Share

Luka yang Dibuka Kembali

Author: THANISA
last update Last Updated: 2025-05-16 09:42:28

Leon berdiri lama di ambang pintu kamar, memandangi Elera yang sedang tertidur dengan damai. Lampu tidur menyinari wajah istrinya yang tenang, tapi Leon tahu... ketenangan itu mudah pecah. Kabar yang ia terima tadi bukan sesuatu yang bisa ditunda. Dia ingin melindunginya, tapi juga tak mau menyembunyikan kebenaran.

Dengan hati-hati, ia duduk di sisi ranjang dan menyentuh pelan bahu Elera.

"Elera… sayang."

Elera menggeliat pelan, membuka mata. "Hm? Leon...? Sudah selesai kerja?" gumamnya mengantuk.

Leon mengangguk pelan. "Aku perlu bicara. Ini... penting."

Mata Elera langsung terbuka sepenuhnya. Dia duduk, wajahnya berubah tegang.

Leon menatap matanya, dan menghela napas berat sebelum berkata, "Aku tahu siapa yang menabrakmu waktu itu. Yang... menyebabkan kita kehilangan calon anak kita."

Elera membeku. Suasana mendadak hening, waktu seolah melambat. Napasnya terasa tertahan, dan wajahnya pucat seketika.

"Apa... itu bukan kecelakaan?" tanyanya nyaris berbisik.

Leon menggeleng. "Tidak.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Presiden Dinosaurus dan Janji yang Tak Tergantikan

    Udara malam mulai terasa lebih sejuk ketika Elera dan Leon masih duduk di teras belakang mansion, menikmati ketenangan setelah hari yang penuh tawa. Di pangkuan Leon, Alva masih tertidur lelap, meskipun tubuh mungilnya sesekali bergerak gelisah.“Kalau bisa aku bekukan waktu,” bisik Leon pelan, “aku ingin saat ini bertahan selamanya.”Elera menoleh pelan, menatap wajah suaminya yang sedang menatap anak mereka. Wajah sang mantan raja bisnis abu-abu itu terlihat damai, nyaris polos. “Kau sudah melindungi terlalu banyak hal, Leon. Sudah saatnya kau juga menikmati hasilnya.”“Kau, Alva… kalian hasil terbaik dalam hidupku.”Belum sempat Elera membalas, suara lirih keluar dari mulut Alva yang masih terpejam.“Jangan lupakan suara rakyat… presiden dinosaurus harus kasih es krim gratis tiap hari…”Elera menahan tawa, Leon mengangkat alis sambil menahan diri agar tak tertawa terbahak. “Dia kampanye dalam mimpi?”“Sepertinya dia sedang menyusun kabinet impian,” gumam Elera geli. “Semoga Rafael

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Simfoni dalam Diam

    Langit sore perlahan memudar ke jingga keemasan saat mobil hitam mengantar Elera, Alva, dan Rafael kembali ke mansion. Alva tertidur dengan senyum di wajahnya, kepalanya bersandar pada lengan Elera, bibir mungilnya masih menggumam kata-kata tentang “operasi serangan rahasia” dan “komandan Rafael.”Elera membelai rambut putranya dengan lembut. Hari ini... terasa seperti mimpi yang dijemput paksa dari kenyataan. Jauh dari luka. Jauh dari rasa bersalah. Sejenak, dia hanyut dalam keheningan indah itu.Namun saat mereka tiba di mansion—dengan lampu-lampu taman mulai menyala perlahan—Elera melihat siluet Leon berdiri di balkon lantai atas. Matanya menatap lurus ke arah mobil mereka, tubuhnya tegak namun bayangan di wajahnya... tidak tenang.Seolah dunia lain telah mulai menagih kehadirannya kembali.~~~Leon berdiri membelakangi jendela besar, memandangi kegelapan luar. Hanya segelas bourbon yang belum tersentuh di meja kayu di depannya. Dante muncul dari lorong gelap, tanpa suara.“Dia sud

