Share

Tidak disangka

Penulis: Risya Petrova
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-07 22:07:24

Ponsel Bela berdering pelan. Ia buru-buru mengeluarkannya dari saku celana dan melihat layar. Membaca nama yang tertera di sana.

"Hardi," gumamnya. Ia menoleh ke arah Sarah dan Adit. "Maaf, aku ke kamar Hardian sebentar ya. Dia minta dibawakan kue dan minum."

Sarah mengangguk sambil tersenyum tipis. "Iya, bawa sekalian jus di kulkas ya."

Bela segera beranjak, meninggalkan Adit dan Sarah berdua di meja makan besar. Suasana menjadi senyap. Hanya terdengar suara detik jam dinding dan deru lembut AC yang menggantung di pojok ruangan.

Sarah menatap Adit yang masih menunduk, kedua tangannya saling menggenggam di atas meja.

"Tadi kalian ngobrol soal apa?" tanyanya pelan. Suaranya tak mengintimidasi, justru terdengar lembut dan sayu.

Adit sempat ragu menjawab. Ia menatap wajah Sarah sebentar, lalu kembali menunduk. Ada pergolakan di dalam dirinya. Antara ketakutan untuk mengungkapkan, dan rasa bersalah karena menyembunyikan sesuatu.

Tatapan Sarah yang teduh, meski tampak menyimpan luka tapi t
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Berawal dari rasa kasihan

    Ponsel Bela kembali bergetar pelan. Getaran halus itu memecah keheningan yang menyelimuti ruang makan. Bela buru-buru melihat layar dan membaca nama di sana."Hardian lagi," gumamnya pelan, sedikit canggung.Sarah dan Adit saling melirik. Ketegangan yang tadi membuncah perlahan mulai turun, tapi masih menggantung di udara."Mungkin dia butuh bantuan," kata Sarah lembut. "Coba kamu cek. Siapa tahu dia mau pindah dari tempat tidur ke kursi roda atau ke kamar mandi."Adit mengangguk setuju. "Iya, Bel. Untuk sekarang kamu fokus dulu ke Hardian, ya? Kamu ke sini kan kerja."Bela menghela napas pendek dan mengangguk. “Iya … aku akan ke atas,” ucapnya sambil membawa ponselnya, lalu berbalik menuju tangga.Langkah-langkah Bela terdengar menaiki anak tangga satu demi satu. Ketika bayangannya menghilang di lantai atas, Adit menoleh ke arah Sarah yang masih berdiri menghadap ke jendela. Ia mendekat perlahan dari belakang. Tanpa suara, kedua lengannya melingkari pinggang Sarah, lalu mengecup bahu

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Tidak disangka

    Ponsel Bela berdering pelan. Ia buru-buru mengeluarkannya dari saku celana dan melihat layar. Membaca nama yang tertera di sana."Hardi," gumamnya. Ia menoleh ke arah Sarah dan Adit. "Maaf, aku ke kamar Hardian sebentar ya. Dia minta dibawakan kue dan minum."Sarah mengangguk sambil tersenyum tipis. "Iya, bawa sekalian jus di kulkas ya."Bela segera beranjak, meninggalkan Adit dan Sarah berdua di meja makan besar. Suasana menjadi senyap. Hanya terdengar suara detik jam dinding dan deru lembut AC yang menggantung di pojok ruangan.Sarah menatap Adit yang masih menunduk, kedua tangannya saling menggenggam di atas meja."Tadi kalian ngobrol soal apa?" tanyanya pelan. Suaranya tak mengintimidasi, justru terdengar lembut dan sayu.Adit sempat ragu menjawab. Ia menatap wajah Sarah sebentar, lalu kembali menunduk. Ada pergolakan di dalam dirinya. Antara ketakutan untuk mengungkapkan, dan rasa bersalah karena menyembunyikan sesuatu.Tatapan Sarah yang teduh, meski tampak menyimpan luka tapi t

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Damar sponsornya?

