Lysia melirik wajah Ivander. Tidak sengaja dia pun akhirnya bersitatap dengan mata hazel milik pria tangguh di depannya ini. Pesona Ivander memanglah tidak main-main. Dia terlihat mempesona dengan rahang tegas dan hidung mancungnya. Tatapan yang membius, bahkan bisa membuat Lysia betah menatap wajah pria yang dibencinya. Lysia pun tersadar dan langsung saja memunggungi Ivander. Tidak berniat untuk menjawab, bahkan hendak pergi dari kamarnya kini. Namun, secara mendadak Ivander langsung saja meraih tangannya dan mencekalnya dengan erat."Kau berani menghindar?" kesal Ivander, posisi mereka kini saling menatap dengan tatapan yang sama-sama tajam. "Kau tidak perlu memintaku bersikap baik. Aku pasti akan menghormati orang yang lebih tua dariku." Ivander pun mendorong pelan tubuh Lysia hingga Lysia mundur beberapa langkah. "Baiklah … besok adalah hari pernikahan kita! Jadi, persiapkan dirimu." Setelah mengatakan itu, Ivander pun langsung saja pergi meninggalkan Lysia. Lysia menghela
Ivander menanyakan tentang perasaan Lysia? Mimpi apa Lysia sampai-sampai pria kejam ini perhatian padanya? Ataukah dia yang salah dengar? "Maksudnya?" tanya Lysia, tidak mengerti.Ivander berdecak, tatapannya lurus ke depan. Namun, dia sesekali mencuri pandang ke samping dan melirik Lysia yang terlihat kesal. "Apakah kau marah?" tanya Ivander dengan nada serius yang mengintimidasi. Lysia menggerutu dalam hati, 'masih bertanya aku marah? Aku marah untuk semua yang kau lakukan.'"Katakanlah, jangan mengutukku dalam hatimu," sahut Ivander tersenyum kecut. Lysia tersentak, lalu dia kembali membuang muka ke arah samping. "Untuk apa aku marah. Ini–"Cekittt …. Tiba-tiba saja mobil Ivander mengerem mendadak dan membuat Lysia terjedot depan mobil. "Ist, ada apa ini?" tanya Lysia tidak mengerti. "Tidak ada," jawab Ivander. Kondisi kembali hening, lalu Ivander pun kembali melajukan mobilnya. Setelah beberapa saat akhirnya mereka berdua sampai di pemakaman. Lysia pun langsung saja menu
Waktu sudah berjalan. Semalaman Lysia bahkan sulit untuk tidur gara-gara kepikiran dengan pernikahan dia. Kring … kring …. Alarm berdering membuyarkan lamunan Lysia yang sedang bengong di atas ranjang. "Hufth … siapa yang pasang alarm?" gumam Lysia melihat jam weker di atas nakas. Lysia pun langsung meraihnya dan mematikannya. Lysia berpikir, mungkin Ivander yang tidak ingin dia bangun terlambat karena akan siap-siap. "Pria itu sampai seantusias ini?" gerutu Lysia, kembali menyimpan jam weker itu di tempatnya. Waktu sudah menunjukkan pukul lima pagi, Lysia pun langsung saja melangkah ke arah kamar mandi. "Oh Tuhan … lingkar mataku hitam," gumam Lysia saat tidak sengaja melewati cermin. Bukan karena ingin terlihat cantik hari ini, sehingga Lysia panik dengan lingkar matanya. Namun, Lysia ingat apa yang dikatakan Ivander semalam, "kalau kau sampai tidak tidur dan membuat matamu bengkak. Berarti kau sangat antusias dengan pernikahan ini."Lysia langsung membasuh wajahnya, dia tida
Cecilia menatap Lysia dengan hina, merasa dirinya yang paling layak untuk Ivander. Dia pun enggan melepaskan tangannya yang sedang mencekal erat tangan Ivander. "Honey, aku ada hadiah pernikahan untukmu," jelas Cecilia dengan genit. Dia menyodorkan sebuah hadiah kecil yang sudah disimpan di dalam tas sebelumnya.Ivander tersenyum, "terima kasih, Cecilia."Lysia menatap hadiah itu, dia tidak peduli dan hanya bisa berdiam diri. Pernikahan ini akan indah jika Lysia menikahi pria yang dia suka. Sayangnya itu semua tidak terjadi dan yang paling Lysia cemaskan adalah saat malam pengantin. Ivander langsung saja turun dari pelaminan bersama dengan Cecilia. Dia meninggalkan Lysia sendiri di kursi pengantin. Ivander menemui orang tuanya yang sedang menikmati acara dan berbicara dengan tamu penting. "Selamat Tuan Ivander Dxel," ucap salah satu tamu yang juga berpengaruh di kota Larkspur. Ivander tersenyum dan menjabat tangan Pak Gustoni Chord.Tatapan Kylie tidak suka, dia melihat Cecilia
