Accueil / Romansa / Terjerat Pesona Ibu Anakku / Bab 2. Tawaran Tanpa Batas

Share

Bab 2. Tawaran Tanpa Batas

Auteur: Kaiwen77
last update Dernière mise à jour: 2025-01-26 10:41:28

"Calon ...."

Mata Aisyah memandang Wanhan lekat lagi. Teringat dengan adik dari ayah Luna yang tiba-tiba mengajak ke jenjang pernikahan. Aisyah mulai tersenyum lebar, mengetahui sosok pelamar itu ternyata Wanhan.

Lelaki yang dilihat sekilas pun sudah bisa ditebak berasal dari keluarga kaya.

"Oh ya benar, kamu calon menantu ibu, kan?" Aisyah langsung mengakui Wanhan begitu cepat.

Rasa percaya diri Wanhan yang semula sedikit, kini menggunung karena Aisyah sepertinya memberikan lampu hijau.

Mata Arumi memandang tidak percaya ke arah ibunya yang malah menerima Wanhan. Padahal dulu sewaktu Luna hadir dan mengacaukan hidupnya, Aisyah orang pertama yang membenci Valdi dan keluarganya.

"Benar, Ibu mertua," sahut Wanhan sembari tersenyum.

"Saya ingin bicara dengan Bapak."

Belum juga kepala Wanhan menoleh, tangan sudah ditarik oleh Arumi keluar ruangan. Wanhan sama sekali tidak menolak perbuatan mendadak dari Arumi.

Meski, biasanya Wanhan sangat tidak suka disentuh oleh wanita. Berhadapan dengan Arumi, sepertinya Wanhan rela.

"Nek," sebut Luna pelan. "Paman itu siapanya bunda?"

Aisyah langsung tersenyum lebar.

"Apa maksud Bapak mengakui saya sebagai calon istri? Bahkan di hadapan Luna dan ibu saya."

Di depan ruangan rawat, Arumi mempertanyakan dengan suara yang pelan. Takut pasien di ruangan lain terganggu.

Wanhan menatap Arumi yang nampak tidak senang.

"Bukankah kita akan segera menikah?"

"Saya tidak pernah bilang ingin menikah dengan Bapak."

"Tapi, sepertinya ibu kamu sudah setuju," ujar Wanhan dengan penuh percaya diri.

Arumi menarik napas. Sebenarnya, penolakan seperti apa lagi yang harus ia lakukan supaya Wanhan menyerah.

Mata Arumi memandang perawat yang masuk dengan biasa saja. Namun, menyadari perawat itu bicara dengan ibunya. Arumi langsung masuk ke ruangan dengan terburu.

"Katanya ibu mau pindah ruangan, Arumi," ujar Aisyah saat berhadapan dengannya.

Dahi Arumi mengerut. "Kenapa harus pindah? Apa Ibu saya ada penyakit atau bagaimana?"

Perawat menatap pada Wanhan.

"Bapak ini meminta Ibu Aisyah dipindahkan ke ruangan lain."

Arumi langsung menoleh pada Wanhan yang malah mendekati ibunya. Membantu perawat memindahkan Aisyah untuk duduk di kursi roda.

"Aku tidak suka keramaian."

Itulah yang Wanhan katakan saat Aisyah sudah dipindahkan ke kamar inap VIP, di mana hanya ada ibunya seorang pasien di ruangan ini.

Arumi memandang Wanhan yang duduk santai di sofa tunggu.

"Kalau memang Bapak tidak suka keramaian, kenapa tidak pulang saja?" celetuknya.

"Arumi, jangan begitu dengan calon suami sendiri," komen ibunya.

Arumi melirik Aisyah yang sedang memandang sekeliling ruangan sembari tersenyum. Perhatiannya mulai tertuju pada Luna yang perlahan mendekati Wanhan.

"Ayah?"

Wanhan tertegun dengan Luna yang tiba-tiba memanggil demikian. Namun, bibir mengulas senyum dan tangan terulur untuk menggapai Luna.

"Kemarilah! Anak ayah."

***

"Buka hatimu, Arumi. Wanhan itu pria yang baik."

Arumi memandang ibunya yang selesai minum obat. Wanhan telah pergi sejak siang tadi, hanya menyisakan Arumi, Luna dan ibunya di ruangan ini.

