivia!” pekik seorang wanita. Setelah dia menampar gadis itu cukup kerasnya.
“Aku tidak akan pergi sebelum bertemu ayahku!” timpal Olivia.
Olivia memberanikan dirinya untuk bicara tegas dengan ibu tirinya. Sudah beberapa hari ini dia tidak bertemu dengan ayahnya yang kecewa kepadanya.
“Untuk apa kamu bertemu dengan ayahmu? Bagaimanapun, dia tidak akan percaya dengan perkataanmu, kamu tahu!?” timpal sang ibu tiri. Sembari tersenyum kecut.
“Semua ini kamu yang rencanakan, bukan?”
“Tepat sekali,” jawab sang ibu tiri.
“Dasar wanita picik! Aku tahu kau hanya akan memanfaatkan ayahku!”
Olivia tak bisa menahan gejolak amarahnya lagi.
Sebelumnya, ayahnya masuk ke rumah sakit karena meminum gelas Miranda, wanita yang sekarang menjadi ibu tiri Olivia, saat makan siang.
Semua itu terjadi karena racun yang ada di dalam minuman Miranda. Saat sang ayah siuman, Miranda langsung berkata jika semua ini pasti salah Olivia. Sebab selama ini mereka berdua selalu bertengkar karena Olivia tidak suka Miranda berada di rumah.
Karena Leon, ayah Olivia lebih memercayai Miranda. Olivia pun langsung diusir keluar dari rumah.
Tentu saja, Olivia tahu ini semua rencana ibu tiri busuknya itu. Dan sekarang, dia tak bisa melakukan apa-apa selain mengumpulkan bukti-bukti untuk membela dirinya.
“Tuduhanmu tak terbukti, Anak Manis! Dan sekarang, pergi dari sini! Satpam, bawa anak durhaka ini keluar!” timpal sang ibu tiri. Tentu saja dengan senyum penuh kebencian.
Olivia mengeraskan rahang. Dia hanya mengepalkan kedua tangannya dan menatap ibu tirinya. Seraya dia tidak peduli.
"Maaf nona Olivia, ini juga permintaan tuan besar ...."
Dua orang satpam mulai menarik Olivia pergi dari hadapan Miranda.
"Lepaskan aku!"
Namun, Miranda hanya menatap Olivia dengan tatapan sinis sambil berlalu masuk ke dalam rumah.
Kedua satpam itu segera mengeluarkan Olivia dari rumah megah yang belasan tahun telah dia tinggali.
"Aku akan kembali ke sini dan merebut semuanya!"
Olivia menatap pagar rumahnya yang tinggi. Kalau saja dia bisa menghalangi pernikahan antara ayahnya dengan wanita brengsek itu sebelumnya, nasibnya pasti tidak akan seperti ini. Dia sudah sadar jika Miranda hanya mengincar harta ayahnya. Dan sekarang, dia harus menerima akibatnya karena tidak bisa bertindak lebih cepat.
Dia pun menaiki sepeda motornya yang terparkir di luar rumah. Dia menjalankan motornya. Ada sebuah mobil yang sedari tadi mengikutinya.
“Mengapa kamu tidak membiarkan aku bernapas lega,” gumam Olivia. Dia merasa jika yang mengikutinya adalah suruhan ibu tirinya.
Namun, apa yang di yang dipikirkannya tidak tepat. Karena mobil tersebut melewatinya. Tidak berselang lama motornya mendadak berhenti dan tidak bisa dinyalakan kembali.
“Sial!”
Pungkasnya saat dia menyadari jika motornya kehabisan bensin. Dia duduk di atas trotoar. Dia mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi teman-temannya. Namun, tidak ada satu pun di antara mereka yang mengangkatnya. Dia hendak menghubungi sahabatnya tetapi ponselnya mati karena kehabisan daya.
Dia mengambil sebuah roti lapis yang dibelinya sebelumnya dengan sisa uang yang dimilikinya.
“Kenapa ayah begitu tega padaku? Sungguh menyebalkan mengapa ayah menikah dengan wanita iblis seperti dia.”
Belum sempat dia menghabiskan rotinya, tiba-tiba datang sebuah mobil jeep hitam yang berhenti tepat di depannya. Terlihat empat orang pria yang tidak dikenalnya ke luar dari dalam mobil itu.
Dia langsung bangkit dan dia berlari. Dia berpikir jika mereka memiliki niat buruk kepadanya. Namun, seseorang dari mereka dengan sigap menangkapnya dan memegangi tangannya.
“Siapa kalian? Mau apa denganku?! Apa Miranda yang menyuruh kalian?”
Olivia terus berusaha berontak. Hingga akhirnya di berhasil menggigit tangan orang yang memeganginya.
“Sialan! Perempuan ini berani juga ternyata. Pantas, Tuan Nolan begitu menginginkannya!”
“Nolan? Siapa orang itu?” tanyanya dalam hati. Sembari berniat untuk lari.
