Home / Rumah Tangga / Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta / Bab 5. Perdebatan Di Tempat Tidur

Share

Bab 5. Perdebatan Di Tempat Tidur

Author: Diary94
last update Last Updated: 2024-04-19 11:16:08

“Kamu sedang apa di tangga?” 

Pertanyaan itu keluar dari mulut Catherine saat Sylvia berbalik untuk pergi ke kamarnya. Sylvia berbalik badan lagi dan mengulaskan senyum kaku. Dengan gugup, Sylvia berusaha menjawab pertanyaan ibu mertuanya.

“I-itu, Bu… A-aku mau ambil air minum di dapur.” 

Sylvia meneguk air liurnya ketika Catherine tidak menjawab. Pasalnya, di lantai atas juga ada dispenser air. Mungkin saja Catherine curiga.

‘Apakah aku ketahuan?’ pikirnya.

“Kalau air dispensernya habis, kamu suruh pelayan untuk mengisinya.” Ibu mertuanya berucap sambil menepuk pundaknya Sylvia, lalu menaiki anak tangga.

Sylvia hanya bisa tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Iya, Bu.” 

Saat melihat ibu mertuanya sudah menjauh, Sylvia langsung menghela napasnya. Ia pun memutuskan kembali ke kamarnya Edgar dengan cepat.

Ceklek! 

Sylvia bersandar di pintu. “Kira-kira Edgar pergi ke mana ya?”

Meskipun Edgar sangat menyebalkan baginya, Sylvia sedikit merasa khawatir. Pria itu bukan pria jahat, hanya omongannya saja yang pedas. Apalagi, itu pertama kalinya Sylvia melihat pria itu marah-marah.

“Sebaiknya aku telepon dia,” ucap Sylvia, lalu teringat sesuatu. “Astaga… aku kan gak punya nomor teleponnya.”

Sylvia melempar ponselnya ke kasur, dan tidak mau peduli lagi. Lebih baik ia beristirahat sekarang, daripada memikirkan anak manja yang baru saja bertengkar dengan ibunya.

‘Udahlah, dia juga udah besar. Nanti juga bisa pulang sendiri,’ pikir Sylvia sebelum memejamkan mata.

Malam semakin larut. Entah sudah jam berapa, tapi Sylvia bisa mendengar bunyi pintu kamar dibuka. Tak lama kemudian, ia merasakan seseorang yang naik ke kasur. Ia memang mudah sekali terbangun jika tidur. Gerakan sedikit saja sudah bisa membangunkannya.

Sylvia membuka mata dan langsung berbalik badan. Di sisi kasur satunya, ia sudah melihat punggung lebar seorang pria. Tanpa banyak bicara, Edgar ternyata sudah pulang dan tidur membelakanginya.

“Edgar?” panggil Sylvia sambil setengah duduk di kasur.

Tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya Edgar. ‘Mungkin udah tidur.’ pikir Sylvia.

Saat Sylvia ingin kembali tidur, Edgar menjawab. “Kenapa?”

“Aku kira kamu udah tidur,” kata Sylvia dengan posisi sama. Namun, Edgar kembali hanya diam seribu bahasa, membuat Sylvia bertanya lagi, “Kamu dari mana?”

“Kamu ingat perjanjian kita?”

Sylvia berdecak sambil memutar bola matanya. Ia tidak bodoh, tentu saja masih mengingat kalau mereka tidak boleh saling ikut campur. Namun, apa salahnya dengan sedikit menunjukkan simpatinya, sih? 

Malas berdebat, akhirnya Sylvia hanya bisa menghela napas. 

“Ya udah terserah.” 

Sylvia menarik selimutnya dan berbalik badan, ingin kembali tidur. Suara napas Edgar terdengar teratur di belakangnya, tapi itu justru membuat Sylvia semakin penasaran.

‘Kok, dia bisa setenang itu abis berantem sama Ibu, ya?’

“Kenapa kamu bertengkar sama Ibu?”

Tiba-tiba, Edgar berbalik badan. “Dari mana kamu tau?”

