Home / Romansa / Terjerat Obsesi CEO Arogan / Sumber Informasi yang Akurat

Share

Sumber Informasi yang Akurat

last update Last Updated: 2025-03-17 10:00:28

Tiga hari yang lalu ….

"Kau tahu apa yang telah dilakukan anakmu, Vero?" suara Karl bergetar menahan amarah, matanya menusuk tajam ke arah pria yang kini berdiri di hadapannya.

Vero menarik napas panjang. Ia sudah mendengar kabar itu. Sudah terlambat untuk menghentikan Gio. "Aku minta maaf, Karl. Aku sungguh tidak tahu kalau Gio akan melakukan hal ini. Aku—"

"Omong kosong!" Karl membanting gelas di atas meja, pecahannya berhamburan di lantai. "Kau pikir maaf bisa menyelesaikan semuanya? Apa kau bahkan pantas disebut ayah jika kau tidak bisa mengendalikan anakmu sendiri?!"

Vero mengatupkan rahangnya. Ia tahu Karl benar. Gio telah menyebarkan berita buruk yang menuduh Elena berselingkuh dengan Karl.

Berita itu telah mengguncang banyak pihak, terutama Elena yang kini dicap sebagai perempuan murahan karena dugaan perselingkuhan itu.

"Aku... aku tidak tahu kalau Gio akan seberani ini," suara Vero lirih, sarat dengan penyesalan. "Aku

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (6)
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Sekali ada yang mengusik elena langsung di kasih pelajaran sama karl, untung aja vero punya rahasia gio yg bikin Karl happy
goodnovel comment avatar
MAIMAI.
siap siap menerima pembalasan kamu gio.
goodnovel comment avatar
Wiediajheng
astaga vero... jadi selama ini kamu juga tau ya rahasia yg disembunyikan anakmu itu. dan disaat kepepet baru kamu keluarkan itu bukti... tapi bagus sih. demi menyelamatkan dirimu kau hancurkan anakmu yg durhakoooo itu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Semakin Yakin

    “Argh! Berengsek! Karl sialan!”Gio menghantam vas bunga ke dinding, pecahannya beterbangan, menghiasi lantai apartemennya yang sudah berantakan.Napasnya memburu, dadanya naik turun dalam gelombang amarah yang tak terbendung. Meja di depannya dihantam dengan satu pukulan keras, menyebabkan gelas dan piring berhamburan, pecah menjadi serpihan kecil."Bajingan!" pekiknya penuh amarah, matanya merah menyala seperti bara api.Tangannya meraih bingkai foto yang ada di rak, dilemparkannya dengan kasar hingga kaca fotonya pecah berantakan. Rahangnya mengeras, otaknya terus dipenuhi satu pertanyaan: Dari mana Karl tahu?Selama ini, ia menyimpan rapat-rapat fakta bahwa ia mandul. Tak ada seorang pun yang tahu, tak ada seorang pun yang seharusnya tahu! Namun entah bagaimana Karl menemukan kelemahannya. Berengsek!“Kau sudah menyulutkan api dalam hidupku, Karl. Apa kau tahu, aku sangat membencimu, semakin membencimu karena sudah membuatku hancur!” pekiknya dengan dada naik turun karena amarahny

    Last Updated : 2025-03-18
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Sesuatu Terjadi di Restoran Elena

    Dua hari telah berlalu sejak Karl mengklarifikasi semua tuduhan yang Gio lemparkan padanya. Semua telah berjalan lebih baik dari yang ia bayangkan.Tidak ada lagi tatapan curiga dari orang-orang, tidak ada lagi bisik-bisik di belakangnya. Segala fitnah yang pernah menyesakkan dadanya kini telah menguap bersama kenyataan.“Hari ini kau yakin tidak ingin kuantar?” tanya Karl, yang berdiri bersandar di pintu kamar dengan tangan menyilang di dada. Tatapannya penuh perhatian, meski tersirat nada pasrah dalam suaranya.Elena menoleh dan tersenyum kecil. “Aku yakin. Di sana ada Maia dan staf lainnya. Lagipula, aku bisa menjaga diri.”Karl menghela napas, lalu berjalan mendekat, mengusap lembut pipi istrinya. “Aku tahu kau bukan anak kecil yang harus kujaga dua puluh empat jam, tapi tetap saja… aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja.”Elena menepuk lembut tangan Karl yang masih bertengger di pipinya. “Aku akan baik-baik saja. Aku janji.”Karl masih tampak ragu, tetapi akhirnya mengangg

    Last Updated : 2025-03-20
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Rasa Bersalah Karl

