Share

18. Rasa yang Mulai Ada

“Butuh sesuatu, Mas?” tanya Aneska sambil memasang senyum semringah.

Di depannya Elvano berdiri dengan tatapan dingin. Masih tampak jelas bekas jejak kesedihan yang menumpuk di mata sebening madu milik istrinya. Namun, merasakan ponselnya terus saja bergetar, pria itu segera berbalik dan memasuki kamarnya untuk menjawab panggilan.

“Iya, Zaya. Ada apa?”

“Mas sudah sampai rumah?”

“Iya, baru saja. Kenapa? Kangenkah? Bukankah baru saja kita bertemu?”

“Ih, Mas Elvan bisa saja. Iya, aku selalu saja kangen sama kamu. Rasanya enggak mau pisah.”

“Sabar, Zaya. Sebentar lagi kita akan bersama selamanya.”

“Bener, ya? Awas saja kalau kamu bohong. Jangan sampai gadis kampungan itu membuatmu melupakan aku.”

“Tentu tidak, Zaya. Cintaku hanya untukmu seorang.”

Mazaya terdengar tergelak di ujung telepon. “Ya, sudah, Mas. Selamat istirahat, have a nice dream.”

Elvano terkekeh sambil menggeleng sebelum memutus panggilan. Lalu, mengempaskan tubuh ke ranjang sambil menatap langit-langit kamarnya.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status