Sylvia menutup mulutnya sendiri karena tanpa sadar mengucapkan isi kepalanya. Ia panik. Ia lupa kalau tadi dirinya diam-diam mengintip pertengkaran tersebut. 

Ia bisa merasakan tatapan marah Edgar di belakang punggungnya. Pria itu pasti sudah duduk sambil menunggu penjelasan darinya.

“S-suaramu keras banget sih!” Sylvia berteriak sambil ikut duduk di kasur, sekarang mereka duduk berhadapan.

Edgar masih menatap tajam Sylvia. “Walaupun suaraku keras, apa kamu diizinkan untuk mendengarnya?”

Sylvia tanpa sadar menelan air liurnya. Pria itu berbeda dengan Edgar yang ia tahu beberapa saat ini. Edgar dalam mode serius terlihat sangat menakutkan.

“A-aku punya telinga!” balas Sylvia. “Aku yakin, kamu yang buat Ibu marah, kan? Ibu gak pernah semarah itu sebelumnya.”

Edgar mendengus. “Tau apa kamu?”

“Apa itu ada hubungannya dengan kamu memintaku membantu untuk dapatkan investor dan koneksi?” 

Edgar yang ingin kembali tidur pun membeku. Ia menatap Sylvia lagi. “Apa maksudnya?”

Sylvia mengangkat bahu. “Perusahaanmu yang ditentang Ibu…. aku akan membantumu untuk mendapatkan investor,” ucap Sylvia.

“Ya tentu saja harus, itu perjanjian kita,” jawab Edgar dengan alis terangkat, terlihat sedikit merasa bingung.

“Iya, tapi seperti kataku, karena kamu harus berperan sebagai Edward, kamu juga harus mau menerima jabatan CEO untuk menggantikan posisinya.”

Mata Edgar membulat. “Gak! Sudah cukup aku berpura-pura menjadi dia!” 

“Berhenti menyamakanku dengan dia!” lanjutnya dengan suara tertahan.

“Kamu emang bukan Edward,” jawab Sylvia sinis, lelah mengingatkan kalau Edgar sama sekali tidak bisa menjadi Edward. “Gak ada yang bisa menyamakan pria itu.”

“Terus apa gunanya?”

Sylvia mendengus, sifat egoisnya muncul karena melihat reaksi Edgar yang bebal dan tidak mau mendengarkannya. “Jangan salah paham. Aku ngelakuin ini bukan hanya untuk kamu, tapi untuk aku juga. Aku gak mau disangka punya suami yang gak kompeten.”

“Apa kamu gak berpikir, dengan jadi CEO perusahaan Wijaya, kamu gak akan direndahkan lagi,” lanjut Sylvia. “Tapi ya… jika kamu masih berharap aja sama usaha rongsokan itu, terserah—ah!”

Belum sempat Sylvia menyelesaikan ucapannya, pria itu sudah mencekal kuat dua tangan Sylvia dan mengurung tubuhnya di bawah tubuh kekarnya. Mata Sylvia membulat. Antara kaget dengan tindakan Edgar, juga terhadap dirinya sendiri.

‘Kenapa aku bisa keceplosan mengulang kata-kata Ibu? Padahal gak begitu maksudku…’ Sylvia merutuki dirinya sendiri.

“B-bukan… maksudku, Ibu—”

“Tutup mulutmu!” Edgar menggeram dengan rahang terkatup rapat. Matanya menatap tajam Sylvia. “Gak ada yang boleh menghina mimpiku yang satu itu.”

Edgar tidak peduli jika ada orang yang menghinanya pemalas, tidak bisa diatur, dan sebagainya. Namun, ketika usahanya itu dilecehkan, ia akan marah besar. 

Bisnis kecil-kecilan yang menjual berbagai aksesoris dan sparepart motor maupun mobil itu adalah perwujudan impiannya. Ketika tidak ada yang mau mendengarnya, otomotif-lah satu-satunya teman Edgar.

Edgar yang tidak terima Sylvia sudah menghina bisnis yang ia rintis dengan derih payahnya sendiri. Edward langsung mengungkung Sylvia. 

