Share

Jejak Dalam Bayang

Penulis: THANISA
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-08 10:25:21

agi itu, Elera bangun lebih awal dari biasanya. Untuk pertama kalinya sejak kejadian tragis itu, dia menyiapkan sarapan sederhana untuk Alva—hanya roti panggang, irisan apel, dan sedikit kehangatan yang belum sempat ia berikan selama berminggu-minggu. Dari jendela dapur, suara kicauan burung dan tawa anak-anak dari taman dekat mansion terdengar seperti melodi pelan yang mengisi kekosongan hatinya.

Sementara itu, Leon sudah berada di ruang kerjanya yang tersembunyi sejak subuh. Pundaknya tegang, matanya terfokus pada layar-layar besar yang memutar ulang rekaman serangan terhadap istri dan anaknya. Dante berdiri di dekat rak, sementara Kai duduk dengan tangan menyilang, menyaksikan sahabat mereka kembali masuk ke mode ‘berburu.’

“Lo yakin kuat ngadepin ini sekarang, Leon?” Kai bertanya pelan. Suaranya datar, tapi sorot matanya penuh kekhawatiran.

“Lo sendiri belum sepenuhnya pulih, bro.”

Leon tak menjawab langsung. Dia hanya menekan jeda pada video, memperbesar bagian saat motor menyere
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Dokter Gila dan Pasien Paling Membandel

    Suasana ruang rawat intensif itu cukup tenang. Suara mesin pemantau detak jantung berdetik pelan, aroma antiseptik masih memenuhi udara. Di kursi sebelah tempat tidur, Elera duduk dengan clipboard di tangan, alisnya mengerut. Maya baru saja keluar, menyerahkan pemeriksaan terakhir kepada Elera.Kai hanya bisa menyeringai tipis dari tempat tidur, meski tubuhnya masih lemah dan luka-lukanya belum sepenuhnya pulih. Namun tatapan Elera yang seperti laser membuat senyumannya perlahan memudar.Elera mengangkat selimut pasien dengan kasar dan mulai memeriksa area bekas operasi. Tangannya terlatih dan tegas, namun tekanan jarinya kadang sengaja lebih keras dari seharusnya."Sakit, ya? Bagus." katanya datar.Kai meringis. "Kau memeriksaku atau menyiksaku, Elera?""Keduanya." jawab Elera tanpa menoleh. "Dan kau pantas mendapatkannya."Dia menulis beberapa catatan, lalu menatap langsung ke wajah Kai."Kau itu bodoh. Gila. Tidak punya insting bertahan hidup. Apa kau tahu berapa banyak pembuluh da

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Akhirnya, Sebuah Suara

    Satu bulan telah berlalu sejak malam penuh kecemasan itu. Luka di tubuh Leon sudah pulih sepenuhnya, namun luka yang menganga di hatinya belum benar-benar sembuh. Meski kesehariannya tampak seperti biasa—memimpin, merancang strategi, dan menyusun langkah balasan—tetapi setiap malam, hatinya tetap tertambat pada satu sosok: Kai.Malam itu, langit di luar mansion begitu tenang. Hujan turun ringan, mengetuk-ngetuk jendela kamar tempat Kai masih terbaring dalam tidur panjangnya.Leon masuk pelan, langkahnya nyaris tak bersuara. Di dalam ruangan, lampu remang membuat suasana terasa lebih intim. Kai masih di sana, seolah tertidur biasa, dengan selimut rapi dan mesin-mesin medis yang menjaganya tetap bernapas.Leon mendekat. Ia menarik kursi, lalu duduk di sisi ranjang, menatap wajah lelaki itu lama—wajah yang dulu begitu cerewet, begitu penuh nyinyiran tajam tapi juga tawa yang tak pernah gagal mencairkan ketegangan. Pelan-pelan, Leon membungkuk, menyandarkan kepala di sisi ranjang, tepat d

