Home / Romansa / Terjerat Pesona Mama Temanku / Lanjut permainan di ranjang Sarah

Share

Lanjut permainan di ranjang Sarah

Author: Risya Petrova
last update Last Updated: 2025-08-14 14:39:24

Jarak tubuh Adit dan Sarah kini tak berjeda. Mereka berdua saling menyatu, gerakan perlahan namun penuh intensitas. Selimut bergeser, membungkus mereka dari udara dingin kamar. Adit mengecup lehernya, membuat Sarah menghela napas panjang sambil memejamkan mata.

Waktu seolah melambat. Setiap sentuhan adalah bahasa yang tak membutuhkan kata-kata. Adit memandangi Sarah di sela-sela kemesraan itu, seakan menghafal setiap garis wajahnya. “Kamu itu rumah buat aku,” bisiknya.

Sarah tersenyum tipis, lalu menariknya lagi ke dalam pelukan, kali ini tanpa sisa jarak di antara mereka.

Adit mulai menciumi seluruh wajah Sarah dan tangannya dengan cepat melecuti pakaian wanita yang selalu membuatnya mencandu itu.

Kini Sarah sudah tak terbalut apa pun.

Tubuhnya polos. Kulitnya yang bersih dan selembut sutra selalu menjadi pemandangan yang begitu spesial dan indah untuk Adit. Pemandangan yang mambuat miliknya kini terbangun dan mengembang menjadi lebih besar dan panjang.

Adit membuka kaos yang dikena
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Lanjut permainan di ranjang Sarah

    Jarak tubuh Adit dan Sarah kini tak berjeda. Mereka berdua saling menyatu, gerakan perlahan namun penuh intensitas. Selimut bergeser, membungkus mereka dari udara dingin kamar. Adit mengecup lehernya, membuat Sarah menghela napas panjang sambil memejamkan mata.Waktu seolah melambat. Setiap sentuhan adalah bahasa yang tak membutuhkan kata-kata. Adit memandangi Sarah di sela-sela kemesraan itu, seakan menghafal setiap garis wajahnya. “Kamu itu rumah buat aku,” bisiknya.Sarah tersenyum tipis, lalu menariknya lagi ke dalam pelukan, kali ini tanpa sisa jarak di antara mereka.Adit mulai menciumi seluruh wajah Sarah dan tangannya dengan cepat melecuti pakaian wanita yang selalu membuatnya mencandu itu.Kini Sarah sudah tak terbalut apa pun.Tubuhnya polos. Kulitnya yang bersih dan selembut sutra selalu menjadi pemandangan yang begitu spesial dan indah untuk Adit. Pemandangan yang mambuat miliknya kini terbangun dan mengembang menjadi lebih besar dan panjang. Adit membuka kaos yang dikena

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Permainan di kamar Sarah

    Adit melangkah mantap menuju kamar Sarah. Pelukannya kokoh namun terasa penuh kehati-hatian, seakan takut membuat Sarah kesakitan. Wanita itu masih setengah protes, setengah pasrah, hingga akhirnya ia bersandar di dada Adit, mendengar detak jantungnya yang stabil. Ada kehangatan yang menenangkan, meski percikan kesal tadi belum sepenuhnya padam.Setelah menutup pintu kamar dengan kakinya, Adit perlahan merebahkan Sarah di atas kasur. Ia memastikan bantal berada di posisi nyaman, lalu mundur sedikit, menatap wajah Sarah yang diterangi cahaya lampu meja.“Aku mau jelasin dari awal,” ucap Adit, duduk di tepi ranjang.Sarah hanya mengangguk, jemarinya memainkan ujung selimut. “Oke ... Aku dengerin.”Adit menarik napas panjang. “Tadi di dapur … Bela kayak lagi kambuh. Dia tadi aku temukan sedang mengasah pisau. Katanya dia ingin menghabisi Damar, sekarang ….”Sarah terkesiap mendengarnya. Indera telinganya semakin menyimak.“Dia juga gemetaran, matanya kosong, terus napasnya kayak orang ke

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Malam ini pakai yang 'asli' saja