Dengan memegang kedua tangannya Sylvia, Edgar langsung mengancam Sylvia. “Jangan pernah menghina bisnis pribadi ku, atau aku akan merenggut sesuatu yang amat berharga dari dirimu.” Tubuh Edgar semakin turun, merapat pada tubuh Sylvia. Tidak seperti sebelumnya, Sylvia semakin berani menantangnya. Walaupun tubuhnya terasa gemetar, Sylvia tidak mengalihkan tatapannya dari Edgar.

“K-kalau begitu, kau pilih, usahamu hancur, atau kamu mendengarkanku?” tawar wanita itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 64. Sikap Yang Berubah

    Edgar pun mengambil jasnya. Setelah jas nya dipakai, Edgar dan Sylvia langsung keluar dari kamar. Tak lama ia pun sampai di meja makan. Melihat ibu mertuanya belum berada di meja makan, hal itu pun membuat Sylvia heran."Ibu kemana? Tumben belum ada di meja makan? Biasanya, ibu yang lebih awal, hadir di meja makan," tanya Sylvia."Mungkin, ibu masih ada dikamar. Tungguin aja, paling sebentar lagi juga dateng." Edgar menyahut sambil mengambil roti tawar yang ada dihadapannya.Persis seperti yang Edgar ucapkan, selang 5 menit kemudian, Catherine datang ke meja makan."Selamat pagi." Catherine menyapa sambil berjalan ke meja makan."Pagi juga, bu," sahut Sylvia."Ibu mau pergi kemana?" Edgar bertanya saat melihat ibunya berpakaian rapih."Pagi ini ibu mau ke rumah sakit yang ada di Bandung," ucap Catherine."Rumah sakit? Bandung? Apa, udah ada kabar mengenai Edward, bu?" tanya Edgar."Ibu juga belum tau pasti. Ibu cuma diminta datang ke rumah sakit yang ada di Bandung oleh pihak kepolisi

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 63. Gombalan Edgar

    Beberapa menit kemudian.Setelah makan malam yang dibuat oleh Wira sudah siap, ia langsung membawa makanan tersebut ke dalam rumahnya. Tak lama kakek Teguh pun duduk di tikar plastik untuk menyantap makan malam bersama cucunya. Berhubung pria yang mereka selamatkan dipinggir sungai sudah siuman, kakek Teguh memberikan sebagian makanan yang ia punya kepada pria tersebut."Kami hanya punya ikan bakar dan juga ubi rebus. Kamu duduk dulu ya, makan makanan ini supaya kamu memiliki sedikit energi," ucap kakek Teguh.Pria tersebut menganggukkan kepalanya. Lalu, ia pun berusaha bangkit untuk duduk. Namun, dikarenakan tenaganya sangat lemah, ditambah lagi kepalanya juga masih pusing, pria itu pun kesulitan untuk duduk. Seketika Wira langsung menghampiri pria tersebut untuk membantunya sebelum kakeknya yang turun tangan membantu."Sini aku bantu," ucap Wira."Terimakasih," ucap Wisnu setelah berhasil duduk."Kamu bisa makan sendiri? Atau mau aku suapin?" tanya Wira."Tidak usah, saya masih bisa

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 62. Hilang Ingatan

    Sylvia pun bergegas duduk disamping suaminya. Tak lama ia pun mulai mengambil makanan yang ada diatas meja. Selama mereka makan, tidak ada obrolan apapun yang terjadi. Masing-masing, hanya fokus dengan makanannya sendiri. Beberapa menit kemudian, Catherine yang sudah lebih dulu menyelesaikan santap malamnya, ia pun beranjak dari kursi."Kalian lanjutkan aja ya makan malamnya. Ibu ke kamar dulu," ucap Catherine."Iya, bu," sahut Edgar dan Sylvia.Setelah melihat bahwa ibunya sudah naik ke lantai atas, Edgar pun berbisik ditelinga istrinya. "Memangnya gak panas memakai syal dan sweater seperti itu?" bisik Edgar.Kesal dengan pertanyaan suaminya, seketika Sylvia langsung menancapkan garpu nya di paha ayam goreng miliknya. Lalu, ia pun melirik tajam ke arah suaminya. "Gak usah ngeledek deh! Ini semua gara-gara kamu tau!" ucap Sylvia.Seketika Edgar pun tertawa saat mendengar ucapan istrinya."Tapi kamu suka kan?" bisik Edgar."Hhmmm," sahut Sylvia.Lagi-lagi Edgar pun tertawa karena res

