Home / Romansa / Terjerat Pesona Ibu Anakku / Bab 1. Dilamar Dadakan

Share

Terjerat Pesona Ibu Anakku
Terjerat Pesona Ibu Anakku
Author: Kaiwen77

Bab 1. Dilamar Dadakan

Author: Kaiwen77
last update Last Updated: 2025-01-24 09:23:05

"Aku bisa menjamin keasliannya."

Mata Arumi akhirnya berhenti melihat setelah mengetahui hasilnya. Kertas tes DNA yang dibawa oleh lelaki di hadapannya ini mulai dilipat olehnya.

"Apa Pak Wanhan datang untuk mengambil Luna dari saya?"

Perlahan tangan Arumi meletakkan kertas tersebut di atas meja. Pandangan Wanhan sama sekali tidak melepaskan Arumi yang terlihat serius.

Arumi akhirnya saling berpandangan dengan lelaki bernama Wahnan ini. Setahun lalu, mereka berdua dipertemukan sebagai pelamar dan ketua divisi.

Sekarang, Arumi dan Wanhan berhadapan di meja cafe sebagai keluarga yang saling menginginkan hak asuh atas Luna.

"Luna tidak bisa jauh dari kamu." Wanhan mengakui itu, meski pun sudah berpuluh kali membujuk Arumi untuk menyerahkan Luna.

Semua orang hanya tahu, Arumi wanita lajang yang melahirkan Luna di luar nikah. Namun, Wanhan tahu itu sebuah kebohongan.

Demi menikahi lelaki kaya, kakaknya meninggalkan Luna yang masih bayi dan menuduh Arumi mengandung anak haram.

"Sebelum meninggal, kak Valdi memintaku menjaga dan mengurus Luna," ujar Wanhan.

Arumi mengenali Valdi sebagai CEO perusahaan sebelumnya. Setelah meninggal, Wanhan yang dulunya ketua divisi menggantikan posisi itu. Arumi juga masih tak menyangka, ternyata Luna memiliki ayah yang kaya raya.

Jika saja Wanhan tidak membawakan bukti akurat ini, Arumi masih tidak akan percaya dengan faktanya.

Wanhan mulai memandang Arumi serius. "Jadi, jika ingin membawa Luna, maka aku harus turut membawa kamu juga, Arumi."

Setelah penolakan didapatkan, Wanhan menyadari solusi satu-satunya dengan menerima Arumi meski terpaksa.

Pandangan Arumi jatuh pada atasannya yang dibalut setelan jas hitam ini.

"Maksud Pak Wanhan bagaimana?"

***

"Dilamar?"

Arumi langsung menarik napas. Harusnya setelah merebahkan tubuh di atas kasur, dirinya merasa lebih rileks. Namun, mengingat penawaran dari Wanhan justru detak jantungnya menjadi tidak tenang.

"Dia bukan ayah kandung dari Luna, kan?"

Kepala Arumi menoleh, dilihatnya Aisyah sedang mengusap keringat Luna yang tertidur. Ibunya ini mulai menatapnya dengan raut heran.

"Kenapa dia malah mau menikahi kamu, Arumi?" Ibunya benar-benar ingin tahu.

"Mendiang kakaknya meminta pak Wanhan untuk menjaga Luna, cara satu-satunya ya harus menikahi aku supaya Luna tidak menolak kehadiran pak Wanhan."

Aisyah geleng kepala, tidak percaya dengan cara Arumi yang mendapatkan jodoh melalui Luna.

"Terus kamu setuju?"

Arumi menggelengkan kepala. "Tidak ada cinta, Bu. Mana mungkin menikah, lagi pula status kami berbeda, Bu."

Aisyah menarik napas. Meski kenyataannya, mereka hanya keluarga sederhana. Sementara Wanhan kaya raya.

"Dia yang ingin menikahi kamu, Arumi."

"Meski begitu, aku tetap tidak mau, Bu."

Arumi mulai bangkit dari kasur dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Mereka bertiga tinggal di kontrakan tiga petak dengan kasur lantai yang hampir memenuhi kamar.

Ibunya mengekor dari belakang. Menatap pintu kamar mandi yang tertutup.

"Pikirkan, Arumi. Luna sekarang memang masih kecil, seiring berjalannya waktu dia butuh sosok ayah."

"Lagi pula, jika Luna punya cita-cita setinggi langit. Memangnya kamu yang hanya karyawan ini mampu mewujudkannya?"