    Begitu kabar tentang Elena yang dilarikan ke rumah sakit sampai ke telinga Karl, seolah dunia yang ia pijak mendadak retak. Rapat penting yang tengah berlangsung seketika kehilangan makna. Tanpa sepatah kata, ia berdiri, wajahnya menegang, lalu melangkah keluar dengan langkah panjang penuh kegentingan.Keheningan yang tiba-tiba menyeruak di ruang rapat membuat para petinggi perusahaan hanya bisa menatap punggung bos besar mereka dengan tatapan kosong. Tak ada yang berani bertanya, tak ada yang cukup berani menahan.Suasana yang sempat membeku segera dikendalikan oleh Vincent yang berdiri sambil menutup map di depannya.Suaranya datar namun tegas, membelah keheningan. “Rapat kali ini cukup sampai di sini. Jangan lupa tugas kalian!”Tanpa menunggu reaksi, Vincent segera mengumpulkan berkas-berkas penting dan melangkah cepat, hampir tergesa, keluar dari ruangan.Di lorong panjang yang mengarah ke tempat parkir, ia mempercepat langkah, menahan napas, berusaha mengejar sosok Karl yang tel

    Last Updated : 2025-04-23
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Kondisi Elena

    Karl, yang sejak tadi membisu, langsung menegang. Rahangnya mengeras, otot di wajahnya menegang dengan nyata.Kedua tangannya mengepal, sangat erat, hingga buku jarinya memutih. Matanya memerah, bukan hanya oleh amarah, tapi juga oleh rasa takut yang membuncah. Ia bukan hanya mendengar cerita.Ia melihat bayangan Elena dalam kobaran api—dengan tubuh mungilnya berlari menyelamatkan orang lain, tanpa memikirkan keselamatan sendiri."Apakah tidak ada yang menolong Elena di dalam?" Suara Karl terdengar lirih tapi tajam, seperti ujung pisau yang baru saja diasah.Maia menggeleng pelan. “Semua... semua terjadi terlalu cepat. Elena hanya mengalami sesak napas dan kemudian pingsan. Lalu... ambulance datang dan membawanya ke sini,” ucapnya lirih, seperti menyalahkan dirinya sendiri.Karl menunduk, kedua tangannya kini menggenggam sisi tubuhnya, mencoba menahan gejolak dalam dadanya. Napasnya keluar dalam helaan panjang dan berat, berulang-ulang.Ada badai di matanya, namun ia memilih tetap ber

    Last Updated : 2025-04-23
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Masih Mencari Tahu

    Sementara di parkiran rumah sakit, langit mulai berubah kelabu, seakan ikut memeluk perasaan berat yang menggelayut di dada semua orang.Di antara deru langkah perawat dan derit roda tandu yang sesekali melintas, berdirilah Vincent, tegak namun jelas terlihat gelisah.Punggungnya bersandar lemah pada bodi mobil hitam yang terparkir miring.Matanya kosong menatap jauh, namun pikirannya berkelana—menyusuri kemungkinan demi kemungkinan untuk memecahkan teka-teki yang hampir merenggut nyawa Elena.“Dari mana aku harus mencari bukti kebakaran itu?” gumamnya lirih, nyaris tertelan oleh angin yang berembus pelan.Ia sudah berdiri cukup lama di sana. Sepi yang membungkus parkiran tak mampu menenangkan gejolak dalam benaknya.Tapi kemudian, sebuah ide menyentak pikirannya, membuatnya bergerak cepat. Ia membuka pintu mobil bagian depan, melompat masuk ke balik kemudi.Mesin mobil meraung, dan dengan satu tarikan napas panjang, Vincent membawa kendaraannya meluncur ke lokasi kebakaran.Saat tiba

    Last Updated : 2025-04-23
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Kebiasaan yang Tidak Boleh Ditiru

    Ia duduk di balik meja kerja, mengeluarkan laptop dari dalam tasnya, dan dengan cekatan memasukkan benda kecil itu ke dalam lubang port yang tersembunyi di sisi perangkat.Seolah sudah mengenal setiap sistem dan perangkat ini lebih dari siapa pun, jari-jarinya bergerak cepat, menekan tuts-tuts keyboard dengan irama yang pasti.Layar laptop menyala, lalu perlahan menampilkan rekaman hitam putih.Gambar bergoyang sedikit, namun cukup jelas menampilkan dua sosok pria bertopi yang tampak gugup, berusaha mencongkel pintu belakang restoran dengan alat yang mereka bawa.Mata Vincent membulat, tubuhnya menegang.“Sial...” desisnya pelan. “Mereka pasti tahu jalur masuk yang tidak biasa. Gerakan mereka terlalu percaya diri.”Ia menyipitkan mata, memperbesar gambar, meneliti bentuk tubuh, postur, dan gerak-gerik kedua pria itu. “Aku harus mencari dua pria ini… mungkinkah mereka suruhan Tuan Gio?”Vincent bersandar sesaat, memejamkan mata, mencoba menghubungkan potongan puzzle yang terserak di da

