Ivander menyeringai, dia menatap wajah polos Lysia dan akhirnya pikirannya langsung berkelana. Melihat wajahnya yang cantik, lengkungan alis yang sempurna dan bibir tipis itu membuat hasratnya sebagai seorang pria langsung saja berkelana. Bahkan saat ini bahu dan dada Lysia masih terekspos dan membuat aliran darahnya berdesir hebat. Sekarang, wanita di hadapannya ini tidak bisa untuk mengelak lagi, dia harus menerima tawaran itu mau tidak mau. Lysia pun mengelap sudut matanya yang mengeluarkan air mata. Mendongak dan akhirnya memutuskan untuk. "Aku akan menikah denganmu," terang Lysia dan berhasil membuat Ivander merasa angkuh. "Cih, rupanya kau sekarang ingin menikah denganku. Bukannya kau yang selalu menolaknya selama ini? Bahkan sampai rela menjadi–" terang Ivan"Sudah cukup hentikan!" Lysia kembali menumpahkan air matanya, demi apa dia sampai rela menikah dengan Ivander. Dengan semua pertimbangan dan pemikiran yang ada di dalam otaknya. Akhirnya inilah keputusan terakhir Lysia.
Ivan tersenyum lembut, "Cecilia, untuk apa kamu mengatakan itu? Ini hidupku? Kamu itu hanya pemuas hasratku saja," tekan Ivander. Cecilia mengerucutkan bibirnya, "Ya, tapi setelah kau menikah maka kau akan lupa padaku. Aku tidak ingin hal itu terjadi," terang Cecilia. Cecilia adalah wanita yang sangat mendambakan cinta Ivander, dia sangat menginginkan Ivander agar bisa berada dalam genggamannya. Sayangnya setelah dia memberikan apa yang Ivander mau, masih belum bisa membuat pria tangguh itu dimiliki olehnya. Bahkan walaupun sering bergumul panas, rupanya Ivander masih tidak bisa untuk menerima dia. Sekarang pria itu malah memutuskan untuk menikah dengan wanita yang entah siapa. Sungguh Cecilia kecewa, tapi tidak bisa berbuat banyak. Karena memang dia tahu sendiri bahwa Ivander tidak bisa di tentang."Aku suka kepadamu karena kau tidak banyak menuntut. Namun, ada apa ini? Bukankah dari awal kita tidak mempunyai hubungan istimewa? Hubungan kita itu hanya sebatas teman yang saling meng
Lysia melirik wajah Ivander. Tidak sengaja dia pun akhirnya bersitatap dengan mata hazel milik pria tangguh di depannya ini. Pesona Ivander memanglah tidak main-main. Dia terlihat mempesona dengan rahang tegas dan hidung mancungnya. Tatapan yang membius, bahkan bisa membuat Lysia betah menatap wajah pria yang dibencinya. Lysia pun tersadar dan langsung saja memunggungi Ivander. Tidak berniat untuk menjawab, bahkan hendak pergi dari kamarnya kini. Namun, secara mendadak Ivander langsung saja meraih tangannya dan mencekalnya dengan erat."Kau berani menghindar?" kesal Ivander, posisi mereka kini saling menatap dengan tatapan yang sama-sama tajam. "Kau tidak perlu memintaku bersikap baik. Aku pasti akan menghormati orang yang lebih tua dariku." Ivander pun mendorong pelan tubuh Lysia hingga Lysia mundur beberapa langkah. "Baiklah … besok adalah hari pernikahan kita! Jadi, persiapkan dirimu." Setelah mengatakan itu, Ivander pun langsung saja pergi meninggalkan Lysia. Lysia menghela
Ivander menanyakan tentang perasaan Lysia? Mimpi apa Lysia sampai-sampai pria kejam ini perhatian padanya? Ataukah dia yang salah dengar? "Maksudnya?" tanya Lysia, tidak mengerti.Ivander berdecak, tatapannya lurus ke depan. Namun, dia sesekali mencuri pandang ke samping dan melirik Lysia yang terlihat kesal. "Apakah kau marah?" tanya Ivander dengan nada serius yang mengintimidasi. Lysia menggerutu dalam hati, 'masih bertanya aku marah? Aku marah untuk semua yang kau lakukan.'"Katakanlah, jangan mengutukku dalam hatimu," sahut Ivander tersenyum kecut. Lysia tersentak, lalu dia kembali membuang muka ke arah samping. "Untuk apa aku marah. Ini–"Cekittt …. Tiba-tiba saja mobil Ivander mengerem mendadak dan membuat Lysia terjedot depan mobil. "Ist, ada apa ini?" tanya Lysia tidak mengerti. "Tidak ada," jawab Ivander. Kondisi kembali hening, lalu Ivander pun kembali melajukan mobilnya. Setelah beberapa saat akhirnya mereka berdua sampai di pemakaman. Lysia pun langsung saja menu