Fakta yang terucap melalui ibunya itu membuat Arumi membisu. Bahkan gayung di hadapannya saja tak mampu dirinya ganti, sudah bocor dan warna aslinya mengelupas.

Apakah cita-cita Luna mampu dirinya wujudkan kelak? Arumi pun belum tahu kedepannya akan seperti apa.

Keesokan harinya, Arumi berangkat kerja dengan motor maticnya. Berjalan cukup cepat menuju kantor dan antre di depan lift, berharap tidak menemui Wanhan karena hari belum siang.

"Arumi."

Namun, harapan Arumi langsung luntur. Ketika seseorang yang ingin dihindarinya itu justru berada di belakang ditemani Dani, sang sekretaris.

"Selamat pagi, Pak," sapa Arumi menoleh sebentar, lantas berbalik lagi.

"Kemari."

Permintaan itu tidak digubris oleh Arumi, tangannya justru mengambil ponsel dan berpura sibuk.

"Datang sendiri atau ditarik?"

Dua pilihan yang ditawarkan oleh Wanhan, sangat terpaksa membuat Arumi menoleh kembali dan mulai berjalan mendekat.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

Arumi mempertahankan senyuman di bibirnya. Namun, Wanhan bisa melihat kalau itu cuma kepalsuan.

"Soal tawaran kemarin bagaimana? Sudah kamu pikirkan."

Melihat Wanhan yang memasuki lift, Arumi terpaksa mengikuti. Dirinya ingin masuk mode aman saja, ketimbang beneran ditarik ke dalam.

"Aku sudah persiapkan gaun pernikahan hingga undangan, asal kamu setuju kita bisa menikah secepatnya."

Arumi mendelik, apa semua orang kaya sewenang-wenang seperti ini? Dani yang hanya diam tanpa ekspresi itu, Arumi yakin kalau kelakuan Wanhan didukung habis-habisan oleh sekretaris.

"Pak, saya masih belum ingin menikah."

Sama seperti terakhir kali bertemu, Arumi menolak tawaran dari Wanhan.

"Reputasi kamu di mata tetangga membaik, lalu masa depan Luna juga terjamin. Apa lagi yang kurang?"

Dani sempat melirik atasan yang kali pertama mendapatkan penolakan dari seorang wanita. Sosok yang bahkan tidak berharga sama sekali menurut Dani.

Wanhan sangat menantikan jawaban dari Arumi. Namun, kebetulan yang menyebalkan. Pintu lift terbuka sesuai divisi Arumi bekerja.

"Karena banyak deadline, saya buru-buru, Pak."

Arumi keluar begitu saja dari lift, meninggalkan Wanhan yang mendengkus. Padahal menurut Dani, jika masih ingin bicara Wanhan bisa mengikuti langkah kaki Arumi.

"Menurutmu, alasan terbesar Arumi menolak karena apa?"

Melihat Wanhan yang bertanya dengan raut penasaran, Dani pun berusaha menjawab dengan sungguh-sungguh.

"Usia kalian terpaut hampir 6 tahun."

Jawaban menohok itu membuat Wanhan menyeringai.

"Jadi, aku terlalu tua untuk Arumi yang berumur 20-an itu?"

"Lalu, status kalian berbeda."

Wanhan mendengkus. "Memangnya dia binatang? Kami sama-sama manusia."

Dani memandang atasan yang sepertinya menyepelekan masalah latar belakang.

Wanhan melihat sosok Arumi yang berbalik sembari menggenggam ponsel erat, tentunya dia mencegah pintu lift tertutup. Arumi memasuki lift dengan cepat.

"Maaf Pak, tapi saya ingin kembali ke lantai 1."

"Ada apa?" Selagi bertanya, mata Wanhan menyuruh Dani menekan tombol.

Mulut Arumi membisu dengan mata memandang Wanhan cukup lama. Ini masalah pribadi, menurutnya seorang atasan tidak berhak tahu.

Hanya saja, Arumi harus hadir dan kemungkinan izin dari pekerjaan.

"Ibu saya tertabrak motor saat mengantar Luna sekolah."

Mendengar nama keponakan disebut, Wanhan menunjukkan sedikit kecemasan.

"Rumah sakit mana? Aku antar."

Awalnya Arumi tidak ingin bilang, jika mencari kendaraan pasti akan lama. Membiarkan Wanhan mengantar, kemungkinan sampai di sana lebih cepat.