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Langkah Pertama Sang Singa

    Pagi itu dimulai dengan aroma kopi dan roti panggang dari dapur mansion Santiago.Alva sudah bangun lebih dulu dan berseru dari ruang makan, “Mamaaa, Papa, cepat! Alva sudah bikin misi pagi ini!”Elera muncul dari kamar masih dengan piyama panjang dan rambut dikuncir asal, sementara Leon—meski baru selesai mandi—masih menyibak dasi yang belum sempat dipasang.“Jadi hari ini kita dipanggil oleh Jenderal lagi?” gumam Leon, setengah tertawa.Alva berdiri di kursinya, menunjuk ke kertas gambar besar penuh coretan warna-warni dan sketsa yang bisa jadi markas militer, atau mungkin taman bermain versi perang.“Misi hari ini… menyusup ke halaman belakang dan rebut gudang permen! Rafael yang jaga!”Rafael, yang baru masuk membawa tablet laporan keamanan pagi, hanya bisa tertawa lemas. “Tuan muda, saya minta izin cuti dari posisi penjaga gudang hari ini…”Leon menyambar kopi sambil mengangguk puas. “Kamu jangan macam-macam, Raf. Kalau kalah dari bocah umur empat tahun lagi, malu kita satu mansi

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Luka yang Dibuka Kembali

    Leon berdiri lama di ambang pintu kamar, memandangi Elera yang sedang tertidur dengan damai. Lampu tidur menyinari wajah istrinya yang tenang, tapi Leon tahu... ketenangan itu mudah pecah. Kabar yang ia terima tadi bukan sesuatu yang bisa ditunda. Dia ingin melindunginya, tapi juga tak mau menyembunyikan kebenaran.Dengan hati-hati, ia duduk di sisi ranjang dan menyentuh pelan bahu Elera."Elera… sayang."Elera menggeliat pelan, membuka mata. "Hm? Leon...? Sudah selesai kerja?" gumamnya mengantuk.Leon mengangguk pelan. "Aku perlu bicara. Ini... penting."Mata Elera langsung terbuka sepenuhnya. Dia duduk, wajahnya berubah tegang.Leon menatap matanya, dan menghela napas berat sebelum berkata, "Aku tahu siapa yang menabrakmu waktu itu. Yang... menyebabkan kita kehilangan calon anak kita."Elera membeku. Suasana mendadak hening, waktu seolah melambat. Napasnya terasa tertahan, dan wajahnya pucat seketika."Apa... itu bukan kecelakaan?" tanyanya nyaris berbisik.Leon menggeleng. "Tidak.

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Tarian Mini dan Puja-Puji untuk Ibu Alva

    etelah kegiatan masak selesai dan ruangan dirapikan, aula preschool kembali semarak dengan keramaian. Para guru mengarahkan anak-anak ke panggung kecil yang dihias penuh warna—balon, pita, dan ornamen karton membentuk latar ceria dengan tulisan besar:"Hari Keceriaan Bersama Orang Tua!"Elera duduk di deretan kursi yang disiapkan untuk para orang tua, kali ini bersama para ibu yang tak bisa menyembunyikan rasa penasaran sekaligus kagum padanya.“Oh my God, itu suamimu tadi yang masak pizza? Gila… dia kayak model iklan parfum, tapi berlumuran keju,” bisik salah satu ibu, membuat yang lain terkikik.Elera tersenyum sopan. “Iya, dia semangat banget kalau soal waktu sama Alva… walau bajunya jadi korban.”“Dan kamu... duh, kelihatan banget bukan ibu biasa. Sorry ya, kamu tuh kayak keluar langsung dari majalah.”“Benar! Elegan, tapi hangat. Dan Alva… anakmu tuh paling vokal di kelas, pinter banget. Kami semua sampai penasaran, siapa sih mamanya anak itu. Ternyata ya kamu!”Elera menahan sen

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Misi Rahasia Sang Komandan

    Pagi itu, matahari baru saja naik, dan burung-burung belum sempat bernyanyi ketika rumah Santiago sudah lebih dulu digemparkan oleh suara seorang bocah kecil yang bersemangat.“Mamaaa, Papaaa! Bangun dong! Hari ini ada acara penting banget di sekolah!” seru Alva dari balik pintu, sambil mengetuk-ngetuk dengan semangat, tangan mungilnya memegang celemek kecil bergambar dinosaurus dan spatula mainan.Leon membuka mata pelan, masih dalam dekapan Elera. “Dengar itu?”Elera mendesah pelan, bibirnya tersenyum tipis. “Komandan kecil kita sedang bersiap ke medan perang.”Tak sampai semenit, pintu kamar terbuka lebar dan Alva muncul, matanya berbinar penuh antusias.“Mama, Papa, hari ini Alva mau masak di sekolah! Katanya bikin kue, terus kuenya bisa... ngembang kayak meletus gitu! Keren, kan?” ujarnya sambil melompat kecil.Leon mengerutkan kening pura-pura khawatir. “Meletus? Wah, itu bahaya nggak, ya?”“Bukan meletus beneran, Pa... ngembang aja kok! Tapi kayak bom kecil, gitu loh...” Alva m