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   kakak

    Malam itu turun perlahan di atas mansion Santiago. Langit berwarna ungu tua dengan semburat jingga terakhir tergantung di ujung cakrawala. Di salah satu kamar yang tenang, Elera duduk bersandar di headboard tempat tidur, mengenakan daster hangat sambil menyusui salah satu bayi mereka yang mulai mengantuk. Bayi satunya sudah tertidur di ranjang kecil di sebelah tempat tidur mereka, napasnya teratur dan tenang.Pintu kamar terbuka pelan. Leon masuk dengan langkah berat, seakan beban dunia tergantung di pundaknya. Matanya sembab meski ia mencoba menyembunyikannya, rambutnya sedikit acak-acakan, dan ia masih mengenakan kemeja tanpa dikancingkan penuh, seolah bergegas keluar beberapa jam lalu dan tak sempat merapikan diri.Elera menatapnya pelan. “Sayang… sudah pulang?”Leon tidak menjawab. Ia hanya berjalan menuju ranjang, duduk di tepi, dan menunduk—bahunya turun naik menahan napas yang berat.Elera segera memindahkan si kecil yang sudah mengantuk ke boks, lalu meraih Leon. Ia menggengga

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Gerakan Pertama

    Suasana di kamar Kai masih tenang seperti biasanya, hanya ditemani suara detak alat pemantau dan bisikan lembut angin dari jendela yang sedikit terbuka. Tirai bergoyang pelan, menciptakan bayangan samar di dinding, seolah waktu sendiri tengah menanti.Di sisi ranjang, Rachele duduk dengan tubuh sedikit condong ke depan, dagunya bertumpu pada tangan yang disilangkan di atas lutut. Rambutnya diikat asal, jaket medis dilipat rapi di kursi belakangnya. Sudah berapa lama dia duduk di sana? Entahlah. Tapi setiap kali ada waktu luang—dan kadang bahkan saat seharusnya dia tidak punya waktu—Rachele akan kembali ke ruangan ini.Memandangi Kai."Sudah cukup tidur, Dokter Sok Jenius…" gumamnya pelan. “Kalau kau terus begini, aku yang akan jadi gila.”Jari-jarinya menggenggam ringan tangan Kai yang dingin. Rachele menghela napas dan memejamkan mata sejenak, mencoba mengusir rasa letih dan… takut. Tapi saat ia hampir menarik tangannya kembali, tiba-tiba jari Kai bergerak.Sedikit. Hampir tak kentara

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Waktu untuk Membalas

    Pagi itu di mansion Santiago, udara terasa lebih tenang. Tidak ada lagi suara tangis yang menyesakkan, tak ada langkah tergesa yang menggema di lorong. Namun di balik ketenangan itu, dua pria yang pernah hampir kehilangan segalanya tengah menyusun langkah balasan.Leon duduk tegak di ruang kendali, mengenakan kemeja hitam yang kontras dengan kulitnya yang belum sepenuhnya pulih. Meski tubuhnya masih menyimpan bekas luka, sorot matanya kembali tajam—penuh kendali, penuh rencana.Dante berdiri di sebelahnya, dikelilingi layar-layar besar yang menampilkan data, peta digital, rekaman tersembunyi, dan catatan lama yang telah dibongkar kembali. Tangannya lincah mengetik di atas keyboard, sementara matanya menyisir jejak yang tertinggal dari pergerakan Sergio.“Tiga jalur pengiriman terakhir milik mereka sudah kukaji,” ucap Dante tanpa melepaskan pandangan dari layar. “Dua palsu. Tapi yang satu ini—” ia mengetuk titik merah yang berkedip di peta, “—mengarah ke gudang tempat kau ditahan. Jeja

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Dua Minggu Tanpa Kai

    Sudah lebih dari dua minggu sejak mereka kembali ke mansion Santiago.Leon kini pulih hampir sepenuhnya. Bekas luka di tubuhnya masih membekas, tapi jiwanya telah bangkit. Tak ada waktu untuk terbaring lebih lama. Setiap malam ia berdiri di ruang kendali bersama Dante dan Rafael, memeriksa rekaman, melacak jejak, menyusun ulang peta kekuatan, mencari titik kelemahan musuh.“Tak mungkin Sergio bergerak sendiri. Ada jaringan baru di bawah tanah yang kita belum tahu,” gumam Leon saat berdiri di depan papan besar penuh peta dan kabel penghubung antar-foto.Rafael mengangguk. “Kemungkinan mereka menyusup ke salah satu jalur lama yang dulu sempat ditutup ayahmu. Aku akan ke medan. Cek langsung.”Leon mengangguk pelan. “Hati-hati.”Namun tak peduli seberapa dalam dia menyelam ke perang rahasia ini, tak peduli seberapa sering dia mengulang-ulang briefing dan menggeledah dokumen lama...Satu hal tetap mengganggu pikirannya.Kai. Masih belum bangun.Setiap malam, Leon menyempatkan diri masuk ke

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status