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 61. Cap Yang Cukup Banyak

    Melihat tingkah Sylvia yang malu karena Edgar memandangi lekuk tubuhnya, Edgar seketika langsung tersenyum. Kemudian ia pun melepaskan celananya. Seketika Sylvia langsung menutup matanya menggunakan kedua tangannya saat bagian intimnya Edgar."Aaaaaaa!! Edgar! Pakai lagi celana mu itu!" ucap Sylvia.Edgar pun hanya tersenyum. Kemudian ia kembali mencumbu setiap inci bagian tubuh istrinya. Setelah dirasa pemanasannya sudah cukup, Edgar pun fokus pada tujuannya. Saat pertahanan Sylvia sudah berhasil ditebus oleh Edgar, seketika Sylvia langsung meringis kesakitan sambil mencengkram seprai nya. "Aakkhh... Sakit Edgar, pelan-pelan," ringis Sylvia "Tenang sayang, sakitnya cuma diawal aja kok," sahut Edgar. Kamar yang awalnya dingin, seketika merubah menjadi panas. Bahkan saking panasnya, Edgar dan Sylvia sampai berkeringat. Bahkan deru nafasnya Edgar semakin cepat, seiring dengan aktivitas yang saat ini sedang ia lakukan. Setelah cairan istimewa tersebut membasahi area intim Sylvia, Edg

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 60. Waktunya Bermain

    Disaat Frans dan Thomas sedang bersiap untuk melarikan diri keluar negeri. Disisi lain, polisi yang sudah memproses laporan yang dibuat oleh Catherine dan Edgar, mereka langsung bergegas pergi mencari keberadaan Frans. Sementara itu, Catherine, Edgar dan Sylvia yang merasa urusannya dikantor polisi sudah selesai, mereka memutuskan untuk pulang."Terimakasih ya pak, atas bantuannya." Catherine berucap sambil mengulurkan tangannya."Sama-sama bu." Martin menyahut sambil menjabat tangan Catherine."Pantau terus setiap perkembangan kasus ini ya, pak," ucap Edgar."Tentu saja, saya akan kabari kalian jika pihak kepolisian sudah berhasil menangkap pak Frans dan pak Thomas." Martin menyahut sambil melepaskan jabatan tangannya."Baiklah, kalau begitu kami permisi dulu ya pak Martin," pamit Catherine."Iya, bu Catherine. Silahkan," sahut Martin. Catherine, Edgar dan Sylvia langsung bergegas pergi meninggalkan kantor kepolisian. 1 jam kemudian mereka pun sampai kembali dirumah. Setelah turun d

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 59. Membuat Laporan Ke Pihak Berwajib

    Saat mendengar suara tembakan, Catherine dan Sylvia langsung bergegas pergi keluar. Sementara itu, Edgar yang berhasil menghentikan langkah om nya, ia kembali menyimpan pistolnya dibalik punggungnya. Kemudian ia pun bergegas menghampiri om nya. "Maaf om, aku terpaksa menembak kaki om," ucap Edgar."Dasar keponakan tidak tau diri!! Selama ini aku yang selalu ada untuk membela kamu!! Kenapa sekarang kamu malah memperlakukan seperti ini!! Aku ini paman mu, Edgar!" teriak Frans."Aku berterimakasih karena om sudah memperlakukan aku dengan baik dari kecil. Namun, bukan berarti aku akan menutup mata atas kejahatan yang sudah om lakukan. Terlebih lagi karena rencana jahat om, saudara kembar ku yang jadi korbannya. Dari pada om terlalu banyak bergerak dan bicara, lebih baik om diam dan tenangkan diri om jika gak mau kehabisan banyak darah," ucap Edgar."Aaarrrgghh!" Frans menggeram sambil memukul aspal jalan.Tak lama Catherine dan Sylvia pun muncul. Melihat adiknya tersungkur di dekat mobil