    Last Updated : 2025-04-24
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Masih Ada Urusan

    Tiga pasang mata langsung menoleh ke arah sumber suara. Seorang pria berseragam lengkap dengan lambang kepolisian menyala di dadanya berdiri dengan sikap formal."Saya kekasihnya, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" sahut Karl tanpa ragu, langkahnya maju setengah, memperlihatkan postur tubuhnya yang tegas namun sarat emosi.Petugas itu menoleh, menatap Karl sejenak dengan sorot mata yang memuat banyak hal—beban, dugaan, dan rasa bersalah yang samar. Nada suaranya menjadi lebih rendah, seolah takut mengusik luka yang belum kering."Kami masih mengidentifikasi beberapa barang bukti... sepertinya ini tindak kesengajaan. Hal ini terbukti dengan adanya sidik jari tipis pada tabung gas."Kata-kata itu jatuh seperti palu godam yang menghantam dada. Hening merayap sesaat, hanya suara mesin infus dan langkah perawat di kejauhan yang menjadi latar.Petugas itu menarik napas pelan sebelum pandangannya berpindah, dari Karl lalu pada seorang wanita muda yang berdiri di sisi Federick."Apakah Anda Maia

    Last Updated : 2025-04-24
  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Siuman

    Maia mengangguk, meski dalam hatinya ada gemuruh yang tak bisa diurai. Saat Karl melewati Federick, ia menepuk pundaknya pelan.Sebuah isyarat sederhana—mungkin bentuk ucapan terima kasih, atau hanya sekadar penguat diam-diam. Federick membalas dengan anggukan tenang, ekspresinya tetap tak terbaca.Maia menghela napas panjang. Napas itu berat, seperti menarik lepas beban yang selama ini bersarang di dada. Federick langsung menoleh, kerutan tipis muncul di dahinya."Ada apa?" tanyanya pelan, seolah tak ingin memaksa, tapi juga tak bisa diam.Maia tersenyum tipis, lalu menggeleng. "Tidak. Aku hanya melepaskan beban yang bersemayam saja."Tapi Federick tahu Maia tak pernah berkata setengah hati. Dan dia bukan orang yang akan membiarkan sesuatu tergantung di udara."Katakan saja."Maia menatap sahabatnya, lalu berkata dengan suara yang sedikit bergetar:"Apakah menurutmu hal ini aksi balas dendam Gio pada Elena?"Satu nama. Satu luka lama. Nama yang tak ingin diucapkan, namun terus mengha

    Last Updated : 2025-04-24

Latest chapter

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Tamat

    Tidak ada jawaban, hanya jeritan bahagia Elena yang membuat Maia terkejut. "Kau bahagia sekali, El. Ada apa di sana, kau dalam keadaan baik-baik saja dan sehat 'kan?"Elena langsung berteriak begitu keras hingga suara bahagianya terdengar melebihi jangkauan. Maia dengan cepat menjauhkan ponselnya dari telinga, namun setelah beberapa detik, ia mendekatkannya lagi, penasaran."Terbanglah ke Roma, Mai, jika kau ingin melihat keponakanmu lahir!" jerit Elena dengan kegirangan, suaranya pecah dengan kebahagiaan yang tak terkira.Maia terdiam beberapa saat, tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Tubuhnya melompat kegirangan, seakan disambar petir. “Kau serius, El?” tanyanya, hampir tidak percaya."Heem," jawab Elena singkat namun penuh keyakinan.Di seberang sana, Maia terdiam sejenak, mencerna kata-kata sahabatnya. Takdir ternyata membawa mereka ke titik ini, sebuah kebahagiaan yang tak terduga.Kehidupan yang penuh dengan kejutan, dan kini sahabatnya, yang selama ini selalu ada u