Waktu sudah berjalan. Semalaman Lysia bahkan sulit untuk tidur gara-gara kepikiran dengan pernikahan dia. Kring … kring …. Alarm berdering membuyarkan lamunan Lysia yang sedang bengong di atas ranjang. "Hufth … siapa yang pasang alarm?" gumam Lysia melihat jam weker di atas nakas. Lysia pun langsung meraihnya dan mematikannya. Lysia berpikir, mungkin Ivander yang tidak ingin dia bangun terlambat karena akan siap-siap. "Pria itu sampai seantusias ini?" gerutu Lysia, kembali menyimpan jam weker itu di tempatnya. Waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi, Lysia pun langsung saja melangkah ke arah kamar mandi. "Oh Tuhan … lingkar mataku hitam," gumam Lysia saat tidak sengaja melewati cermin. Bukan karena ingin terlihat cantik hari ini, sehingga Lysia panik dengan lingkar matanya. Namun, Lysia ingat apa yang dikatakan Ivander semalam, "kalau kau sampai tidak tidur dan membuat matamu bengkak. Berarti kau sangat antusias dengan pernikahan ini."Lysia langsung membasuh wajahnya, dia tida
Cecilia menatap Lysia dengan hina, merasa dirinya yang paling layak untuk Ivander. Dia pun enggan melepaskan tangannya yang sedang mencekal erat tangan Ivander. "Honey, aku ada hadiah pernikahan untukmu," jelas Cecilia dengan genit. Dia menyodorkan sebuah hadiah kecil yang sudah disimpan di dalam tas sebelumnya.Ivander tersenyum, "terima kasih, Cecilia."Lysia menatap hadiah itu, dia tidak peduli dan hanya bisa berdiam diri. Pernikahan ini akan indah jika Lysia menikahi pria yang dia suka. Sayangnya itu semua tidak terjadi dan yang paling Lysia cemaskan adalah saat malam pengantin. Ivander langsung saja turun dari pelaminan bersama dengan Cecilia. Dia meninggalkan Lysia sendiri di kursi pengantin. Ivander menemui orang tuanya yang sedang menikmati acara dan berbicara dengan tamu penting. "Selamat Tuan Ivander Dxel," ucap salah satu tamu yang juga berpengaruh di kota Larkspur. Ivander tersenyum dan menjabat tangan Pak Gustoni Chord.Tatapan Kylie tidak suka, dia melihat Cecilia
Sementara itu telah terjadi pergulatan panas di kamar 166. Ivander dan Cecilia melakukannya dengan ga!rah yang membara. Entah mengapa pikiran Ivander kacau dan tentu saja tidak bisa menolak ajakan Cecilia. Padahal dia sudah bertekad untuk menaklukan Lysia malam ini. "Kau seksi!" puji Ivander di sela-sela melakukan perkumpulan panasnya. Cecilia tersenyum, dia sudah berniat untuk membuat Ivander bersama dengannya malam ini. Bahkan rela bersembunyi demi bisa berada di hotel grand Glxy disaat para penjaga menelusuri semua wilayah. Ivander sampai rela membooking semua wilayah hotel untuk bermalam bersama dengan Lysia dengan alasan kuat. Dia ingin melakukannya tanpa ada gangguan dan tentunya dengan penjagaan ketat di setiap wilayah. Orang penting seperti dia tentunya sangat diincar oleh musuh, jadi karena hotel ini begitu megah serta sudah diantisipasi oleh para penjaganya saat pernikahan tadi. Jadi, sekalian Ivander sewa untuk malam pertama dia. Bahkan bukan hal yang mustahil jika Ivand
Lysia menatap tajam Ivander, "percaya diri sekali kau? Bahkan aku sangat membencimu. Bagaimana bisa aku bermain hati?" balas Lysia sengit. Ivander geram, tubuhnya yang sispek dan sempurna itu langsung memanas. Dia tidak percaya jika ketampanannya yang begitu menawan, sampai tidak bisa menjerat hati wanita yang sudah menjadi istrinya kini. "Apakah kau serius dengan ucapanmu itu?" tanya Ivander dengan seringai menakutkan. "Tentu saja! Aku tidak mungkin mencintaimu. Mungkin saja kau yang akan jatuh hati padaku," kata Lysia menantang. Ivander mendengus, "Andai kau tahu bagaimana sikap para gadis jika melihat diriku, dengan usiaku yang sudah matang dan jabatanku yang bukan main-main. Semua pasti langsung jatuh cinta padaku." Lysia berdecih, "itu adalah para wanita genit yang tidak tahu bagaimana buruknya seorang Ivander yang mereka impikan itu! Andai dia tahu bagaimana seorang Ivander yang berbahaya ini melakukan aksi gilanya. Maka tidak akan ada wanita yang mau denganmu!" Ivander m