Hingga pukul 7 malam, Arumi dan ibunya masih mendebatkan hal yang sama. Sebab, Arumi belum mau menerima Wanhan.

"Bukan hanya baik, dia juga dari keluarga kaya," sambung ibunya.

"Yang Ibu pikirkan bukan sifatnya, kan? Tapi, hartanya."

Aisyah menarik napas. "Ibu tidak munafik. Dengan kamu bersama pria kaya, hidup kamu akan lebih baik. Setidaknya kamu tidak akan menderita seperti ibu."

"Tapi, aku tidak merasa menderita hidup di tangan Ibu."

Aisyah meraih tangannya. "Kamu tidak mengerti, Arumi. Demi kamu dan kakakmu, ibu baru bisa bertahan dengan ayahmu."

"Tanpa kalian berdua, ibu juga mungkin akan memilih pria kaya di luar sana."

Apakah harta adalah hal utama yang menciptakan kebahagiaan?

"Tapi, Bu. Status kami yang berbeda, tentu akan jadi permasalahan. Baik antar keluarga mau pun orang sekitar."

Aisyah membisu sejenak mendengar penuturan Arumi.

"Lalu, kapan kamu mau menikah?"

Arumi menundukkan kepala. "Jarang lelaki yang memandang ibu satu anak tanpa adanya pernikahan sebelumnya, Bu."

"Luna ...."

Aisyah langsung berhenti bicara, ketika Luna yang semula menonton televisi mulai menoleh. Lantas, dengan ceria berjalan ke arah Arumi.

"Bunda."

Luna memeluk kakinya yang duduk di sebelah ibunya. Arumi mengelus kepala keponakan yang sudah ia anggap anak sendiri.

"Kenapa, Sayang?"

"Ayah kapan ke sini lagi?"

Pertanyaan Luna membungkam bibir Arumi.

Luna menaiki tubuh Arumi dan langsung dibantu olehnya. Sesekali Luna mengayunkan kedua kaki dengan ceria.

"Akhirnya Luna punya ayah juga."

Mata Arumi berkaca, sedari dulu Luna kerap menangis mencari keberadaan seorang ayah. Tapi, Arumi tidak bisa membayangkan seberapa kecewanya Luna kelak, jika tahu kalau Wanhan mau pun dirinya bukan orang tua kandung.

Sementara itu, di kediaman Wanhan.

Duduk Wanhan di kursi balkon, menikmati angin malam yang menerpa wajah. Dia mengambil segelas alkohol, menggoyangkan sejenak tanpa berniat meneguknya.

"Bagaimana pun caranya, aku harus dapatkan Luna."

Ekspresi Wanhan berubah suram.

"Rasa bersalah ini harus ditebus, dengan Luna ada di sisiku mungkin aku bisa tidur nyenyak."

Wanhan meneguk habis alkohol di tangan. Dia baru bisa tidur setelah dibuat mabuk oleh minuman ini.

Ponsel yang berbunyi menyita perhatian Wanhan. Amat malas dia berdiri dari duduk, tujuannya memeriksa si penelpon yang kemungkinan sekretaris atau kolega bisnis.

"Nomor baru."

Wanhan menggumamkan nomor yang tidak dia simpan ini. Rasa malas semakin menjalar hingga Wanhan hanya mendiamkan dan telepon tidak terjawab.

"Orang tidak ...."

Mulut Wanhan berhenti bicara, padahal dia mengira hanya orang tidak berkepentingan. Ternyata pesan masuk setelah telepon tidak dijawab.

"Saya Arumi, apakah tawaran Bapak masih berlaku?"

Tanpa basa-basi, Wanhan langsung menghubungi nomor yang mengaku bernama Arumi ini.

"Halo Pak Wanhan--"

"Kamu di mana?"

Wanhan langsung memotong pembicaraan sembari mengambil kunci mobil dan berjalan cepat, tepatnya setelah dia mendengar suara Arumi di telepon.

"Saya masih di rumah sakit."

"Tunggu aku di luar gedung."

Belum sempat Arumi menjawab, Wanhan sudah lebih dulu mematikan sambungan telepon. Dia bergegas menuju rumah sakit tempat ibu Arumi dirawat.

