Beranda / Romansa / Terjerat Pesona Mama Temanku / Permainan di ranjang hotel

Share

Permainan di ranjang hotel

Penulis: Risya Petrova
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-10 21:56:42

Adit mengangkat Sarah ke dalam pelukannya, tubuh perempuan itu ringan seolah memang hanya ditakdirkan untuk berada di dalam genggamannya.

Sarah tertawa kecil, lalu menyembunyikan wajahnya di lekukan leher Adit. Aroma parfum dari kulit Adit dan kehangatan tubuhnya membungkus Sarah dengan rasa aman yang sudah lama ia rindukan.

Adit meletakkan Sarah perlahan di atas ranjang, lalu menyusul berbaring di sampingnya. Mereka tak langsung bicara. Hanya menatap satu sama lain dalam diam yang nyaman, tangan saling menggenggam dan wajah hanya berjarak beberapa jari. Tak butuh kata, karena rindu mereka sudah menjelaskan segalanya.

Sarah melingkarkan lengannya di sepanjang leher Adit yang berada di atasnya. Mereka bertatapan dengan penuh makna.

Lalu Adit mendaratkan bibirnya di atas kening Sarah yang licin. Usia Sarah memang terpaut 14 tahun darinya. Namun wajah Sarah seperti teman sebaya. Tanpa kerut-kerutan halus. Dia benar-benar awet muda.

Sarah seperti selalu berendam dengan formalin.

Bibir A
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Gak akan ku biarkan

    "Dia emosi waktu itu, Dit. Aku nggak mau cari pembenaran buat dia, tapi ... mungkin Hardian juga nggak cerita karena dia bingung. Serba salah. Karena walau bagaimana pun, Damar itu papanya kan.”Adit terdiam. Ia mengatupkan rahangnya, menahan amarah yang menggelegak di dadanya. Tapi ia tahu Sarah benar. Di satu sisi, Damar adalah sosok yang semakin membingungkan. Di sisi lain, Hardian tetaplah anak dari pria itu. Posisi Hardian sungguh tidak mudah. Jadi Adit berusaha mengerti.Adit menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. Lalu ia kembali berbaring, menatap Sarah. "Kalau dia ... sampai nyakitin kamu lagi, kamu janji sama aku, kamu langsung kasih tahu aku. Jangan tutupin apa pun, oke?"Sarah menatap Adit lekat. Ada haru yang menggantung di pelupuk matanya. "Aku janji."Adit tersenyum tipis, lalu menarik wajah Sarah mendekat. Mereka kembali berciuman, kali ini lebih pelan, lebih penuh rasa sayang yang mendalam. Tak terburu-buru. Tak tergesa-gesa. Hanya ingin memastikan bahwa satu s

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Permainan di ranjang bagian dua

    Adit memosisikan tubuh Sarah untuk sedikit menungging.Ia pun mengatur posisi yang pas untuk tongkat ajaibnya tenggelam dalam lembah. Sarah kembali mendesah ketika ia merasakan bagian paling rahasia dan pribadi pada tubuhnya itu telah dimasuki sesuatu yang kekar, besar dan panjang. Sampai ia sendiri merasa penuh."Adit ...," pekik Sarah lirih. Suara itu serasa seperti keluar begitu saja tanpa terencana."Apaan sih ...?" sahut Adit dengan suara gemetar. Sembari bermain dengan pinggulnya yang maju mundur, tangan kanan Adit meraih sebelah bukit dari belakang dan meremasnya lembut. Sedangkan tangan kirinya, menepuk-nepuk bokong Sarah yang kecil tapi penuh dan bulat.Beberapa waktu kemudian, setelah semua hasrat dan rindu tuntas mereka bayar dengan pelukan dan ciuman yang penuh kejujuran, Sarah menyandarkan kepalanya di bahu Adit. Jemarinya menggambar lingkaran kecil di dada pria itu, seolah mencari ketenangan dalam gerakan yang berulang.“Aku sayang banget sama kamu,” ucap Adit pada Sara

