Share

Bab 3 Tanpa Cinta

Setelah kontrak antara Ruby dan sang laki-laki bertudung dibuat, maka Ruby langsung pergi meninggalkan tempat itu dengan bayaran. Setelah tamunya pergi laki-laki bertudung itu langsung melepaskan topeng dan jubah bertudungnya. Setelah kedua benda itu di lepaskan maka terlihatlah sesosok laki-laki muda berambut hitam bermata biru duduk bersandar di kursi memandangi selembar gulungan kertas yang berada ditangannya. Tiba-tiba saja terlintas sebuah kenangan yang buruk tentang mereka berdua.

"Erste, menurutmu apakah aku keterlaluan dalam memperlakukan tunanganku sampai dia nekat seperti itu memutuskan pertunangan dengan dalih telah menikah secara diam-diam?" tanya sosok laki-laki berambut hitam itu memandangi isi dari selembar kertas kontrak yang di buatnya

"Richard, bukankah bagus yang kamu inginkan tercapai akhirnya? Kenapa kamu merasa bersalah?" tanya Erste dengan tatapan kebingungan menatap sosok laki-laki di depannya

Richard sama sekali tidak menjawab dan hanya memandangi semua isi gulungan. Keesokan harinya berita tentang Ruby yang berselingkuh menggemparkan satu kerajaan bahkan sampai ke telinga sang ayah, di pagi itu juga ayahnya masuk ke dalam kamar Ruby dengan amarah sambil menodongkan koran ke hadapan Ruby yang masih setengah sadar. Dengan santainya Ruby mengambil koran itu dan membaca isinya, kemudian menatap wajah sang ayah yang mengerutkan kening menunggu penjelasan dari Ruby.

Akan tetapi pada saat Ruby membuka mulut ingin berbicara, seorang pelayan datang ke kamarnya dengan panik memberikan informasi, kalau seorang laki-laki datang ke mansion mengaku kalau itu adalah suami dari putrinya langsung membuatnya keluar ruangan dengan amarah menghampiri sosok laki-laki yang begitu bernyali. Sedangkan Ruby di dalam hati tertawa dengan bahagia karena dia akan bebas dari pertunangan yang terkutuk itu, tetapi karena dia belum pernah bertemu dengan laki-laki yang mengaku sebagai suaminya Ruby memutuskan untuk keluar dari kamarnya dan melihat suami kontraknya. Sesampainya di ruang tamu, betapa terkejutnya Ruby jika ayahnya sedang tertawa dengan lantang dengan sesosok laki-laki tampan berambut hitam bermata biru minum teh dengan santainya.

"Ruby, kenapa kamu tidak mengatakan sejak awal kalau kamu dan Duke Cereus telah menikah secara diam-diam?"

"Sudah aku duga kalau semua berita di koran itu palsu," ucap sang Duke Middlemist membuat Ruby membelalakkan mata kebingungan terhadap situasi yang terjadi di depannya

"Duke Cereus? Tapi bukankah Duke Cereus menggunakan topeng?" gumam Ruby dengan kebingungan berjalan ke arah kedua orang yang duduk di sofa ruang tamu itu

"Ayah tau kamu pasti tidak ingin menjelaskannya, sudahlah persiapkan barang-barangmu sekarang suamimu itu telah menunggumu sejak tadi," ucap Duke Middlemist dengan tawa bahagia

Ruby yang tidak mengerti dengan situasi hanya bisa diam berpikir tentang apa yang terjadi kepadanya hingga tanpa dia sadari kalau dia sudah berada di dalam kereta kuda. Ruby dan sang Duke Cereus di dalam kereta kuda hanya saling diam. Walaupun keduanya tidak saling berbicara, tetapi di dalam hati keduanya sama-sama kesulitan untuk mencari topik pembicaraan terutama Ruby yang merasa aneh tentang orang yang sangat membenci dirinya tiba-tiba saja menjadi suaminya. Tidak perlu waktu lama kereta kuda itu berhenti di depan sebuah mansion yang besarnya hampir sebesar istana kerajaan dengan seluruh pelayan yang berbaris di kiri kanan menyambut kedatangan mereka.