Dia berlari dengan sekuat tenaga. Saat ini yang ada di dalam benaknya adalah berlari. Dia tidak boleh tertangkap oleh mereka. Dia dalam benaknya pun mulai bertanya-tanya siapa Nolan itu.
“Cepat kejar dia!” pungkas seseorang sembari berlari.
Mereka masih terus mengejar Olivia. Malam ini mereka harus membawa wanita itu ke tempat sang tuan. Apabila tugas yang diberikan tuannya gagal maka mereka akan mendapatkan hukuman yang berat.
Olivia pun berlari ke arah sebuah gang sempit dan redup. Dia bersembunyi di balik sebuah tumpukan kardus yang tinggi.
“Apa aku bisa lolos dari mereka?” gumamnya.
Dia menunggu beberapa saat di sana. Dia berpikir jika dirinya sudah selamat. Dia pun berjalan perlahan dari gang itu.
“Sudah cukup berlarinya,” ucap seseorang. Dengan nada pelan dan menekan.
Olivia terkejut dan dia hendak berlari kembali. Akan tetapi, orang itu berhasil mendekap mulut dan hidungnya dengan sebuah kain. Dia mencium aroma yang sangat tajam dan itu membuatnya tidak nyaman.
“A ... apa yang terjadi?”
Perlahan pandangannya mulai kabur dan akhirnya menggelap. Dia pun terkulai tidak sadarkan diri.
“Cepat bawa dia!” ucap salah seorang dari pria misterius yang sedari tadi mengejar Olivia.
Sebuah mobil jeep berhenti di depan mereka, tanpa berpikir lagi mereka memasukkan Olivia ke dalam mobil. Setelah itu mobil pun meninggalkan area tersebut dan langsung menuju ke tempat sang tuan.
Mereka pun tiba di sebuah rumah besar. Di sana begitu banyak orang yang berjaga. Salah satu dari mereka menggendongnya di atas pundaknya dan memasukkannya ke dalam sebuah kamar.
“Katakan pada tuan jika wanita itu sudah ada di dalam kamar,” ucap orang itu pada seorang pelayan wanita.
Berselang tidak begitu lama, Olivia mengerjapkan matanya. Cahaya lampu berusaha masuk ke dalam kesadarannya. Dia mengerjap-ngerjap tatkala kesadarannya sudah mulai pulih sedikit demi sedikit.
“Di ... di mana ini?”
"Olivia Sanders... Akhirnya aku menemukanmu!"
Sebuah suara bariton segera memecah keheningan ruangan tersebut.
Olivia berdiri di balkon apartemennya. Dia hanya diam sembari melihat langit biru yang cerah. Wajahnya terpancar kesedihan dan rasa kesepian karena selama dua bulan ini dirinya tidak bertemu dengan Nolan. “Sampai kapan kamu akan terus berada di dalam apartemenmu ini?” tanya Adel yang baru saja berdiri di sampingnya. “Malam ini aku akan berada di apartemen ini. Setelah itu aku akan kembali ke rumahku.”“Apakah kamu masih belum mau menemui, Nolan?” “Dia sudah bahagia bersama dengan wanita itu.”“Kamu salah.”“Aku tidak salah.”Olivia melihat ke arah Adel dan wanita itu menggelengkan kepalanya. Dia tidak paham mengapa Adel masih saja membela Nolan yang sudah memutuskan untuk bersama dengan wanita itu bukannya menemuinya. “Olivia, malam itu dia memang menemui Miranda. Namun, setelah itu dia pergi dan langsung menuju ke Paris. Ada rekan bisnisnya yang mengalami penyerangan.”“Kalau itu aku tidak tahu. Ceritakan lagi padaku yang sebenarnya terjadi!” “Makannya kalau dia menghu
Sudah satu minggu Olivia belum mendapatkan kabar tentang Nolan. Rasa khawatir semakin bergelayut di dalam hatinya. Akan tetapi, dia selalu berusaha untuk bersikap tenang. Sebab dia yakin jika Nolan akan kembali ke sisinya. Di saat kepergian Nolan semua rencananya berjalan dengan lancar. Dia berhasil merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya. Dia juga berhasil membuat Miranda mundur beberapa langkah dari rencana yang sudah dibuat. “Apa kamu sudah puas, Olivia?! Kamu sudah mengambil semuanya. Sekarang biarkan aku bersama dengan ayah dari bayi yang aku kandung ini,” tanya Miranda dengan nada kesal. “Puas? Aku sama sekali tidak puas karena kamu sudah membuat hidupku hancur. Apakah kamu sempat berpikir yang kamu lakukan itu adalah hal buruk?” “Aku tidak peduli akan hal buruk atau baik. Karena aku hanya ingin memiliki apa yang seharusnya menjadi milik aku!” Olivia tersenyum kecut saat mendengar perkataan Miranda. Dia tidak habis pikir semua yang dimilikinya mengapa bisa seh