"Rumah sakit Wijaya Kusuma."

***

"Untung saja Luna baik-baik saja."

Luna yang dibicarakan sedang bergelayut pada kaki Arumi, mata menghindari Wanhan yang terus saja melirik.

"Bagaimana bisa Ibu seceroboh ini?" keluh Arumi.

Ibunya menarik napas, kemudian menunjuk kaki yang diperban.

"Cuma luka kecil saja, paling berapa hari juga bisa jalan."

Memang, Arumi bisa bernapas dengan lega karena ibunya tidaklah parah. Mungkin pengendara juga sudah berhati-hati mengingat jalanan dipadati anak sekolah.

Mata ibunya tak bisa lepas dari sosok Wanhan yang tampan.

"Arumi, dia ...."

Wanhan dan Arumi saling melirik.

"Atasan di tempat kerja, kebetulan bertemu di jalan."

Perkenalan yang Arumi berikan tidak sesuai ekspetasi hingga Wanhan menunjukkan raut tidak senang.

"Saya calon suami Arumi."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 35. Sebuah Penjelasan

    Wanhan memandang mata Anggara dengan sedikit terkejut. "Maksud Kakek apa?"Anggara menghela napas kesal. "Kakek melihat dengan mata kepala sendiri! Arumi membicarakan kandungannya dengan lelaki lain."Wanhan mengernyitkan dahi. "Apakah dia tinggi dan pakaiannya kemeja motif?"Seingat Wanhan, lelaki yang sok baik dan akrab dengan Arumi hanya Rehan seorang. "Bagaimana kamu bisa tahu?" Anggara terlihat kaget karena cucu sendiri malah tahu.Helaan napas Wanhan pun terdengar berat. Sudah dia duga, kalau hanya Rehan yang dekat dengan Arumi. Sementara Anggara justru terlihat makin marah."Kamu kenal lelaki itu, tapi kamu malah diam saja dan merelakan Arumi!"Wanhan hanya diam saja. Sekali pun tangan dia mengepal karena kesal, mendengar ada yang tahu soal kehamilan Arumi selain keluarga. Terlebih orangnya lelaki yang menyukai istri dia."Berhubung Kakek baik saja dan ditangani dokter, aku akan kembali pulang," Wanhan langsung pamit.Anggara kaget mendengar omongan dari cucu kesayangan."Eh!

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 34. Anak Lelaki Lain

    "Jadi, Luna dijemput oleh kak Airin dan diajak pergi?"Setelah suasana tenang, Arumi duduk di ruang tengah dengan Luna di pelukannya. Wanhan yang duduk di depan mereka berdua mengangguk pelan.Arumi memandang sembari mengusap kepala Luna dengan lembut. "Luna dipaksa atau ikut sendiri?""Ikut sendiri," sahut Luna sembari bersembunyi di tubuhnya."Maaf ya, Bunda."Jemari Arumi masih mengusap. "Tidak apa. Tapi, lain kali harus tunggu bibi atau paman sopir kalau mau ikut sama tante, ya."Kepala Luna mengangguk pelan. Wanhan memandang padanya yang bisa dengan tenang saat bicara. "Ayah sudah minta maaf sama Luna? Begitu pun sebaliknya.""Sudah," sahut Luna dan Wanhan hampir bersamaan.Pandangan Arumi dan Wanhan saling bertemu. Menurutnya Airin berhak jika ingin bertemu dengan Luna, toh wanita itu ibu kandung dari Luna. Bedanya Airin pasti ada tujuan tertentu sampai menemui Luna, seperti halnya menginginkan uang lebih banyak. Arumi paham kenapa Wanhan bisa sampai marah."Nah, sekarang Lun

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 33. Wanhan Marah

    Matahari yang mulai bersiap untuk tenggelam satu jam lagi, terlihat Arumi memasuki mobil milik Wanhan yang terparkir cukup jauh dari kantor.Namun, Arumi merasa ada yang tidak beres dengan suaminya. Biarpun Wanhan mulai mengemudikan mobil, suaminya ini terlihat diam membisu dengan raut wajah yang menahan amarah."Ada apa, Mas? Apa di kantor sedang ada masalah?" Arumi langsung bertanya.Wanhan menoleh. "Tidak ada."Jawaban singkat dan raut wajah yang masih belum berubah membuat Arumi yakin, kalau suaminya ini sedang kesal."Apa aku yang buat masalah?""Kamu tidak buat masalah apa pun."Arumi jadi heran. "Kalau bukan masalah di kantor, bukan karena aku juga. Terus kenapa Mas kelihatan kesal begini?"Wanhan pun melirik wajah sendiri di spion. Memang kemarahan dia tidak bisa disembunyikan. Wanhan menarik napas dan berusaha untuk menenangkan diri."Aku tidak kesal atau marah kok, Arumi."Kepala Arumi mengangguk. "Baiklah."Meski penasaran, tapi Arumi tidak mungkin terus mendesak Wanhan unt

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 32. Luna Hilang

    "Ya?" Wanita tersebut berusaha mencerna ucapan dari Wanhan. "Maksud Bapak, Arumi bersuami dan sudah menikah?" Kepala Wanhan mengangguk membenarkan. Pandangan wanita tersebut tertuju pada Wanhan dengan pemikiran yang buruk. "Arumi sedang mengandung dan sudah bersuami, lalu Bapak masih mendekatinya?" Wanita tersebut bertanya dengan hati-hati. "Itu anakku." Pengakuan itu berhasil membuat ketua divisi Arumi menahan napas sejenak. Merasa dugaan yang buruk ternyata benar adanya. Arumi wanita yang murahan. Sudah tahu bersuami, tapi masih berselingkuh dengan atasan sendiri di kantor. Melihat karyawan dia yang hanya diam, tak memberikan reaksi terkejut membuat Wanhan berbicara lagi. "Sepertinya kamu masih belum paham ya." "Soal apa, Pak?" Wanhan menarik napas. "Aku suami Arumi itu, jadi sangat wajar kalau aku yang menghamilinya." Begitu mendengar pengakuan lagi, wanita tersebut barulah membulatkan mata dengan menunjukkan raut wajah yang terkejut luar biasa. Bahkan tangan sempa

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 31. Wanita Bersuami

    "Bapak sudah tidak waras, ya?"Datang-datang Dani langsung mengeluhkan kelakuan Wanhan. Sampai Wanhan yang semula sibuk bekerja, terpaksa mengalihkan pandangan pada sang sekretaris."Kamu punya adab, kan? Sekali pun pintu terbuka, kamu wajib mengetuknya dahulu," protes Wanhan.Bukannya mendengarkan dan intropeksi, Dani justru menghela napas kemudian mengeluarkan ponsel."Bapak minta saya untuk bertemu lagi dengan kakaknya Arumi dan memberinya uang.""Bagaimana mungkin saya ingat untuk mengetuk pintu?"Wanhan sepenuhnya berhenti dari kegiatan dia membuka halaman demi halaman dokumen. "Aku hanya menyuruh kamu seperti biasanya, kenapa masih saja mengeluh?"Dani langsung menarik napas panjang. "Masalahnya, uang yang Bapak berikan itu besar. Hampir 200 juta, sebenarnya apa yang sudah dia lakukan sampai Bapak seloyal ini?" keluh Dani panjang lebar.Mulut Wanhan membisu sejenak. Dia tatap sekretaris yang mungkin seharusnya tahu."Dia sudah tahu soal hubunganku dengan kak Valdi," sahut Wanh

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 30. Ketahuan

    "Kalau bukan perumpamaan, sudah saya tambah beras supaya tidak jadi bubur," sahut Dani membuat Wanhan melirik. "Oh ya, hari ini jangan lupa ada jadwal makan dengan pak Anggara." Dani tiba-tiba saja mengingatkan hal yang ingin Wanhan lupakan. Wanhan menarik napas kesal. "Kenapa kamu harus mengatakannya sekarang sih?" Dani mengerutkan dahi, melihat atasan yang malah marah diingatkan. "Kalau saya tidak bicara sekarang, saat Bapak sibuk justru lebih tidak mendengarkan." Lirikan Wanhan menjadi tajam. Sekretaris dia benar-benar butuh pendamping yang memikat hati pria lain sekali pun hanya diam, supaya Dani ikut merasakan seperti apa kesalnya hati dia. ** Wanhan makan malam bersama sang kakek dengan mulut membisu, kalau ditanya baru sesekali jawab. "Sebenarnya kamu kenapa sih? Seperti wanita yang lagi haid saja," sindir Anggara saking herannya. Wanhan melirik sejenak, kemudian meletakkan alat makan karena sudah selesai. "Aku sedang sibuk-sibuknya di kantor, Kakek malah m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status