Share

Giliran Papa yang Harus Mandi

Penulis: THANISA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-19 09:24:57

Pagi datang dengan aroma sabun dari kamar mandi yang masih mengalir. Elera sedang mandi setelah semalaman menangani operasi rumit yang menghabiskan energi dan waktu. Rumah masih terasa tenang, suara gemercik air berpadu dengan nyanyian lirih burung dari taman belakang.

Di ruang tengah, Leon sedang duduk di sofa dengan tubuh sedikit membungkuk ke depan, menggenggam Alvario dengan dua tangan seolah-olah sedang memegang benda paling rapuh sekaligus paling berharga di dunia.

“Jangan gerak mendadak ya… pelan-pelan aja….” bisiknya, padahal Alva hanya sedang mendongak menatap lampu gantung di atas mereka, dengan ekspresi penasaran khas bayi.

Alva sudah bisa duduk, tapi Leon masih belum pulih dari keterkejutan semalam—saat anaknya tiba-tiba duduk sendiri dan menatapnya dengan senyum tanpa dosa.

“Apa kau juga akan mulai merangkak hari ini?” gumamnya serius, seperti sedang menyusun rencana darurat.

Langkah kaki terdengar mendekat. Bibi Mara muncul dari arah dapur, tangannya masih memegang lap d
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Di Balik Bayangan Sang Raja

    Rumah keluarga Santiago kembali tenang… di permukaan.Alva sudah mulai kembali ceria, meski bekas lukanya belum sepenuhnya hilang. Maya dan Kai bergantian datang, memastikan bocah kecil itu selalu punya teman. Bahkan Kai sempat bermain catur strategi dengan Alva dan—tentu saja—kalah telak. Lagi.“Anak ini… jenius,” gumam Kai sambil meratap, membuat Maya tergelak dan Alva tertawa penuh kemenangan.Sementara itu, Elera mencoba mengalihkan pikirannya dengan bekerja. Ia kembali ke rumah sakit dengan jadwal padat, menghabiskan waktunya di ruang operasi dan menghindari terlalu banyak interaksi sosial. Luka akibat pengkhianatan Celeste memang perlahan sembuh, tapi belum hilang seluruhnya.Dan Leon… mulai bergerak dalam diam.Leon, di ruang rahasia yang hanya diketahui oleh Rafael, Dante, dan beberapa orang terpilih.Di depannya terpampang papan besar berisi benang-benang koneksi—foto, rekaman, laporan keuangan, bahkan potongan berita lama. Tapi satu wajah yang berada di tengah membuat semua

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Jika Kau menyentuh anakku

    Hujan mengguyur pelan sore itu, membawa aroma tanah basah ke dalam udara. Rumah keluarga Santiago tampak hangat seperti biasa, penuh tawa Alva dan obrolan ringan Leon dan Elera yang tengah menikmati waktu bersama.Namun jauh dari sana, badai lain mulai terbentuk.Dan untuk pertama kalinya, ancaman itu mengarah ke hal yang paling disucikan oleh Leon dan Elera—Alva.Di halaman sekolah kecil tempat Alva belajar, seorang wanita asing berdiri tak jauh dari gerbang. Matanya tersembunyi di balik kacamata hitam besar, tubuhnya dilindungi oleh coat mahal. Tangannya menggenggam sesuatu di balik mantel itu—sebuah alat kecil, tipis, hampir seperti pengalih sinyal pelacak.“Cukup satu kali, cukup satu celah…” gumam Celeste pelan, matanya tertuju pada bocah kecil yang sedang bermain di lapangan dengan riangnya.Namun sebelum ia sempat melangkah lebih jauh, sebuah suara berat menghentikannya.“Jangan pikir kami tidak mengawasi setiap langkahmu.”Dante muncul dari balik mobil, langkahnya tenang namun

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Bersatu dalam Kepercayaan

    Ruang kerja Leon biasanya terasa seperti benteng—dingin, rapi, dan penuh ketegasan. Tapi malam itu, ada kehangatan yang perlahan menyusup masuk. Elera berdiri di ambang pintu, mengenakan piyama rumah sederhana yang jatuh lembut di tubuhnya, rambutnya digerai, dan wajahnya tampak lelah, tapi tetap lembut.Leon mendongak saat mendengar langkahnya. Tak ada kata, hanya tatapan yang berbicara lebih banyak daripada ribuan dialog. Ia mengesampingkan tablet di tangannya, lalu bangkit."Sudah larut," ucap Elera akhirnya, suaranya tenang tapi mengandung banyak lapisan. "Tapi aku tahu kau belum tidur. Ada yang ingin kau ceritakan, Leon?"Leon terdiam sejenak, lalu mengangguk perlahan."Aku menemukan sesuatu," katanya sambil menyerahkan tablet yang tadi ia pegang. "Celeste… dia kembali bukan karena perasaan yang belum selesai. Dia punya tujuan. Dan itu... bisa menghancurkan lebih dari sekadar kita."Elera menerima tablet itu dan membaca pelan-pelan. Matanya menyipit saat menelusuri laporan yang d

