Share

Bab 4 Suara Menara Jam

Suasana di dalam ruangan tiba-tiba saja menjadi sunyi hanya karena sebuah pertanyaan yang di ajukan. Ruby merasa aneh dengan Richard, karena Richard seharusnya langsung menjawab pertanyaannya tanpa berpikir dua kali jika dia benar-benar setuju dengan yang dia ucapkan. Tetapi, itu terlihat sekali kalau Richard masih terlihat bimbang dengan yang harus dia lakukan di sisi lain dia terlihat tidak ingin melepaskan Ruby dan di sisi lain di dalam hatinya, dia yang tidak memiliki perasaan cinta mempertanyakan untuk apa mengikat orang lain di sisinya.

"Ruby, istirahatlah di kamarmu,"

"Kamu pasti kelelahan saat ini dan juga kamu pasti masih perlu memulihkan diri akibat dari racun," ucap Richard dengan dingin sambil bangkit dari kursinya dan membalikkan badan memutuskan untuk tidak menjawab pertanyaan yang di tanyakan

Ruby sama sekali tidak mengerti hati ataupun pikiran dari Richard membuatnya hanya bisa menghela nafas dan keluar dari ruangan kerja itu meninggalkan Richard sendirian di dalam ruangan. Ruby yang telah keluar melewati pintu besar itu merasa jika pembicaraannya dengan Richard sama sekali tidak jelas, karena hanya membicarakan tentang masalah cinta dan kontrak.

'Jadi, sebenarnya kamu ini menginginkan apa? Kamu mengatakan cinta kita hanya di atas kertas dan ketika saat ini aku mengatakan hal itu kamu melihatku dengan tatapan tidak setuju dengan pendapatku,'

'Aku hanya bisa berharap rumah tangga kita ini berakhir dengan baik tanpa harus aku yang mati nantinya,' ucap Ruby di dalam hatinya sambil menggenggam erat gaunnya dengan kening yang berkerut tertunduk

"Nyonya Duke, saya adalah Fiona pelayan pribadi nona mulai sekarang,"

"Saya akan memandu Anda ke kamar," ucap sang pelayan yang membungkuk sembilan puluh derajat dengan gemetaran ketakutan

Ruby yang melihat pelayan itu gemetaran ketakutan di depannya memutuskan untuk langsung berjalan tidak banyak berbicara di susul oleh langkah pelayan yang ketakutan ke depan pintu besar. Ruby mendorong pintu besar di depannya langsung tercengang dengan isi di dalam ruangan itu, sebuah ruangan ukuran dua kali lebih besar dari kamar miliknya dengan ornamen mewah membuat Ruby cukup tercengang, karena ruangan tersebut di siapkan dengan sangat baik. Ruby memberikan isyarat tangan kepada pelayan itu untuk meninggalkan dia sendirian di dalam kamar itu setelah memberikan hormat kepada Ruby. Ruby yang di tinggalkan sendirian di dalam ruangan langsung melompat ke tempat tidur dan berguling-guling.

"Akhirnya aku bisa istirahat sendirian,"

"Sekarang aku harus berpikir bagaimana caranya pernikahan kontrak ini hancur sebelum pemeran utama tinggal di mansion ini, karena itu akan menjadi kematianku pada akhirnya," gumam Ruby yang menatap langit-langit kamar dengan ukiran yang indah dengan tatapan yang pahit

Tidak membutuhkan waktu yang lama Ruby tertidur hingga melewati waktu makan malam bersama di ruang makan. Richard yang melihat istrinya tidak berada di ruang makan langsung memutuskan untuk pergi ke kamarnya dan berbicara empat mata bersamanya. Tetapi, betapa terkejutnya Richard ketika menemukan Ruby tertidur begitu nyenyak seperti kelinci kecil.

"Ruby, jika di masa depan kamu pergi dariku,"

"Aku mungkin akan mengurungmu di tempat ini, karena walaupun aku tidak bisa mengerti kasih sayang dan cinta, tetapi aku tidak pernah menginginkan kamu pergi meninggalkan aku,"

"Karena, tidak ada satu pun milikku pergi jika bukan aku yang bosan," ucap Richard dengan tatapan dingin duduk di tempat tidur sambil mengelus-elus kepala Ruby yang tertidur

"Teng... Teng... Teng..."