Mengendarai mobil dengan cepat, Wanhan hanya butuh 15 menit untuk sampai di sana. Tanpa parkir, Wanhan keluar dari mobil dan menghampiri Arumi yang sudah bisa dilihat dari jauh.

"Pak Wanhan," sebut Arumi.

Mata Arumi terbelalak kaget ketika tubuhnya direngkuh oleh Wanhan.

"Tawaran itu tidak ada batas kadaluarsa," ujar Wanhan.

Namun, Arumi dibuat heran dengan mobil polisi yang berhenti di jalan dan nampak menghampiri mobil milik Wanhan. Dua polisi itu mencari keberadaan Wanhan selaku pemilik kendaraan.

"Pak, apa Anda terlibat kecelakaan?"

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 35. Sebuah Penjelasan

    Wanhan memandang mata Anggara dengan sedikit terkejut. "Maksud Kakek apa?"Anggara menghela napas kesal. "Kakek melihat dengan mata kepala sendiri! Arumi membicarakan kandungannya dengan lelaki lain."Wanhan mengernyitkan dahi. "Apakah dia tinggi dan pakaiannya kemeja motif?"Seingat Wanhan, lelaki yang sok baik dan akrab dengan Arumi hanya Rehan seorang. "Bagaimana kamu bisa tahu?" Anggara terlihat kaget karena cucu sendiri malah tahu.Helaan napas Wanhan pun terdengar berat. Sudah dia duga, kalau hanya Rehan yang dekat dengan Arumi. Sementara Anggara justru terlihat makin marah."Kamu kenal lelaki itu, tapi kamu malah diam saja dan merelakan Arumi!"Wanhan hanya diam saja. Sekali pun tangan dia mengepal karena kesal, mendengar ada yang tahu soal kehamilan Arumi selain keluarga. Terlebih orangnya lelaki yang menyukai istri dia."Berhubung Kakek baik saja dan ditangani dokter, aku akan kembali pulang," Wanhan langsung pamit.Anggara kaget mendengar omongan dari cucu kesayangan."Eh!

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 34. Anak Lelaki Lain

    "Jadi, Luna dijemput oleh kak Airin dan diajak pergi?"Setelah suasana tenang, Arumi duduk di ruang tengah dengan Luna di pelukannya. Wanhan yang duduk di depan mereka berdua mengangguk pelan.Arumi memandang sembari mengusap kepala Luna dengan lembut. "Luna dipaksa atau ikut sendiri?""Ikut sendiri," sahut Luna sembari bersembunyi di tubuhnya."Maaf ya, Bunda."Jemari Arumi masih mengusap. "Tidak apa. Tapi, lain kali harus tunggu bibi atau paman sopir kalau mau ikut sama tante, ya."Kepala Luna mengangguk pelan. Wanhan memandang padanya yang bisa dengan tenang saat bicara. "Ayah sudah minta maaf sama Luna? Begitu pun sebaliknya.""Sudah," sahut Luna dan Wanhan hampir bersamaan.Pandangan Arumi dan Wanhan saling bertemu. Menurutnya Airin berhak jika ingin bertemu dengan Luna, toh wanita itu ibu kandung dari Luna. Bedanya Airin pasti ada tujuan tertentu sampai menemui Luna, seperti halnya menginginkan uang lebih banyak. Arumi paham kenapa Wanhan bisa sampai marah."Nah, sekarang Lun

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 33. Wanhan Marah

    Matahari yang mulai bersiap untuk tenggelam satu jam lagi, terlihat Arumi memasuki mobil milik Wanhan yang terparkir cukup jauh dari kantor.Namun, Arumi merasa ada yang tidak beres dengan suaminya. Biarpun Wanhan mulai mengemudikan mobil, suaminya ini terlihat diam membisu dengan raut wajah yang menahan amarah."Ada apa, Mas? Apa di kantor sedang ada masalah?" Arumi langsung bertanya.Wanhan menoleh. "Tidak ada."Jawaban singkat dan raut wajah yang masih belum berubah membuat Arumi yakin, kalau suaminya ini sedang kesal."Apa aku yang buat masalah?""Kamu tidak buat masalah apa pun."Arumi jadi heran. "Kalau bukan masalah di kantor, bukan karena aku juga. Terus kenapa Mas kelihatan kesal begini?"Wanhan pun melirik wajah sendiri di spion. Memang kemarahan dia tidak bisa disembunyikan. Wanhan menarik napas dan berusaha untuk menenangkan diri."Aku tidak kesal atau marah kok, Arumi."Kepala Arumi mengangguk. "Baiklah."Meski penasaran, tapi Arumi tidak mungkin terus mendesak Wanhan unt