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Pertemuan di Bayangan, Perang di Rumah

    Malam itu, Leon dan Elera bertemu di tempat yang tak asing—gudang tua yang sudah lama menjadi titik temu rahasia dunia abu-abu.Di dalamnya, sudah menunggu seorang wanita dengan jas panjang hitam dan mata setajam pisau. Rambut pendeknya mencuat dari balik topi, wajahnya separuh tertutup scarf.“Leon Santiago,” ucap wanita itu. “Dan kau membawa istrimu. Hebat… kau benar-benar berubah.”Leon tidak menjawab. Elera menatap tajam. “Kami tidak datang untuk basa-basi. Siapa yang mencoba menyentuh keluarga kami?”Wanita itu menyeringai. “Seseorang dari masa lalu. Tapi bukan milikmu saja, Leon. Juga milik keluarga Serrano.”Elera langsung menegang. “Sergio?”“Belum tentu,” jawab wanita itu. “Tapi seseorang yang tahu luka-luka lamamu. Dan dia tidak menyerang dari depan. Dia menyerang dari dalam.”Leon menatap wanita itu lurus-lurus. “Berikan kami nama.”Sang informan hanya mengangkat bahu. “Nama... belum. Tapi jejak. Aku bisa bantu kalian kejar jejak itu.”Leon mengangguk. “Mulai sekarang, kau

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Jalan Abu-Abu

    Lampu kamar belum dimatikan saat Leon berdiri di balkon kamar mereka, mengenakan kaus hitam polos dan celana longgar. Hanya suara lembut angin malam dan debur pelan ombak buatan dari kolam di halaman yang terdengar.Elera keluar dari kamar mandi, rambutnya basah dan berantakan, mengenakan piyama santai. Dia memandang punggung Leon yang menghadap luar, tubuhnya tampak tegak… tapi napasnya berat.“Leon,” panggilnya pelan.Tanpa menoleh, Leon mengangkat tangannya, seolah mengundang Elera untuk mendekat.“Kadang aku berpikir,” katanya tanpa basa-basi, “bagaimana hidup kita kalau sejak awal aku bukan siapa-siapa. Bukan anak dari sistem yang busuk. Bukan pewaris jalur abu-abu. Mungkin… kamu nggak perlu kehilangan apa-apa.”Elera berdiri di sisinya sekarang, memandang wajah suaminya dari samping. Mata itu tampak jauh—penuh pertarungan batin.“Waktu kamu jatuh dan hampir kehilangan nyawamu di tangan orang-orang itu, aku sadar… aku nggak akan pernah bisa keluar dari semua ini dengan bersih. Ta

  • Terjerat Pesona Mafia, Aku Tawanan Cintanya   Di Antara Rahasia dan Pelindung Bayangan

    Malam itu, Elera duduk di meja kerja kecil di kamar mereka. Semua sudah tenang. Alva sudah tertidur pulas dengan boneka prajurit kecilnya, Rafael pun berjaga di lantai bawah.Namun, tidak dengan pikirannya. Ia memandangi layar ponselnya. Pesan terakhir dari Leon hanya singkat.“Ada rapat mendadak. Jangan tunggu.”Tapi Elera bukan wanita biasa yang bisa diam.Tangannya dengan cepat membuka folder dokumen digital rumah sakit. Sebuah akses tak biasa dilaporkan di bagian data pribadi pasien VIP sore tadi. Mata Elera menyipit. Nama pasien yang coba diakses?Dirinya.Jantungnya berdetak cepat. Tak ada yang berhak membuka itu selain dia, Kai, atau Leon. Tapi IP yang tercatat... bukan dari internal rumah sakit.Elera menekan tombol panggilan cepat. “Kai, bisa ke rumah sekarang?”Kai hanya menjawab, “Lima belas menit.”Lima belas menit kemudian...Kai berdiri di ruang keluarga, masih dengan hoodie dan celana olahraga.“Ini... bukan hal kecil,” ucapnya sambil melihat layar ponsel Elera. “Seseor

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status