Terdengar suara menara jam yang membuat Ruby kebingungan, sebab dia kini tiba-tiba berada di aula mansion Cereus padahal dia tadinya hanya berbaring di atas tempat tidur. Di depannya terlihat sebuah pesta besar dan mewah di hadiri oleh banyak bangsawan dan orang penting dari berbagai benua, yang semua pandangannya tertuju kepada tiga sosok yang tidak asing di tengah aula. Ruby tidak bisa melihat jelas wajah ketiga orang itu, tetapi dia merasa tidak asing dengan ketiga orang itu memutuskan untuk melangkah sedikit lebih dekat.

"Jelaskan kenapa kamu meracuni Lily? Apakah kamu ingin mendapatkan perhatianku dengan cara seperti ini? Apakah kamu tidak puas dengan semua kekayaan dan kenyamanan untuk dirimu sampai kamu ingin membunuh orang lain?" teriak seorang laki-laki dengan amarah yang tidak lagi terbendung ke arah seorang gadis berambut hitam yang menggenggam tangannya dengan erat hingga darah mengalir dari tangannya

Ruby melihat tidak seorangpun dari orang-orang yang menonton pembicaraan itu ingin ikut campur dalam pertengkaran itu, mereka malah sangat menikmatinya seolah-olah itu adalah pertunjukkan yang layak menjadi hiburan. Ruby yang merasa tidak sanggup melihat itu berjalan mendekat ke arah itu, tetapi tiba-tiba langkahnya terhenti ketika gadis berambut hitam itu berbicara.

"Apakah aku selalu seperti itu di matamu? Aku mencintaimu,"

"Sangat-sangat mencintai dirimu, bagaimana mungkin aku memperlakukan tamu seperti itu? Kita telah menikah dan aku percaya dengan pernikahan kita yang telah di bangun,"

"Apakah kamu sangat meragukan aku?" teriak gadis berambut hitam itu dengan suara yang tidak kalah lantang dari laki-laki di depannya

"Teng... Teng... Teng..."

Tiba-tiba terdengar lagi suara menara jam, ruangan di sekitar Ruby kini berubah menjadi sebuah alun-alun kota yang di penuhi oleh orang-orang yang berkumpul. Terlihat di tengah ramainya orang-orang yang berkumpul terdengar suara rantai, diikuti oleh lemparan batu dan teriakan makian yang sangat kasar membuat Ruby merasa hatinya tersayat mendengarkan itu. Ruby yang penasaran dengan sosok yang di teriakan langsung menyalip di antara kerumunan yang ramai untuk melihatnya. Terlihat di depannya ada sesosok gadis yang menggunakan pakaian compang-camping dengan kaki dan tangan yang di rantai berjalan, sambil di cambuk oleh seseorang yang berada di belakangnya dengan sadis tanpa ampun.

"Matilah dasar perempuan jahat,"

"Jangan hanya karena kamu merasa hebat, kamu tidak akan di hukum mati,"

"Seorang wanita jalang seperti dirimu memang layak mendapatkan kematian,"

Ruby yang mendengarkan ucapan yang di lontarkan oleh orang-orang di sekitarnya membuatnya merasakan sakit, padahal sudah jelas bukan dirinya yang di maki ataupun di lempar. Ruby juga tidak dapat dengan jelas melihat wajah dari orang-orang yang ada di sana, tetapi semuanya membuatnya merasa tidak asing. Ruby melihat semua yang terjadi di depannya sampai kepala dari gadis yang di rantai itu akhirnya putus dengan sebuah alat guillotine, anehnya membuat semua orang di sekitarnya bersorak gembira melihat kejadian berdarah itu.

Teng... Teng... Teng...

Tiba-tiba sebuah adegan kini berganti ke sebuah kamar gelap yang penuh dengan alkohol berserakan di sekitarnya. Di sana terlihat sesosok laki-laki yang duduk minum-minum dengan sedih dan penuh penyesalan. Ruby mendengarkan kalau laki-laki itu berbicara sesuatu, tetapi tidak terdengar dengan jelas sampai dia mendekat dan mendengarkan sebuah kata yang membuatnya membelalakkan mata.

"Hahaha..."

"Kamu akhirnya mati, tetapi kenapa aku merasa kesepian? Dan jelas aku sudah menikah tiga kali kini,"

"Bisakah waktu di putar sekali lagi untuk menyelamatkan pernikahan kita yang aku buat dengan egoisnya?"

'Siapa yang dia bicarakan? Dan pernikahan dengan siapa yang dia maksud?'

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status