Damian kembali demam. Anak itu terus mengigau dalam tidurnya, memanggil-manggil sang mami. Tubuhnya penuh keringat dingin, tapi badannya sangat panas. Sudah sejak selesai makan malam tadi Kaluna menemani Damian tidur di kamar anak itu. Tangan kanannya memegang sebuah handuk kecil untuk mengusap keringat di dahi dan leher Damian.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan Kaluna belum bisa memejamkan matanya untuk istirahat, padahal tubuhnya sudah terasa lelah. Sedari tadi otaknya terus berputar, memikirkan alasan mengapa Liliana menjadikan Damian sebagai target kekerasan.
Getar ponsel di pangkuannya menyadarkan Kaluna dari pikiran yang ruwet. Sebuah pesan masuk dari Edgar ia dapati di layar ponselnya. Kaluna membuka pesan itu dan membacanya.
Mas Edgar:
Malam ini saya nggak pulang.
Me:
Mas tidur di kantor?
Mas Edgar:
Nggak, saya tidur di hotel dekat kant
Sejauh ini perkembangan kasus tuntutan Kaluna pada Liliana berjalan lancar. Ia sedikit beruntung karena urusan perusahaan Edgar yang cukup berlarut-larut bisa menjauhkan pria itu dari kabar tentang kasus anak-anaknya untuk sementara waktu.Sudah sejak kemarin, pihak kejaksaan mengirimkan surat panggilan untuk Liliana. Gadis belia itu diminta untuk hadir pada pemeriksaan pertama siang ini. Tapi, entah mengapa sudah lewat tiga puluh menit, gadis itu belum juga memunculkan batang hidungnya di kantor kejaksaan.Kaluna sengaja datang untuk memastikan Liliana benar-benar muncul, tapi orang yang ditunggunya tidak kunjung terlihat. Kaluna melirik pada Sarah yang hari ini menemaninya."Kamu yakin dia udah nerima surat panggilan itu?" tanya Kaluna sangsi.Sarah mengangguk cepat. "Sudah, Bu. Liliana sendiri bahkan yang menerima surat itu. Saya yakin dia sudah baca isinya."Kaluna menghela napas. Entah Liliana memang sedang ada urusan sehingga tidak bisa datan
"Lo udah ajuin judul proposal emangnya?""Hhh, udah, tapi dari tiga judul yang aku ajuin nggak ada satu pun yang di-acc.""Emang lo ambil topik tentang apa?""Pinginnya sih, tentangbrand imageatau employee's mental condition. Tapi aku belum dapet judul yang pas menurut dosbim-dosbim aku.""Kamu udah coba konsultasi sama kakak tingkat yang pernah bimbingan sama dosbim yang sekarang belum, Na?"Baik Lana dan Briana sama-sama menoleh pada wajah tenang Liliana yang sedari tadi memperhatikan percakapan mereka sambil menyantap baksonya. Mereka bertiga sedang makan siang di kantin fakultas setelah selesai dengan bimbingan proposal skripsi masing-masing. Kebetulan ketiganya hari ini memiliki jadwal jam bimbingan yang berdekatan."Belum, Li. Aku nggak tau gimana cara kontak mereka," untuk yang kesekian kalinya Lana menghela napas."Gue ada kenalan beberapa kating dari UKM, mau gue tanyain tentang kating y
Bunyiliftyang berdenting dan pintu yang terbuka tidak membuat Edgar keluar dari ruang balok tersebut. Dua mahasiswa yang tadi naikliftbersamanya sudah lebih dulu keluar, menyisakan Edgar sendiri yang dengan tidak sabar menekan tombol lantai dasar.Liftkembali bergerak turun bersama Edgar yang berusaha terlihat tenang meski pikirannya lebih ruwet dan ramai dari sebelumnya. Begitu sampai di lantai tujuan, Edgar tidak membuang waktu lebih lama lagi untuk berjalan dengan langkah lebar menuju kantin. Tempat keributan yang disebutkan oleh dua mahasiswa tadi.Edgar bisa melihat area kantin yang mulai ramai karena sedang jam makan siang. Pria itu mempercepat langkahnya, nyaris berlari. Mendekati pintu masuk kantin terdekat, samar-samar telinganya menangkap suara isak tangis seorang gadis.Mata Edgar melebar melihat pemandangan tidak menyenangkan beberapa meter dari pintu kantin. Liliana yang sedang terduduk di lan
Sudah lewat satu hari dari kejadian heboh di kantin FEB dan FBSB. Berkat beberapa mahasiswa yang merekam diam-diam dengan ponsel mereka dan mengunggahnya di forum komunitas kampus, kejadian tersebut menjadi viral.Kini tidak hanya penghuni Universitas Aditama saja yang mengetahui drama antara Liliana dan Kaluna. Video saat Kaluna menampar dan menjambak Liliana yang menangis sudah beredar di berbagai aplikasi media sosial.Pandangan orang pada sosok Kaluna terbelah menjadi dua kubu. Ada orang-orang yang masih berpikir positif dan mengatakan mereka tidak berhak memberi penilaian atau penghakiman karena tidak mengerti masalah utama yang terjadi di balik potongan video yang tersebar. Namun sebagian besar sudah lebih dulu menyerang Kaluna, membuat citra wanita itu semakin buruk di mata publik.Nama Liliana yang dulu sempat naik karena kedekatannya dengan Edgar kini kembali menjadi perbincangan panas. Semua orang menjadi lebih penasaran dengan sosok sebenarnya seorang