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Permainan di ranjang hotel

    Adit mengangkat Sarah ke dalam pelukannya, tubuh perempuan itu ringan seolah memang hanya ditakdirkan untuk berada di dalam genggamannya. Sarah tertawa kecil, lalu menyembunyikan wajahnya di lekukan leher Adit. Aroma parfum dari kulit Adit dan kehangatan tubuhnya membungkus Sarah dengan rasa aman yang sudah lama ia rindukan.Adit meletakkan Sarah perlahan di atas ranjang, lalu menyusul berbaring di sampingnya. Mereka tak langsung bicara. Hanya menatap satu sama lain dalam diam yang nyaman, tangan saling menggenggam dan wajah hanya berjarak beberapa jari. Tak butuh kata, karena rindu mereka sudah menjelaskan segalanya.Sarah melingkarkan lengannya di sepanjang leher Adit yang berada di atasnya. Mereka bertatapan dengan penuh makna.Lalu Adit mendaratkan bibirnya di atas kening Sarah yang licin. Usia Sarah memang terpaut 14 tahun darinya. Namun wajah Sarah seperti teman sebaya. Tanpa kerut-kerutan halus. Dia benar-benar awet muda.Sarah seperti selalu berendam dengan formalin. Bibir A

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Ketika pertemuan di kamar 82

    "Kenapa belum ada kabar juga sih, Sarah …," gumam Adit pelan, nyaris seperti keluhan yang ditujukan ke dinding kosong. "Udah hampir dua jam loh. Apa dia kejebak? Apa Damar tahu?" Ia kembali membuka layar ponselnya, menatap kolom percakapan mereka. Pesan terakhir dari Sarah masih tertulis di sana: “Dit, maaf. Aku masih usaha cari celah bisa keluar. Tunggu aku ya, aku pasti datang. Kita janjian di lobi Five Hotel. Jamnya nanti aku kabari lagi.” Adit lalu mengusap wajahnya dengan kedua tangan, bersandar ke dinding. Rasanya seperti sedang menunggu kabar hidup dan mati. Campuran cemas, rindu, dan rasa bersalah berputar-putar dalam dadanya seperti arus pusaran air yang tak pernah memberi ruang untuk napas panjang. Dan saat ia membuka mata lagi, layar ponselnya menyala. Getaran pendek menyertai notifikasi yang muncul di atas layar. Sarah: Sekarang ya Dit. Aku udah pesen kamar incognito. Kamar nomer 82. Kalau kamu duluan yang datang ke sana, bilang saja sama resepsionisnya. Ambil saja

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Five Hotel

    Di ruang tengah, Damar tengah duduk sambil membaca tablet. Tampilannya santai, tapi ekspresinya tidak sepenuhnya lepas. Ia terlihat awas—siaga, seolah tahu kapan pun Sarah bisa membuat langkah berani lagi.Meri masuk dengan langkah ringan, tapi wajahnya dibuat sedikit tegang. Ia berhenti beberapa meter dari tempat Damar duduk.“Mar,” panggilnya pelan. Memanggil santai dan akrab karena memang Meri juga sudah kenal lama dengan suaminya Sarah itu.Damar mengangkat kepala. “Hmm?”“Aku ... aku mau minta tolong. Sarah bisa temenin aku gak? Aku harus ke rumah sakit,” ucap Meri, mencoba terdengar sungguh-sungguh.Damar mengernyit. “Kenapa ke rumah sakit? Kamu sakit?”Meri menggigit bibir bawahnya, lalu menunduk, seolah malu.“Kayaknya aku ... aku hamil.”Damar langsung membeku. Tablet di tangannya ia letakkan perlahan ke meja. Wajahnya sulit dibaca. Antara bingung, kaget, dan sinis.“Kamu ... hamil?” ulang Damar perlahan.Meri mengangguk kecil. “Iya. Aku belum pasti sih. Tapi aku telat cukup

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Alasan kuat

    Sarah melirik jam tangan tipis di pergelangan kirinya. Jarumnya sudah melaju mendekati angka empat. Langit di luar teras mulai meredup. Angin sore bergerak lamban, membawa bau tanah dan sedikit aroma melati dari pot gantung di sudut tiang. Ia menghela napas, lalu mengajak Meri duduk di teras samping rumah. Bangku kayu panjang yang biasa digunakan Damar untuk merokok kini menjadi saksi bisu konspirasi kecil yang sedang dirancang."Mer, duduk sini bentar, yuk," ajak Sarah dengan nada pelan namun tegas.Meri mengikuti. Ia menarik kakinya naik ke bangku, duduk bersila seperti anak kecil. Bahunya menempel pada bahu Sarah. Posisi mereka sangat dekat, seperti dua sahabat yang saling mencari hangat di tengah dinginnya udara."Kamu sadar gak sih," gumam Sarah, memulai, "Kamu tuh kalau mampir ke rumah aku, selalu dadakan. Dan pasti ... selalu minta numpang kamar mandi. Keluar-keluar dari kamar mandi pasti bikin aku kaget.”Meri terkekeh, lalu menyandarkan kepalanya ke pundak Sarah. "Iya ya? Ga

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status