    Suara khas pria terdengar dari seberang. Hardian mengerutkan dahi, napasnya memburu pelan."Hardian, ini Om Darius."Tubuhnya sontak menegang. Rasa kantuk seketika lenyap, digantikan oleh semburat panas di kepala."Apa-apaan meneleponku, Om?" Suaranya meninggi. "Dari mana tahu nomor aku?""Dari Papamu," jawab Darius dengan nada netral, tapi pelan. “Kenapa kamu marah?”“Aku nggak suka sama Om. Harusnya Om paham kenapa aku nggak suka,” jelas Hardian tanpa basa basi. “Dari mana sih, tau nomer aku ini?” lanjutnya bertanya lagi."Aku minta ke Damar karena ... aku peduli. Aku juga keluarga sekarang. Tadinya aku cuman ingin tau keadaan kamu … Apa kamu sudah lebih baik dan pulih dari pada sebelumnya.”"Keluarga?" Hardian tertawa pahit. "Om jangan ngaco. Aku nggak pernah anggap orang kayak Om itu keluarga!""Hardian ....""Aku jijik! Jijik banget!" seru Hardian. "Kalau pun Papa selingkuh, aku lebih rela dia selingkuh sama perempuan, bukan ... bukan sama laki-laki kayak Om!"Sunyi di seberang.

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Telepon tak dikenal

    Semua orang mengantarkan Hardian ke kamarnya. Suasana mendadak hening, hanya suara roda kursi yang bergesekan dengan lantai marmer yang terdengar. Sarah membuka pintu kamar, dan Damar dengan hati-hati mendorong kursi roda Hardian ke dalam.“Aku pengin tidur lagi,” ucap Hardian pelan setelah mereka selesai membantu memindahkannya ke tempat tidur.Sarah mengusap lembut kepala putranya. “Iya, sayang. Istirahat aja dulu. Mama keluar, ya.”Satu per satu mereka keluar dari kamar, meninggalkan Hardian untuk beristirahat. Bela adalah yang terakhir. Ia mendekat ke sisi tempat tidur dan menatap Hardian dengan tatapan tenang.“Aku udah kirim nomer hapeku, kan?” bisiknya. “Karena sekarang aku adalah asisten pribadi kamu, jadi kalau ada apa-apa atau kamu pengin sesuatu, telepon aku aja. Aku ada di kamarku.”Hardian mengangguk pelan. “Iya, makasih.”Bela pun beranjak pergi dan menutup pintu kamar dengan lembut. Ia berjalan menuju dapur, lalu duduk di meja makan kecil di dekat rak piring, bersama Mb

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Pria yang pernah melecehkan Adit dan Bela saat kecil

    Damar meraih tas jinjing kecil dari jok belakang mobil. Di dalamnya, sudah ada satu stel pakaian bersih yang tadi sempat diberikan Darius sebelum mereka bertemu. Ia mengangguk tanpa banyak bicara, lalu membuka pintu belakang mobil dan masuk ke dalam.Beberapa menit kemudian, ia keluar dengan mengenakan kemeja marun dan celana bahan gelap. Wajahnya sedikit lebih segar meski bayangan letih belum benar-benar hilang."Hari ini Hardian sudah boleh pulang ke rumah," katanya sambil menutup pintu mobil. "Jadi aku harus siap-siap ngurus administrasinya."Darius yang masih duduk di bangku pengemudi tampak ragu. Ia ingin ikut masuk, namun Damar menghentikannya dengan satu kalimat tenang namun tegas."Jangan ikut masuk.""Kenapa?"Damar menatap mata Darius lama. "Kamu tahu alasan pastinya. Hardian belum siap. Bahkan dia masih sulit bicara denganku, seakan masih ada jarak, apalagi kalau sekarang dia liat kamu … kamu pacar pria papanya. Hal itu akan membuatnya sangat kecewa dan hubunganku dengan pu

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Bau bangkai

    Begitu Darius melangkah keluar dari rumah Sarah, cahaya matahari mulai naik. Udara terasa gerah, dan Darius berjalan cepat menuju mobilnya yang terparkir di tepi jalan. Napasnya agak memburu, bukan karena lelah, tapi karena dadanya dipenuhi gelisah. Ia menghela napas panjang sebelum membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.Di saat yang sama, Mbak Wati, pembantu rumah tangga Sarah baru tiba. Perempuan paruh baya itu membawa tas belanja dari pasar. Ketika berpapasan di pagar, Mbak Wati sempat menganggukkan kepala sopan.“Baru pulang, Mas?” sapanya ringan.Darius mengangguk singkat dan memaksa senyum. “Iya, Mbak. Hati-hati, ya.”Tanpa menunggu jawaban, ia menyalakan mesin mobil dan meluncur pergi.***Bergeser ke tempat lain. Di depan kosan tua dua lantai yang sudah akrab dengan suara knalpot motor dan pintu berderit, Adit memarkir motornya dengan terburu-buru. Ia langsung menoleh ke arah pintu kos yang sudah terbuka.“Bela, semuanya udah dikemas? Termasuk obat kamu?” tanyanya setengah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status