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 32. Luna Hilang

    "Ya?" Wanita tersebut berusaha mencerna ucapan dari Wanhan. "Maksud Bapak, Arumi bersuami dan sudah menikah?" Kepala Wanhan mengangguk membenarkan. Pandangan wanita tersebut tertuju pada Wanhan dengan pemikiran yang buruk. "Arumi sedang mengandung dan sudah bersuami, lalu Bapak masih mendekatinya?" Wanita tersebut bertanya dengan hati-hati. "Itu anakku." Pengakuan itu berhasil membuat ketua divisi Arumi menahan napas sejenak. Merasa dugaan yang buruk ternyata benar adanya. Arumi wanita yang murahan. Sudah tahu bersuami, tapi masih berselingkuh dengan atasan sendiri di kantor. Melihat karyawan dia yang hanya diam, tak memberikan reaksi terkejut membuat Wanhan berbicara lagi. "Sepertinya kamu masih belum paham ya." "Soal apa, Pak?" Wanhan menarik napas. "Aku suami Arumi itu, jadi sangat wajar kalau aku yang menghamilinya." Begitu mendengar pengakuan lagi, wanita tersebut barulah membulatkan mata dengan menunjukkan raut wajah yang terkejut luar biasa. Bahkan tangan sempa

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 31. Wanita Bersuami

    "Bapak sudah tidak waras, ya?"Datang-datang Dani langsung mengeluhkan kelakuan Wanhan. Sampai Wanhan yang semula sibuk bekerja, terpaksa mengalihkan pandangan pada sang sekretaris."Kamu punya adab, kan? Sekali pun pintu terbuka, kamu wajib mengetuknya dahulu," protes Wanhan.Bukannya mendengarkan dan intropeksi, Dani justru menghela napas kemudian mengeluarkan ponsel."Bapak minta saya untuk bertemu lagi dengan kakaknya Arumi dan memberinya uang.""Bagaimana mungkin saya ingat untuk mengetuk pintu?"Wanhan sepenuhnya berhenti dari kegiatan dia membuka halaman demi halaman dokumen. "Aku hanya menyuruh kamu seperti biasanya, kenapa masih saja mengeluh?"Dani langsung menarik napas panjang. "Masalahnya, uang yang Bapak berikan itu besar. Hampir 200 juta, sebenarnya apa yang sudah dia lakukan sampai Bapak seloyal ini?" keluh Dani panjang lebar.Mulut Wanhan membisu sejenak. Dia tatap sekretaris yang mungkin seharusnya tahu."Dia sudah tahu soal hubunganku dengan kak Valdi," sahut Wanh

  • Terjerat Pesona Ibu Anakku   Bab 30. Ketahuan

    "Kalau bukan perumpamaan, sudah saya tambah beras supaya tidak jadi bubur," sahut Dani membuat Wanhan melirik. "Oh ya, hari ini jangan lupa ada jadwal makan dengan pak Anggara." Dani tiba-tiba saja mengingatkan hal yang ingin Wanhan lupakan. Wanhan menarik napas kesal. "Kenapa kamu harus mengatakannya sekarang sih?" Dani mengerutkan dahi, melihat atasan yang malah marah diingatkan. "Kalau saya tidak bicara sekarang, saat Bapak sibuk justru lebih tidak mendengarkan." Lirikan Wanhan menjadi tajam. Sekretaris dia benar-benar butuh pendamping yang memikat hati pria lain sekali pun hanya diam, supaya Dani ikut merasakan seperti apa kesalnya hati dia. ** Wanhan makan malam bersama sang kakek dengan mulut membisu, kalau ditanya baru sesekali jawab. "Sebenarnya kamu kenapa sih? Seperti wanita yang lagi haid saja," sindir Anggara saking herannya. Wanhan melirik sejenak, kemudian meletakkan alat makan karena sudah selesai. "Aku sedang sibuk-sibuknya di kantor, Kakek malah m

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status