Olivia terkejut dengan apa yang dikatakan oleh wanita yang ada di depannya. Akan tetapi, dia tidak bisa mempercayai semua perkataan yang diucapkan oleh wanita itu tentang Nolan. “Jangan asal bicara! Sebaiknya jangan mencari masalah di sini!” tukas Nolan. Yang kesal dengan apa yang dilakukan oleh wanita yang ada di depannya yang tidak lain adalah Miranda. “Jangan membuangku begitu saja Nolan! Kamu harus bertanggung jawab! Ini adalah bayimu dan aku tidak ingin bayi ini lahir tanpa seorang ayah.” Miranda terus saja mengatakan jika dirinya tengah hamil. Dia pun menunjukkan buktinya. Dia begitu percaya diri jika dirinya sedang hamil anak dari Nolan dan tidak lama lagi pria itu akan menjadi miliknya. Dia sama sekali tidak peduli dengan apa yang sudah dilakukan Nolan dengan semua bisnisnya. Olivia hanya diam mendengar semua perkataan yang dilayangkan oleh Miranda. Dia mengingat kembali kedekatan Nolan bersama Miranda selama satu tahun terakhir ini. Dan itu memungkinkan terjadinya hal i
“Kamu akan tahu sebentar lagi,” Nolan menjawab pertanyaan yang barusan dilayangkan oleh Olivia kepadanya. Olivia pun kembali melihat ke arah Tom setelah mendengar jawaban Nolan. Dia melihat Tom yang juga menatap ke arah Nolan dengan tatapan penuh rasa kesal. Dan pria itu memutuskan sambungan teleponnya. “Mengapa kamu melakukan semua ini?!” tanya Tom dengan nada tinggi pada Nolan. “Sudah aku katakan bukan padamu. Jika aku tidak akan melepaskan siapa saja yang ada kaitannya dengan kecelakaan itu.” “Aku yang menyelamatkannya. Jika tidak ada aku maka dia akan mati.” “Sungguh? Kamu begitu yakin.” Olivia masih merasa bingung dengan perdebatan mereka berdua. Dia pun mulai berpikir apakah kecelakaan yang sedang mereka bicarakan adalah kecelakaan yang menimpanya satu tahun yang lalu di Bali. “Yang aku tahu jika kamu memang melakukan semua itu hanya ingin membuat Olivia berada di sisimu,” Nolan kembali berkata pada Tom. “Apa tujuannya melakukan semua ini?” Olivia akhirnya bertanya p
Olivia masih mendengar pintu apartemennya diketuk. Dia akhirnya kembali melihat siapa orang yang ada di balik pintu. Dia melihat seseorang yang dikenalnya. Sehingga membuatnya bernapas lega. Lalu membuka pintu apartemennya. “Mengapa lama sekali membukanya?” tanya orang itu. Setelah Olvia membuka pintu apartemennya. “Aku pikir bukan kamu.” “Lantas siapa?” “Tadi ada yang mengetuk pintu tetapi sewaktu aku melihat di layar tidak ada siapa-siapa,” jelas Olivia. Sembari memutuskan sambungan teleponnya. Dia merasa sedikit tenang karena yang ada di hadapannya saat ini adalah Tom. Dia berpikir jika pria itu masih ada di luar negeri ternyata sudah ada di Jakarta. “Kapan kamu kembali? Mengapa kamu tidak mengatakan jika kamu sudah ada di Jakarta?” Olivia bertanya pada Tom. “Dua jam yang lalu. Dan aku langsung ke sini karena ada yang harus aku bicarakan denganmu.” Olivia melihat Tom berjalan menuju sofa. Dia pun mengikuti pria itu dan duduk tepat di hadapannya. Dia menunggu apa yang ingi
Karyawan wanita itu menjerit karena terkejut dan itu membuat Angel yang ada di ruangannya ke luar. Dia langsung menuju suara jeritan itu dan akhirnya dia melihat seorang wanita yang sedang membungkukkan tubuhnya ke arah karyawannya. “Siapa kamu?” tanya Angel pada wanita yang terlihat sedang mengancam karyawannya. Olivia langsung mengubah posisi tubuhnya dan dia melihat ke arah Angel. Dia memberikan senyumannya dan mendekat ke arah wanita yang sudah membantunya selama ini dan bahkan sempat bermusuhan juga dengannya. “Olivia ...,” ucap Angel saat melihat wajah wanita yang sedang berjalan mendekat ke arahnya. “Apa kamu juga akan takut melihat aku?” tanya Olivia pada Angel. Setelah dia ada di hadapannya. “Aku sama sekali tidak takut meski kamu adalah hantunya sekalipun,” timpal Angel. Karena dia memang sudah melihat Olivia saat bertemu dengan Nolan. “Baguslah kalau begitu.” Setelah mengatakan itu Olivia pun berjalan kembali dan melewati Angel. Dia mulai memperhatikan satu per
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments