Terjerat Pesona Ibu Anakku

Terjerat Pesona Ibu Anakku

last updateLast Updated : 2025-04-22
By:  Kaiwen77Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
35Chapters
999views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Tuduhan wanita murahan hingga susah jodoh Arumi dapatkan, setelah mengurus anak dari kakaknya yang memilih menikah dengan pria kaya. Hingga suatu hari, pria tak dikenal mengajaknya menikah sembari menyodorkan surat tes dna anak kakaknya. "Aku bisa memperbaiki reputasi kamu di mata tetangga sekaligus menjamin masa depan Luna." Itulah janji yang diucapkan sebelum pernikahan penuh intrik dialami oleh Arumi.

View More

Chapter 1

Bab 1. Dilamar Dadakan

"Aku bisa menjamin keasliannya."

Mata Arumi akhirnya berhenti melihat setelah mengetahui hasilnya. Kertas tes DNA yang dibawa oleh lelaki di hadapannya ini mulai dilipat olehnya.

"Apa Pak Wanhan datang untuk mengambil Luna dari saya?"

Perlahan tangan Arumi meletakkan kertas tersebut di atas meja. Pandangan Wanhan sama sekali tidak melepaskan Arumi yang terlihat serius.

Arumi akhirnya saling berpandangan dengan lelaki bernama Wahnan ini. Setahun lalu, mereka berdua dipertemukan sebagai pelamar dan ketua divisi.

Sekarang, Arumi dan Wanhan berhadapan di meja cafe sebagai keluarga yang saling menginginkan hak asuh atas Luna.

"Luna tidak bisa jauh dari kamu." Wanhan mengakui itu, meski pun sudah berpuluh kali membujuk Arumi untuk menyerahkan Luna.

Semua orang hanya tahu, Arumi wanita lajang yang melahirkan Luna di luar nikah. Namun, Wanhan tahu itu sebuah kebohongan.

Demi menikahi lelaki kaya, kakaknya meninggalkan Luna yang masih bayi dan menuduh Arumi mengandung anak haram.

"Sebelum meninggal, kak Valdi memintaku menjaga dan mengurus Luna," ujar Wanhan.

Arumi mengenali Valdi sebagai CEO perusahaan sebelumnya. Setelah meninggal, Wanhan yang dulunya ketua divisi menggantikan posisi itu. Arumi juga masih tak menyangka, ternyata Luna memiliki ayah yang kaya raya.

Jika saja Wanhan tidak membawakan bukti akurat ini, Arumi masih tidak akan percaya dengan faktanya.

Wanhan mulai memandang Arumi serius. "Jadi, jika ingin membawa Luna, maka aku harus turut membawa kamu juga, Arumi."

Setelah penolakan didapatkan, Wanhan menyadari solusi satu-satunya dengan menerima Arumi meski terpaksa.

Pandangan Arumi jatuh pada atasannya yang dibalut setelan jas hitam ini.

"Maksud Pak Wanhan bagaimana?"

***

"Dilamar?"

Arumi langsung menarik napas. Harusnya setelah merebahkan tubuh di atas kasur, dirinya merasa lebih rileks. Namun, mengingat penawaran dari Wanhan justru detak jantungnya menjadi tidak tenang.

"Dia bukan ayah kandung dari Luna, kan?"

Kepala Arumi menoleh, dilihatnya Aisyah sedang mengusap keringat Luna yang tertidur. Ibunya ini mulai menatapnya dengan raut heran.

"Kenapa dia malah mau menikahi kamu, Arumi?" Ibunya benar-benar ingin tahu.

"Mendiang kakaknya meminta pak Wanhan untuk menjaga Luna, cara satu-satunya ya harus menikahi aku supaya Luna tidak menolak kehadiran pak Wanhan."

Aisyah geleng kepala, tidak percaya dengan cara Arumi yang mendapatkan jodoh melalui Luna.

"Terus kamu setuju?"

Arumi menggelengkan kepala. "Tidak ada cinta, Bu. Mana mungkin menikah, lagi pula status kami berbeda, Bu."

Aisyah menarik napas. Meski kenyataannya, mereka hanya keluarga sederhana. Sementara Wanhan kaya raya.

"Dia yang ingin menikahi kamu, Arumi."

"Meski begitu, aku tetap tidak mau, Bu."

Arumi mulai bangkit dari kasur dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Mereka bertiga tinggal di kontrakan tiga petak dengan kasur lantai yang hampir memenuhi kamar.

Ibunya mengekor dari belakang. Menatap pintu kamar mandi yang tertutup.

"Pikirkan, Arumi. Luna sekarang memang masih kecil, seiring berjalannya waktu dia butuh sosok ayah."

"Lagi pula, jika Luna punya cita-cita setinggi langit. Memangnya kamu yang hanya karyawan ini mampu mewujudkannya?"

Fakta yang terucap melalui ibunya itu membuat Arumi membisu. Bahkan gayung di hadapannya saja tak mampu dirinya ganti, sudah bocor dan warna aslinya mengelupas.

Apakah cita-cita Luna mampu dirinya wujudkan kelak? Arumi pun belum tahu kedepannya akan seperti apa.

