Share

Wajah asli Damar

Author: Risya Petrova
last update Huling Na-update: 2025-07-12 22:01:26

Lift terus naik.

Satu … dua … tiga detik terasa seperti menit panjang yang menggantung di ujung tebing.

Sarah menunduk, kedua telapak tangannya dingin. Nafasnya tertahan, dan ia bisa merasakan denyut jantung yang berpacu terlalu kencang. Ia tidak takut jika ketahuan mendua. Tapi yang ia takutkan hanya keselamatan Adit dan juga kekerasan yang akan didapatkannya jika Damar emosi.

Meri berdiri dengan posisi kaku. Biasanya dia bisa menggoda, bercanda, atau setidaknya menyela suasana. Tapi kali ini dia tahu, situasi sudah terlalu genting untuk main-main.

Sedangkan Damar .…

Masih berdiri di tengah, tegak, tapi seluruh tubuhnya seperti memancarkan tekanan. Matanya lurus menatap angka digital lantai di atas pintu lift, tapi pikirannya jelas terfokus pada dua perempuan di sekitarnya.

“Tahu nggak,” suara Damar tiba-tiba terdengar datar, seperti sedang membaca cuaca buruk, “aku punya teman yang kerja di rumah sakit ini.”

Meri langsung menelan ludah.

Sarah hanya menegakkan tubuhnya sedikit.

“Kepa
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Balasan pada Adit

    “Damar … Please … Ini sakit,” ujar Sarah lirih, nyaris berbisik. Air mata mulai menggenang di pelupuk.Damar perlahan melonggarkan cengkeramannya. Tapi sebelum ia melepas Sarah, ia menunduk dan berkata di dekat telinga wanita yang masih berstatus menjadi istrinya itu, “Kita belum selesai. Kamu pikir kamu bisa kabur begitu aja dari aku?”Sarah tidak menjawab. Tapi air matanya jatuh.Bukan karena takut. Tapi karena perasaannya hari ini resmi runtuh. Batas kesabaran dan harga dirinya sudah dipaksa jebol berkali-kali.Meri menarik tubuh Sarah ke belakangnya. Melindungi.Meri yang semula terdiam, akhirnya bergerak maju.“Lepasin dia, Dam!” serunya tegas.Damar menoleh. Pandangannya menusuk.“Ini urusan suami istri. Jangan ikut campur,” katanya datar.Tapi Meri tidak gentar. “Kalau suami istri sehat, gak akan ada istri yang nyari nafas di luar rumah.”Wajah Damar langsung berubah. Sorot matanya menajam.Meri melangkah lebih dekat. “Gue udah temenan sama lu sejak lama ya. Tapi baru sekarang

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Wajah asli Damar

    Lift terus naik.Satu … dua … tiga detik terasa seperti menit panjang yang menggantung di ujung tebing.Sarah menunduk, kedua telapak tangannya dingin. Nafasnya tertahan, dan ia bisa merasakan denyut jantung yang berpacu terlalu kencang. Ia tidak takut jika ketahuan mendua. Tapi yang ia takutkan hanya keselamatan Adit dan juga kekerasan yang akan didapatkannya jika Damar emosi.Meri berdiri dengan posisi kaku. Biasanya dia bisa menggoda, bercanda, atau setidaknya menyela suasana. Tapi kali ini dia tahu, situasi sudah terlalu genting untuk main-main.Sedangkan Damar .…Masih berdiri di tengah, tegak, tapi seluruh tubuhnya seperti memancarkan tekanan. Matanya lurus menatap angka digital lantai di atas pintu lift, tapi pikirannya jelas terfokus pada dua perempuan di sekitarnya.“Tahu nggak,” suara Damar tiba-tiba terdengar datar, seperti sedang membaca cuaca buruk, “aku punya teman yang kerja di rumah sakit ini.”Meri langsung menelan ludah.Sarah hanya menegakkan tubuhnya sedikit.“Kepa

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Tatapan yang membungkam

    Ban mobil Meri berdecit pelan saat ia menghentikan kendaraan di area parkir belakang rumah sakit Medical Centre. Mesin dimatikan tergesa. Kedua perempuan itu langsung turun, sama-sama diliputi kecemasan.Sarah melirik jam di ponsel. “Kira-kira Damar sekarang ada di mana ya, Mer?”“Kalau aku jadi dia sih udah langsung capcus ke bagian poli kandungan,” jawab Meri sambil membetulkan tali tasnya. “Kan aku tadi bilang ke dia kamu lagi nemenin aku ke dokter kandungan. Logikanya sih ya, dia langsung ke sana.”Sarah menggigit bibir, lalu mengangguk cepat. “Ayo, kita ke poli kandungan. Mudah-mudahan Damar belum sampai. Poli kandungan ada di lantai dua kan?”Meri mengangguk. “Iya, ada di sana.”“Mer, kok aku jadi takut Damar udah sampe duluan ya. Masalahnya kalau aku ketahuan bohong. Aku pasti susah lagi cari alasan keluar.”“Tenang aja napa …,” ujar Meri berusaha menenangkan. “Kamu kan kerja. Di sela-sela waktu kerja kan bisa ketemu Adit.”“Tapi Mer … kamu nggak tau gimana Damar sebenarnya,” u