Sementara itu telah terjadi pergulatan panas di kamar 166. Ivander dan Cecilia melakukannya dengan ga!rah yang membara. Entah mengapa pikiran Ivander kacau dan tentu saja tidak bisa menolak ajakan Cecilia. Padahal dia sudah bertekad untuk menaklukan Lysia malam ini. "Kau seksi!" puji Ivander di sela-sela melakukan perkumpulan panasnya. Cecilia tersenyum, dia sudah berniat untuk membuat Ivander bersama dengannya malam ini. Bahkan rela bersembunyi demi bisa berada di hotel grand Glxy disaat para penjaga menelusuri semua wilayah. Ivander sampai rela membooking semua wilayah hotel untuk bermalam bersama dengan Lysia dengan alasan kuat. Dia ingin melakukannya tanpa ada gangguan dan tentunya dengan penjagaan ketat di setiap wilayah. Orang penting seperti dia tentunya sangat diincar oleh musuh, jadi karena hotel ini begitu megah serta sudah diantisipasi oleh para penjaganya saat pernikahan tadi. Jadi, sekalian Ivander sewa untuk malam pertama dia. Bahkan bukan hal yang mustahil jika Ivand
Lysia menatap tajam Ivander, "percaya diri sekali kau? Bahkan aku sangat membencimu. Bagaimana bisa aku bermain hati?" balas Lysia sengit. Ivander geram, tubuhnya yang sispek dan sempurna itu langsung memanas. Dia tidak percaya jika ketampanannya yang begitu menawan, sampai tidak bisa menjerat hati wanita yang sudah menjadi istrinya kini. "Apakah kau serius dengan ucapanmu itu?" tanya Ivander dengan seringai menakutkan. "Tentu saja! Aku tidak mungkin mencintaimu. Mungkin saja kau yang akan jatuh hati padaku," kata Lysia menantang. Ivander mendengus, "Andai kau tahu bagaimana sikap para gadis jika melihat diriku, dengan usiaku yang sudah matang dan jabatanku yang bukan main-main. Semua pasti langsung jatuh cinta padaku." Lysia berdecih, "itu adalah para wanita genit yang tidak tahu bagaimana buruknya seorang Ivander yang mereka impikan itu! Andai dia tahu bagaimana seorang Ivander yang berbahaya ini melakukan aksi gilanya. Maka tidak akan ada wanita yang mau denganmu!" Ivander m
Cecilia begitu berseri-seri pagi ini. Dia mengenakan dress selutut dengan motif floral untuk menemani Ivander meeting sebentar lagi. Dia begitu bahagia karena bisa merenggut malam pengantin Felysia Kirania, juga begitu bahagia karena akan menemani Ivander menuju perusahaan. "Aku memang cantik, juga menarik. Tidak akan ada orang yang bisa menandingi ku," gumam Cecilia dengan senyuman indah di bibirnya.Lalu, dia pun melangkah dengan cantik menuju ke arah kamar Ivander di sebelahnya. Cecilia sudah berada di depan pintu, lalu dia pun mendorong pintu tersebut sehingga mulai terbuka. Mata Cecilia membulat tajam, dia tidak mengerti dengan apa yang sudah dia lihat. Permainan itu membuat hatinya mulai terluka, Cecilia langsung saja kembali menutup pintu dengan pelan agar Ivander yang ada di dalam sana tidak menyadari keberadaannya. "Sial! Apa yang sudah terjadi? Kenapa bisa mereka sampai melakukan itu?" Cecilia begitu geram, dia menggerutu dan merasa kesal. Tidak pernah terbayangkan olehn
Ivander sampai di hotel grand Glxy. Dia terburu-buru langsung saja turun dari sana dan melangkah dengan cepat. Memang hari ini masih masuk ke masa inapnya dan hotel grand Glxy belum dibuka kembali. Sehingga Ivander pun bisa masuk tanpa melihat banyak orang tamu. Ivander langsung saja pergi ke dalam kamar pengantinnya. Kamar itu masih terlihat berantakan seperti saat dia meninggalkannya. "Lysia!" teriak Ivander mulai melangkah memasuki kamar. Netranya menelisik setiap sudut ruangan, bahkan akhirnya pandangan berhenti kepada sprei yang terlihat begitu kotor dengan noda merah yang sudah mulai mengering. Ivander langsung saja berteriak-teriak untuk memanggil nama Lysia. Dia pun langsung melangkah ke arah kamar mandi yang pintunya masih tertutup dengan rapi. Ivander begitu terkejut karena rupanya pintu kamar mandi terkunci dari dalam. "Lysia? Apakah kau berada di dalam?" teriak Ivander mulai menggedor-gedor pintu menggunakan tangannya. Ivander yang terus rusuh dan berteriak, tapi tid