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Retakan yang Tidak Terlihat

    Pagi itu dimulai dengan sunyi yang berbeda.Rumah keluarga Santiago masih diselimuti kehangatan yang biasa, wangi kopi, suara pelan Alva yang sedang mengatur mainannya, dan dentingan piring dari dapur. Namun di antara semua itu, ada sesuatu yang tak kasatmata menyusup… seperti kabut tipis yang menggantung di udara—nyaris tak terasa, tapi menyiksa bagi mereka yang peka.Elera berdiri di dekat jendela, secangkir teh di tangannya tak berkurang setetes pun. Matanya tak menatap apa pun secara khusus. Tapi pikirannya berputar—tentang Celeste, tentang video yang tampak nyata namun penuh cela, tentang sikap Leon yang semalam terlalu tenang… terlalu ragu.Dan itu cukup untuk melukai. Bukan karena cemburu. Tapi karena keraguan itu datang dari orang yang ia cintai.Leon memasuki ruang tamu, tanpa suara. Seperti biasa, instingnya langsung membaca suasana. Tapi pagi ini… Elera bahkan tidak menoleh.“Sayang…,” katanya perlahan, mendekat.Elera akhirnya menoleh. Senyumnya tipis. Bukan dingin, tapi j

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Diam yang Mengguncang

    Leon tidak langsung mengejar Elera saat wanita itu meninggalkannya di ruang kerja. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama... ia merasa cemas—bukan karena ancaman dari luar, tapi karena kemungkinan Elera meragukannya.Ia menonton ulang video itu. Berkali-kali.Rekaman pendek, suara Celeste yang lembut namun licik. Dan dirinya sendiri—ia duduk di sana, di ruangan itu, entah karena urusan bisnis atau sesuatu yang lain.Ia mencoba mengingat.Itu pertemuan saat dia masih mencoba menyelamatkan cabang bisnis properti yang terguncang. Celeste menawarkan bantuan. Tapi dia menolaknya. Ia yakin ia menolaknya.Tapi rekaman ini—direkam dari sudut tertentu, diedit, dipotong. Tidak ada lanjutan dari kata-kata Leon setelah itu. Tidak ada penjelasan. Tidak ada keseluruhan konteks.Dan yang paling menyakitkan adalah—Elera tidak bertanya.Dia hanya... diam.Leon mengepalkan tangan. Ia merasa dihukum karena sesuatu yang belum sempat dijelaskan.“Aku akan membuktikannya,” gumamnya, pelan. “Aku akan bua

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Bayangan Lama di Tengah Cahaya

    Rumah sakit sore itu terasa lebih sunyi dari biasanya, setidaknya bagi Elera. Mungkin hanya karena lelah. Mungkin hanya karena firasat. Tapi ia tak menyangka, wanita yang kini berdiri di ruang tunggunya akan membawa getaran lama yang asing—dingin dan menusuk.“Selamat sore, Dokter Elera,” ucapnya dengan senyum yang sopan namun tidak tulus. “Aku Celeste.”Elera menyipitkan mata. Nama itu asing, tapi tidak sepenuhnya. Seperti pernah terdengar dari desas-desus yang tak pernah ia cari tahu.“Maaf... kita pernah bertemu?” tanya Elera sopan, meski ada tensi halus di suaranya.Celeste tersenyum. “Belum. Tapi aku... cukup mengenal suamimu. Leon Santiago.”Jantung Elera berhenti sepersekian detik.Celeste melangkah pelan ke arahnya. Wajahnya cantik. Auranya elegan. Dan setiap gerak-geriknya seperti dirancang untuk menusuk, tapi dibungkus dalam keanggunan yang menipu.“Kami dulu akan menikah,” katanya datar, namun cukup keras untuk mengguncang dinding ketenangan yang selalu Elera bangun.Elera

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status