Kalyna dalam perjalan pulang ke kos-kosannya dengan hati senang dan ringan. Dirinya baru saja mengunjungi salah satu pameran lukisan yang sudah menjadi incarannya sejak awal bulan lalu. Sebagai pecinta seni yang gagal meniti karir dalam bidang kesukaannya itu, Kalyna banyak menghabiskan waktu liburnya untuk mengunjungi galeri-galeri seni atau event-event pameran seni yang, syukurnya, cukup sering digelar di Jakarta. Karena terlalu senang dan masih terbayang keindahan lukisan yang dilihatnya di pameran, Kalyna menyebrang jalan sambil melamun, dengan pikiran yang masih melayang. Alhasil, dia tertabrak sebuah truk yang melaju lumayan kencang dari arah kanannya. Kalyna merasa dirinya tengah sekarat dan pasrah jika ia bertemu dengan malaikat maut saat itu juga. Hal terakhir yang diingatnya sebelum kehilangan kesadaran adalah salah satu lukisan favoritnya selama di pameran tadi, lukisan dengan judul “Irises”. Kalyna terbangun dengan kepala yang luar biasa sakit. Ia mendapati dirinya terbar
Ayudia Kalyna Prameswari, lulusan magister Manajemen salah satu universitas di Bandung, bercita-cita untuk bekerja di bidang seni rupa karena kecintaannya pada karya-karya lukis, kerjainan, tapestri, patung, maupun fotografi. Sayang beribu sayang, meskipun Kalyna—begitu ia disapa—sangat mencintai seni, ia tidak memiliki kemampuan di dalamnya. Sebagaimana kebanyakan orang, mahakarya terbaiknya adalah gambar dua gunung dengan sawah dan matahari di tengah-tengahnya. Kalyna pernah mencoba untuk membuat sebuah lukisan abstrak semasa kuliah, saat itu ia diajak oleh salah satu temannya dari jurusan seni untuk ikut merayakan acara pekan seni di kampus. Kalyna masih ingat begitu jelas ekspresi wajah Nusa, temannya itu, saat melihat hasil akhir lukisan yang ia buat. Nampak jelas Nusa menatap lukisan Kalyna dengan pandangan ngeri bercampur heran, tapi cowok baik hati itu masih berbaik hati mengatakan bahwa lukisan Kalyna tidak begitu buruk. Tentu saja Kalyna tidak sebodoh itu untuk percaya ka
Kalyna merasakan kesadarannya berangsur-angsur kembali. Ia mencoba membuka matanya yang terasa berat, dan begitu berhasil membuka sedikit kedua kelopak matanya ia langsung didera pusing yang sangat hebat karena cahaya terang yang dilihatnya. Perutnya serasa diaduk, ia mulai merasa mual, dan tanpa aba-aba langsung memuntahkan isi lambungnya. Kalyna bisa mendengar samar-samar suara gaduh di sekitarnya, orang-orang berbicara dengan cepat, pintu digeser, dan badannya yang dituntun untuk kembali berbaring. “Ibu Kaluna?” panggil seseorang yang terasa berada di samping kiri Kalyna. “Ibu Kaluna?” orang itu kembali memanggil. Kalyna kembali mencoba membuka matanya, kini dengan pengelihatan yang lebih baik, matanya mulai menyesuaikan dengan cahaya di ruangan. Ia mencoba berkedip beberapa kali, pandangannya yang buram mulai tampak jelas. Kalyna mendapati seorang pria peruh baya dengan wajah serius tengah menatapnya. Ingin bertanya, tapi tenggorokannya terasa perih, jadi ia memilih berkedip den
Komik berjudul “Lily Princess” merupakan cerita romansa klise zaman ini dengan konflik yang klise pula. Ringan, mudah dinikmati. Tapi, faktor utama yang membuat Kalyna begitu menyukai komik tersebut adalah karena gambarnya yang sangat cantik dan memukau. Ia bisa betah memandangi satu panel dalam komik itu bermenit-menit, memperhatikan detail gambar dan mengaguminya. Tokoh utama dalam cerita “Lily Princess” bernama Liliana Revalina Johnson, mahasiswi jurusan Manajemen Bisnis di salah satu universitas yang cukup terkenal di Jakarta. Ya, komik itu merupakan karya asli anak bangsa dan sangat populer di kalangan pembaca. Lili, begitu ia disapa—sesuai dengan judul ceritanya, memiliki kepribadian positif, baik hati, dan menyenangkan. Lili pandai mengambil perhatian dan simpati publik, selayaknya tokoh protagonis utama dalam cerita-cerita. Sosok Lili digambarkan sebagai perempuan dengan tubuh mungil, mata bulat yang selalu tampak berbinar, wajah oval yang sempurna, dan rambut lurus panjang