Keesokan harinya, Arumi berangkat kerja dengan motor maticnya. Berjalan cukup cepat menuju kantor dan antre di depan lift, berharap tidak menemui Wanhan karena hari belum siang.

"Arumi."

Namun, harapan Arumi langsung luntur. Ketika seseorang yang ingin dihindarinya itu justru berada di belakang ditemani Dani, sang sekretaris.

"Selamat pagi, Pak," sapa Arumi menoleh sebentar, lantas berbalik lagi.

"Kemari."

Permintaan itu tidak digubris oleh Arumi, tangannya justru mengambil ponsel dan berpura sibuk.

"Datang sendiri atau ditarik?"

Dua pilihan yang ditawarkan oleh Wanhan, sangat terpaksa membuat Arumi menoleh kembali dan mulai berjalan mendekat.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

Arumi mempertahankan senyuman di bibirnya. Namun, Wanhan bisa melihat kalau itu cuma kepalsuan.

"Soal tawaran kemarin bagaimana? Sudah kamu pikirkan."

Melihat Wanhan yang memasuki lift, Arumi terpaksa mengikuti. Dirinya ingin masuk mode aman saja, ketimbang beneran ditarik ke dalam.

"Aku sudah persiapkan gaun pernikahan hingga undangan, asal kamu setuju kita bisa menikah secepatnya."

Arumi mendelik, apa semua orang kaya sewenang-wenang seperti ini? Dani yang hanya diam tanpa ekspresi itu, Arumi yakin kalau kelakuan Wanhan didukung habis-habisan oleh sekretaris.

"Pak, saya masih belum ingin menikah."

Sama seperti terakhir kali bertemu, Arumi menolak tawaran dari Wanhan.

"Reputasi kamu di mata tetangga membaik, lalu masa depan Luna juga terjamin. Apa lagi yang kurang?"

Dani sempat melirik atasan yang kali pertama mendapatkan penolakan dari seorang wanita. Sosok yang bahkan tidak berharga sama sekali menurut Dani.

Wanhan sangat menantikan jawaban dari Arumi. Namun, kebetulan yang menyebalkan. Pintu lift terbuka sesuai divisi Arumi bekerja.

"Karena banyak deadline, saya buru-buru, Pak."

Arumi keluar begitu saja dari lift, meninggalkan Wanhan yang mendengkus. Padahal menurut Dani, jika masih ingin bicara Wanhan bisa mengikuti langkah kaki Arumi.

"Menurutmu, alasan terbesar Arumi menolak karena apa?"

Melihat Wanhan yang bertanya dengan raut penasaran, Dani pun berusaha menjawab dengan sungguh-sungguh.

"Usia kalian terpaut hampir 6 tahun."

Jawaban menohok itu membuat Wanhan menyeringai.

"Jadi, aku terlalu tua untuk Arumi yang berumur 20-an itu?"

"Lalu, status kalian berbeda."

Wanhan mendengkus. "Memangnya dia binatang? Kami sama-sama manusia."

Dani memandang atasan yang sepertinya menyepelekan masalah latar belakang.

Wanhan melihat sosok Arumi yang berbalik sembari menggenggam ponsel erat, tentunya dia mencegah pintu lift tertutup. Arumi memasuki lift dengan cepat.

"Maaf Pak, tapi saya ingin kembali ke lantai 1."

"Ada apa?" Selagi bertanya, mata Wanhan menyuruh Dani menekan tombol.

Mulut Arumi membisu dengan mata memandang Wanhan cukup lama. Ini masalah pribadi, menurutnya seorang atasan tidak berhak tahu.

Hanya saja, Arumi harus hadir dan kemungkinan izin dari pekerjaan.

"Ibu saya tertabrak motor saat mengantar Luna sekolah."

Mendengar nama keponakan disebut, Wanhan menunjukkan sedikit kecemasan.

"Rumah sakit mana? Aku antar."

Awalnya Arumi tidak ingin bilang, jika mencari kendaraan pasti akan lama. Membiarkan Wanhan mengantar, kemungkinan sampai di sana lebih cepat.

"Rumah sakit Wijaya Kusuma."

***

"Untung saja Luna baik-baik saja."

Luna yang dibicarakan sedang bergelayut pada kaki Arumi, mata menghindari Wanhan yang terus saja melirik.

"Bagaimana bisa Ibu seceroboh ini?" keluh Arumi.

Ibunya menarik napas, kemudian menunjuk kaki yang diperban.

"Cuma luka kecil saja, paling berapa hari juga bisa jalan."

Memang, Arumi bisa bernapas dengan lega karena ibunya tidaklah parah. Mungkin pengendara juga sudah berhati-hati mengingat jalanan dipadati anak sekolah.

Mata ibunya tak bisa lepas dari sosok Wanhan yang tampan.

"Arumi, dia ...."

Wanhan dan Arumi saling melirik.

"Atasan di tempat kerja, kebetulan bertemu di jalan."

Perkenalan yang Arumi berikan tidak sesuai ekspetasi hingga Wanhan menunjukkan raut tidak senang.

"Saya calon suami Arumi."

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
35 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status