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 134

    Karl berdiri, menahan emosi. “Aku tidak peduli. Lakukan segera apa yang aku inginkan!”Namun suara lembut Elena memecah ketegangan, “Karl... jangan seperti itu dong. Biarkan semua berjalan normal, jangan memaksakan.”Karl menoleh dan menatap Elena yang kini sudah duduk di ranjang, wajahnya tenang, namun matanya penuh harap.Setelah perdebatan panjang dan beberapa pembicaraan tambahan, akhirnya pihak maskapai menyetujui perubahan jadwal dengan syarat tertentu. Karl menyetujui semuanya.Senyum puas mengembang di wajah Elena. Ia segera berdiri dan memeluk suaminya. “Yey, akhirnya bisa ke Roma... Yang baik dan nurut ya, Sayang,” bisiknya sambil mengusap perutnya yang masih rata namun telah membawa kehidupan.Karl membalas pelukannya, kemudian menatap perut Elena dengan perasaan campur aduk. “Perjalanan ini cukup jauh dan melelahkan, Sayang. Apakah tidak berbahaya?”Elena menggeleng dengan senyum penuh keyakinan. “Aku dalam keadaan sehat. Dokter juga bilang ini waktu yang masih aman. Dan k

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 133

    Malam itu, langit dihiasi bintang dan bulan purnama menggantung dengan indah. Halaman belakang rumah Karl disulap menjadi pesta kecil nan hangat. Tema garden wedding mereka tampil sederhana namun elegan.Lampu-lampu gantung memancarkan cahaya kekuningan yang lembut, bunga-bunga mekar di setiap sudut taman, dan aroma hidangan lezat memenuhi udara malam.Karl dan Elena berdiri di tengah-tengah, tangan saling menggenggam, mata saling menatap dalam. Tidak butuh pesta megah, karena cinta mereka telah cukup menjadi pusat perhatian.Di sisi lain, Maia berdiri dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya. Federick mendekat, berdiri di sampingnya. Ia tidak berkata banyak, hanya sesekali memandang Maia dengan sorot mata yang penuh misteri.Di antara tawa, doa, dan janji yang terucap malam itu, cinta Karl dan Elena pun diikat dalam sakralnya komitmen.Tanpa dendam masa lalu, tanpa luka yang menahan—hanya ada harapan, keteguhan, dan perjalanan baru yang segera dimulai.“Kau sangat cantik, El

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 132

    “Sudahlah, kapan kalian melangsungkan pernikahan? Rasanya sudah waktunya, apalagi setelah semua yang kalian lewati.”Elena terdiam sejenak sebelum menjawab dengan suara pelan, “Tunggu semua selesai dan aku sudah boleh pulang.”Maia tersenyum dan mengangguk kecil. Keduanya pun larut dalam percakapan ringan soal rencana pernikahan Elena dan Karl, bercanda tentang tema pesta, gaun pengantin, dan siapa saja yang akan diundang.Namun di balik semua itu, mata Maia masih menyimpan kebingungan atas kata-kata Federick sebelumnya.Sementara itu, di sisi lain kota, Karl dan Federick sudah sampai di kantor kepolisian. Mereka berjalan cepat melewati lorong-lorong panjang dan redup hingga tiba di depan ruang interogasi.Begitu matanya menangkap sosok Gio di balik kaca satu arah, napas Karl langsung berubah berat. Tatapannya menggelap, penuh kebencian. Gio terlihat santai, bahkan nyaris tak menunjukkan penyesalan sedikit pun.Ia menjawab pertanyaan penyidik dengan malas, acuh tak acuh, bahkan seseka

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 131

    “Sejak kapan wanitaku harus menatapmu dengan kelembutan?” balas Karl, nadanya tenang tapi tegas, nada kepemilikan yang tak bisa ditawar.Federick menggaruk kepalanya yang jelas tidak gatal, menghela napas pasrah atas protes Karl. “Bukan begitu maksudku… setidaknya kembalilah ke mode awal, jangan setegang ini. Kau tampak seperti hendak menginterogasiku.”Elena hanya menyeringai. Lalu tanpa memberi sinyal lain, bibirnya bergerak, melontarkan pertanyaan, “Di mana Maia?”Seketika Federick menghembuskan napas panjang, seolah beban di pundaknya sedikit terangkat. Senyuman manis mengembang di wajahnya, “Di hatiku.”Elena hanya melirik sambil mengangkat alis, tidak menanggapi rayuan kecil itu dan langsung masuk pada topik utama.“Apakah kabar yang aku dengar benar bahwa pelaku utama adalah Gio? Lalu bagaimana kabarnya?”Ia menghela napas panjang, lalu lanjut, “Apakah dia sudah tertangkap? Aku ingin dia merasakan dinginnya udara prodeo.”Karl yang duduk di sampingnya menatap Elena penuh kelemb