    “Aku sudah dengar,” potong Sarah cepat. “Aku dengar nggak ada kata-kata, cuma lihat kalian saling peluk. Itu aja udah cukup untuk bikin kepalaku penuh tanya.”Adit menatap Sarah, mencoba membaca emosi di balik nada suaranya. “Bel lagi nggak stabil. Dia … semacam—”“Semacam apa?” Sarah mendesak, nada suaranya meninggi sedikit, meski tetap berusaha terkendali. “Aku empati dengan keadaan Bela. Mangkanya aku ngasih dia pekerjaan ringan yang cuman ngingetin Hardian minum obat, walau aku tau, Hardian udah gede, dia pasti ingat jam minum obatnya sendiri. Pake alarm hapenya.… Aku kasihan sama Bela, mangkanya aku kasih dia kerjaan ini. Tapi aku nggak akan terima kalau kalian berhubungan sangat akrab apa lagi dekat banget kayak tadi. Kamu pasti ngerti kan perasaanku yang tiba-tiba lihat kalian seperti … seperti itu …," sambungnya dengan suara nyaris terbata.Adit menunduk sebentar, mengatur napas. “Bela kambuh, Sarah. Aku cuma berusaha nenangin dia.”“Dengan pelukan?” Sarah mengangkat alis, ma

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Pelukan mesra

    Bela menatap Adit lama, napasnya masih memburu. “Kamu yakin, Dit, balasan itu bakal datang? Aku nggak percaya. Orang yang sudah menghancurkan masa kecil kita akan kena batunya … Akan kena batunya. Karma nggak selalu tepat waktu. Malah kadang … nggak datang sama sekali.” Suaranya pecah di ujung, tapi bukan karena ingin menangis, tapi lebih karena frustrasi yang menekan dadanya.Adit menghela napas pelan. “Bela, kita nggak bisa nyerah cuma karena takut dia lolos. Kita main cerdas, bukan nekat.”Bela menunduk, jemarinya masih menggenggam udara kosong, lalu perlahan menatap pisau di tangan kanan Adit. “Kalau kamu lepasin pisau itu sekarang, aku nggak janji aku nggak akan ngambilnya lagi.”Nada suaranya datar, tapi mata Adit menangkap riak gelap di sana. Tatapan mata yang bercampur amarah, ketakutan, dan dorongan impulsif.Adit melirik pisau yang masih ia pegang, lalu tatapannya jatuh ke asahan di tangan kiri Bela. Kombinasi itu cukup membuat perutnya mengeras. “Bel …,” ucapnya perlahan, s

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Satu langkah lagi

    “Bela, kamu ngapain di sini?” tegur Adit cepat, nada suaranya tegas tapi tak terlalu keras, sambil menyambar pisau besar itu dari tangan Bela. Suara gesekan logam antara pisau dan asahan terhenti mendadak. Tangan Adit terulur cepat, meraih gagang pisau dan memutar pergelangan, memisahkannya dari genggaman Bela. “Tadi aku pikir, Damar atau … ada orang jahat!”"Sini kembaliin pisauku. Kamu datang-datang ya ...," ujar Bela tegas. "Stt ... jangan berisik Bel. Ini sudah tengah malam. Jangan sampai orang rumah lainnya bangun gara-gara suara kamu."“Aku nggak main-main, Dit,” ujar Bela, suaranya datar tapi terbungkus ketegangan dan emosi membara. “Aku … akan menghabisi orang itu.”Adit menatapnya lama, alisnya berkerut. “Orang itu? Siapa maksud kamu?"Bela menelan ludah, matanya menatap kosong sejenak sebelum fokus lagi pada Adit. “Orang yang udah menghancurkan masa kecilku. Masa kecilmu juga.”Kata-kata itu seperti hantaman dingin di dada Adit. “Bela … kamu lagi kambuh, ya? Kamu nggak min

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Suara samar

    Sarah baru saja sampai di lantai atas, tapi tiba-tiba ia mengerutkan wajah, menahan sesuatu yang jelas-jelas bukan sekadar rasa lelah. Sebelah tangannya mencengkeram tongkat penopang, sementara kaki kanannya sedikit tertekuk ke belakang, mencoba mengurangi tekanan.Adit yang berjalan di sebelahnya langsung sigap memegangi lengannya. “Hei, kenapa? Kakinya sakit lagi?” tanyanya cepat, matanya menatap khawatir.Sarah menghela napas, mencoba menahan rasa nyeri itu. “Nggak apa-apa … cuma agak nyut-nyut,” jawabnya, meski jelas dari nada suaranya ia sedang berbohong.Adit menggeleng, nadanya setengah mengomel, padahal aslinya peduli. “Sar, kamu keseringan jalan. Padahal kaki kamu itu masih belum pulih bener. Harusnya istirahat lebih banyak, bukannya keliling naik-turun tangga terus.”Sarah mendesah panjang. “Aku nggak bisa, Dit. Kalau cuma diem di kamar, rasanya … kayak nggak hidup. Aku nggak tahan benar-benar diam.” Ia tersenyum kecil, tapi senyum itu rapuh.Adit menatapnya lama. “Ya, tapi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status