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 58. Berusaha Kabur Lagi

    Setelah hampir setengah jam berkendara, Edgar dan Sylvia akhirnya sampai di parkiran apartemen Frans. Tak lama mereka pun keluar dari mobil. Dengan rasa percaya diri yang sangat tinggi mereka pun berjalan memasuki apartemen. Kali ini mereka yakin 100% bahwa Catherine pasti akan mempercayai ucapan mereka."Mudah-mudahan aja ibu percaya dengan bukti yang kita berikan ya." Sylvia berucap sambil berjalan menuju ke kamar apartemen Frans."Harus percaya lah, masa bukti udah sejelas ini, ibu masih gak percaya sih. Gak mungkin banget," sahut Edgar.Beberapa menit kemudian mereka pun sampai di depan kamar apartemen Frans. Edgar pun mengetuk pintu tersebut. Mendengar suara ketukan pintu, Frans langsung beranjak dari sofa untuk membuka pintu kamar apartemennya.Tok! Tok! Tok! "Sebentar ya, kak. Aku buka pintunya dulu," ucap Frans."Hhmmm," sahut Catherine.Frans pun bergegas membuka pintu apartemennya. Namun, saat pintunya terbuka seketika Frans langsung menutup pintunya kembali kala melihat Ed

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 57. Menuju Ke Apartemen Frans

    Sesampainya didepan ruangan Larissa, Sylvia langsung membuka pintu ruangan tersebut. Saat melihat kedatangan Sylvia, Elis yang sedang merapikan beberapa dokumen, ia langsung beranjak dari kursinya. Lalu, ia pun bergegas menghampiri Sylvia.Ceklek!"Bu Sylvia." Elis berucap saat melihat kedatangan Sylvia."Selamat datang, bu. Silahkan duduk," ucap Elis."Iya," sahut Sylvia.Sylvia dan Edgar bergegas duduk di sofa yang ada didalam ruangan Larissa. Setelah duduk, Sylvia pun mulai mengutamakan maksud kedatangannya."Begini Elis, sebenarnya kedatangan saya kesini ini menanyakan sesuatu ke kamu," ucap Sylvia."Mau menanyakan apa ya, bu?" tanya Elis."Belum lama ini saya sempat mengirimkan sebuah rekaman video ke email kamu. Apa kamu udah memeriksa email kamu? Saya khawatir rekaman video itu gak sempat terkirim," tanya Sylvia."Tunggu sebentar ya, bu. Saya ambil iPad saya dulu," ucap Elis.Elis pun beranjak dari sofa. Lalu, ia pun mengambil iPad miliknya yang ia letakkan di meja kerja Lariss

  • Terjerat Pernikahan Tanpa Cinta    Bab 56. Menemui Elis

    Melihat istrinya panik, Edgar bukannya melepaskan pelukannya ia justru semakin menggoda Sylvia. Sedangkan Sylvia sendiri terus berontak agar bisa melepaskan diri dari pelukan Edgar. "Edgar!! Lepasin aku!" Sylvia berucap sambil mendorong dada Edgar."Tidak mau! Aku tidak akan membiarkan kamu kabur. Hari ini juga kamu akan menjadi milikku seutuhnya. Muaacchh." Edgar menyahut dengan mencium bibir istrinya diakhir ucapannya.Sylvia yang sudah kesal, ia langsung mencubit lengannya Edgar. Sontak, hal itu membuat Edgar melepaskan pelukannya. "Aaaaaaa!!" jerit Edgar."Syukurin emangnya enak! Genit sih jadi cowok," ucap Sylvia."Kamu kenapa cubit tangan aku sih? Aku kan cuma pengen mesra-mesraan sama kamu." Edgar bertanya sambil mengusap tangannya yang bekas dicubit Sylvia."Aku kan udah pernah bilang sama kamu, aku belum mau melakukan hal itu sama kamu sebelum semua masalah ini selesai dan status pernikahan kita jelas," ucap Sylvia."Masih lama dong kalau begitu." Edgar menyahut sambil meng

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status