'Aku pikir para pelayan keluarga Duke sangat sibuk hingga sampai memberikan sambutan saja kepadaku tidak pernah, ternyata hanya aku saja yang tidak di anggap ada,'

'Lihat mereka sekarang berbaris dengan rapi menunduk hormat saat tuannya pulang ke mansion,'

'Bagaimana nanti aku menjalankan kehidupan sebagai seorang Duchess?' ucap Ruby di dalam hatinya sambil bangkit dari kursinya dan turun dari kereta kuda tanpa menggenggam tangan terulur, dari sang suami yang telah turun dan menggunakan topeng untuk membantunya turun dari kereta kuda

Sikap dingin dan mandiri yang di tunjukkan oleh Ruby adalah hal biasa dia lakukan sendiri tanpa tunangannya, yang kini telah menjadi suaminya. Semua pelayan yang melihat sikap dingin yang terjadi hanya diam tidak berkomentar. Richard dan Ruby berjalan ke aula mansion di ikuti dengan para pelayan yang membawa koper-koper yang berisi barang bawaan milik Ruby.

"Ruby, sekarang ini adalah tempat tinggalmu dan kamu adalah Duchess Cereus jadi panggil aku dengan nama juga,"

"Kamu juga bebas melakukan apapun yang kamu inginkan, tetapi sebelum itu aku ingin membicarakan sesuatu berdua tentang kita," ucap Richard dengan dingin sambil memberikan isyarat untuk mengikutinya ke ruangan kerjanya

Ruby yang melihat gerakan tangan isyarat itu hanya mengikuti dari belakang punggung lebar sosok laki-laki di depannya. Ruby hanya diam menunduk mengikuti langkah kaki dari Richard sampai Ruby menabrak punggung lebar Richard, karena berhenti mendadak. Richard yang merasakan kalau Ruby menabrak punggungnya langsung menoleh dan menunduk menatap wajah Ruby yang mungkin saja terluka.

"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Richard dengan tatapan yang terlihat mengkhawatirkan membuat Ruby melebarkan mata terkejut melihat wajah yang terlihat lembut

Ruby ingat terakhir kali dia berkunjung ke tempat ini di depan pintu besar di depannya. Sebuah teriakan lantang yang membekas di ingatan Ruby pada saat dia berkunjung hanya karena pikiran buruknya kepada seorang perempuan yang datang ke mansion.

"Tidak perlu khawatirkan aku, ikuti saja yang tertulis di dalam kontrak tanpa cinta dan selama satu tahun,"

"Aku yakin kamu tau itu bukan?" ucap Ruby dengan menatap lurus wajah dibalik topeng Richard walaupun dia tidak tau ekspresi apa yang di tunjukkan di wajah balik topeng itu

'Toh, dia tidak akan benar-benar peduli juga kepadaku,'

'Walaupun rasanya aneh jika aku mencari laki-laki lain untuk di jadikan suami yang ternyata adalah Duke itu sendiri,' ucap Ruby di dalam hatinya dengan senyuman pahit mengikuti langkah kaki Richard yang masuk ke dalam ruangan tanpa menjawab ucapan darinya

'Apakah dia begitu tenang dan dingin karena teriakan dariku terakhir kali? Berubah secara tiba-tiba entah kenapa membuat hatiku tersayat melihatnya,' ucap Richard di dalam hati memandangi Ruby yang mengikuti dirinya dengan begitu pendiam

Ruby dan Richard duduk diam di sofa saling berhadapan, keduanya saling memandang melihat siapa yang akan memulai pembicaraan lebih dulu. Tetapi jelas Ruby tidak akan memulai pembicaraan lagi dia hanya akan mengomel di dalam batinnya, karena cukup makan hati dirinya terakhir kali berbicara di jawab dengan teriakan oleh Richard.

"Ruby, pertama-tama aku ingin minta maaf karena berteriak kepadamu dan mengatakan hal buruk kepadamu," ucap Richard dengan nada yang dingin seperti dia merasa tidak bersalah

Ruby melihat mata itu tentu saja kesal, tetapi di dalam novel telah tertulis jika Richard hanya memiliki sifat dingin, kejam dan marah. Itu semua karena masa kecil Richard yang tidak pernah menerima kasih sayang dan cinta, dari kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya selalu meminta dia untuk bersikap dingin dan tidak punya hati, karena dia adalah seorang pewaris keluarga Duke.

"Tidak apa-apa, aku sudah melupakannya dan yang terpenting saat ini pernikahan ini tanpa cinta, bukan?"

"Karena kamu yang mengatakan kalau kamu tidak menginginkannya,"

'Kenapa hatiku sakit jika aku yang mengatakan itu?'

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status