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 130

    Panggilan pun berakhir. Gio berjalan masuk ke sebuah rumah kayu sederhana yang selama ini dia jadikan tempat persembunyian saat keadaan genting.Rumah itu tampak usang, dengan jendela tua yang berderit dan cat dinding yang mulai mengelupas. Dia masuk dengan langkah berat dan penuh amarah.“Ini semua gara-gara kau, Karl... Kalian harus hancur menggantikan aku!” gerutunya sambil melempar jaket ke lantai.Gio berjalan mondar-mandir, tangannya mengepal, matanya menyala penuh dendam. Kariernya telah hancur, semua aset penting disita, dan perusahaan kebanggaannya kini berada di tangan Karl.Bahkan wanita yang dulu sangat ia inginkan, Elena, kini juga meninggalkannya.“Dasar wanita tidak tahu diuntung. Dulu saat aku berjaya, mendekat seperti ulet keket. Sekarang saat aku terpuruk, kau melesat laksana wurung walet! Sialan! Sungguh sial!”Suara pintu dibanting keras hingga seluruh kusen bergetar. Gio seperti kehilangan kendali. “Elena... harusnya kau masih milikku!”Tiba-tiba, ponselnya berder

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 129

    Keduanya berjalan bersisian menuju area parkir. Angin siang menerpa wajah mereka, namun langkah mereka tak goyah. Saat sampai di depan mobil masing-masing, mereka berhenti.Tatapan mereka bertemu. Tidak ada kata yang langsung keluar. Hanya diam. Tapi bukan diam kosong.“Apakah Tuan Federick kembali ke rumah sakit?” tanya Vincent seraya menoleh singkat ke arah pria yang tengah membuka pintu mobilnya.“Iya, aku harus menjemput Maia. Dia kutinggalkan begitu saja di sana,” jawab Federick, suaranya terdengar sedikit menyesal.“Baiklah jika begitu, aku harus kembali ke perusahaan dan ke restoran baru milik Nona Elena,” jelas Vincent sambil membenahi jasnya yang sempat kusut.“Baik, jika begitu kita berpisah di sini. Selamat jalan, Vincent. Lancar selalu.”“Begitu juga dengan Anda, Tuan,” sahut Vincent, memberikan sedikit anggukan hormat sebelum Federick menutup pintu mobilnya.Federick pun segera melangkah menuju kendaraan pribadinya, membuka pintu, masuk, dan dalam sekejap mobilnya melaju

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Bab 128

    Karl tersenyum hangat. Ia mendekat, mengusap rambut Elena perlahan, lalu menatap matanya dalam-dalam, seakan tak ada lagi siapa pun di ruangan itu selain mereka berdua.“Bersabarlah dulu sebentar, Sayang. Kita selesaikan dulu masalah kebakaran restauran kamu. Satu atau dua bulan ke depan, semua pasti siap. Aku janji.”Elena mengangguk pelan. “Baik.”Mata Karl berbinar, dan ia pun bertanya dengan nada lebih ringan, mencoba mengangkat suasana, “Tema bagaimana yang kau inginkan untuk pernikahan kita nanti?”Elena terdiam beberapa saat, mengalihkan pandangannya dari Karl dan memutar kepala perlahan ke arah Maia yang masih berdiri tidak jauh dari ranjang.Tatapannya serius, mengiris keheningan dengan nada datar namun jelas, “Maia, bagaimana perkembangan kasus restoran kita?”Maia tersentak kecil. Ia tidak menyangka pertanyaan seberat itu akan muncul saat atmosfer sebelumnya masih hangat membahas pernikahan.Ia menggigit bibir bawahnya, mencoba menata jawaban, “Pindahan sudah beres… mengena

  • Terjerat Obsesi CEO Arogan   Anakku Pasti akan Bahagia

    Pagi hari yang cerah menyambut dengan sinar lembut yang menembus celah tirai. Udara kamar inap menjadi lebih hangat, dan aroma makanan menyebar perlahan.Wajah Elena terlihat jauh lebih segar. Pucat memang masih tersisa, tapi ada semburat kehidupan yang kembali ke pipinya. Karl duduk di sampingnya, seperti sejak tadi malam, tak pernah benar-benar meninggalkan.Dengan penuh perhatian, Karl menyuapi Elena yang kini bersandar santai di atas bantal besar. Ia menatap wanita itu seolah Elena adalah harta paling berharga yang tak boleh tergores sedikit pun."Makan yang banyak, kau tahu, makanan ini aku sendiri yang buat!" ucap Karl dengan bangga, mengangkat sendok seperti seorang koki profesional yang baru saja menciptakan mahakarya.Elena mengerjap pelan, mengernyit kecil. "Sejak kapan kau bisa masak, Karl?""Sejak kau terbaring di sini," jawab Karl enteng, tersenyum.Namun Elena menyipitkan matanya, seakan tak mudah percaya."Tapi masakan ini... rasanya seperti dari restoranku. Aku tidak p

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status