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Bahaya

    Pintu darurat lantai bawah terbuka. Sarah muncul lebih dulu, tergesa dengan langkah panjang, diikuti Adit yang menarik tudung jaketnya sedikit lebih rapat untuk menyamarkan wajah. Nafas mereka terengah, tapi mata mereka masih saling terpaut.Meri yang sudah berdiri di samping mobilnya langsung melambaikan tangan, menyuruh Sarah cepat masuk. "Sini! Cepet, Sar!"Tapi sebelum benar-benar masuk ke dalam mobil, Sarah mendadak berhenti di depan Adit. Ia memeluk leher pemuda itu, lalu menarik wajahnya mendekat. Tanpa pikir panjang, mereka berciuman lagi.Tapi kali ini di tempat terbuka. Di parkiran. Di bawah langit malam dan tiupan angin kota yang semi kemarau.Ciuman mereka dalam. Cepat namun basah. Kecupan yang penuh arti.Meri mengerjap, lalu menyipitkan mata dari balik kemudi. “Ya ampun … dikira ini California kali,” gumamnya. Lalu membuka jendela mobil dan berteriak, “Eh! Romeo Juliet! Cepetan atuh! Ini bukan film Netflix! Nanti aja lagi cipokannya!”Sarah tersadar. Ia melepaskan ciuman

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   10 menit sebelum terendus

    10 Menit SebelumnyaDi dalam rumah megah berdesain modern, Damar duduk di ruang kerjanya. Lampu meja menyala redup, menerangi setumpuk dokumen yang bahkan belum ia sentuh sejak tadi. Matanya menatap layar ponsel, seolah menimbang sesuatu."Aneh," gumamnya pelan. "Sarah biasanya nggak aneh-aneh kalau urusan kayak begini."Ia menyandarkan tubuh, lalu memutar kursinya perlahan. Kedua tangannya mengusap dagu yang licin tanpa jenggot. Firasatnya tidak enak sejak pagi, tapi ia mencoba menahannya. Namun kini, setelah mendengar Sarah mengaku sedang menemani Meri ke Medical Centre, naluri curiganya melonjak.Damar mengambil ponselnya lagi, lalu membuka kontak.Danu - RS Med CenterIa menekan tombol call. Nadanya tenang, tapi tajam.Tak lama kemudian, telepon tersambung."Halo, Mar?" suara pria paruh baya di seberang menjawab. "Lama gak denger kabar kamu nih. Tumbenan telepon. Ada apa?""Danu, mau minta tolong.""Hm ... iya. Mau minta tolong apa Mar?""Di rumah sakit tempat kamu kerja, sekarang

  • Terjerat Pesona Mama Temanku   Damar beneran menyusul

    Ciuman itu melaju seperti badai yang semakin deras. Nafas mereka menyatu. Lidah saling menjelajah, saling mengungkap rindu yang tak sempat terucap. Sarah kini berada di atas Adit, rambutnya yang tergerai jatuh seperti tirai, menutupi wajah mereka berdua dari dunia luar.Adit mengusap pinggang Sarah, menghela napas dalam-dalam saat merasakan tubuh Sarah melekat sempurna di atasnya. Sentuhan mereka tak lagi hanya tentang gairah, tapi juga pengakuan tanpa suara bahwa mereka telah memilih satu sama lain, sepenuhnya.Adit menahan diri sekuat mungkin, tapi tubuhnya sudah bergetar. “Sayang …,” gumamnya, “Aku nggak tahan … jadi pengen lagi ….”Sarah menjawabnya dengan membuka bajunya lagi.Melihat Sarah yang hanya mengenakan bra berwarna cream itu, Adit juga melepaskan kaos yang dikenakannya.Sarah menatap tubuh altetis Adit. Ia mengecup leher pemuda itu, lalu turun ke dada bidang maskulin, menghujaninya dengan ciuman cinta penuh hasrat dan gairah. Menyesap puting Adit dengan lembut. Membuat

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status