Share

Tawaran Pekerjaan

Author: Riri Rimausa
last update Last Updated: 2023-11-28 15:50:51

Pertanyaan Guntur bagaikan angin lalu. Damar masih terus memukuli samsak bertubi-tubi, layaknya memukul musuh yang paling dia benci.

Buggg…buggg buggg buggg…

"Ini untuk keluargaku yang selalu menyalahkan karena ambil jurusan pertanian!" desis Damar dengan deru nafas yang memburu, setelah melayangkan pukulan bertubi-tubi.

Buggg…

"Ini untuk Rania yang ternyata juga pengkhianat!"

Buggg… Pakkk… buggg… buggg…

"Ini untuk pria yang sudah berani merebut Rania dariku dan mempengaruhinya!" pungkas Damar di pukulan terakhir yang disertai tendangan pula.

Setelah puas melampiaskan semua amarahnya, Damar terduduk lemas di rerumputan. Guntur yang mulai paham dengan pokok permasalahan dan penyebab sahabatnya emosi sepagi ini, pergi mengambilkan air minum di dapur umum.

"Kadang hidup memang sekejam itu. Ada banyak orang yang membenci dan memojokkan kita, walaupun mereka adalah orang-orang terdekat kita."

Guntur berucap seraya menyodorkan segelas air minum sambil turut duduk di rumput. Sebenarnya cuaca sepagi ini memang paling bagus untuk berolahraga.

Akan tetapi tidak semua penghuni kost memiliki prinsip hidup sehat. Halaman belakang sering terlihat kosong, alat olahraga pun banyak yang menganggur. Terlebih ini weekday, sebagian besar anak kost bekerja dan kuliah.

"Tapi mau sampai kapan aku diginiin terus? Lama-lama sumpeg di rumah tau nggak?" sahut Damar setelah menenggak habis air minumnya.

Pria berambut lurus yang duduk di samping Damar itu hanya terkekeh. Mengenai nasib sial, nasib pahit ataupun masa terpuruk seseorang tidak ada yang tahu dimana ujungnya.

Maka dari itu tidak ada yang bisa menjawab itu akan berlangsung sampai kapan. Akan tetapi daripada terus merenungi nasib, kenapa tidak mencoba membuktikan bahwa pandangan orang-orang itu salah?

"Sampai kamu bisa membuktikan, bahwa pilihan kamu itu benar, Bro," sahut Guntur Sete beberapa saat.

Pria berbadan kurus itu menepuk bahu sahabatnya yang jauh lebih berisi. Dia kemudian mengajak Damar untuk masuk kamar, karena matahari mulai tinggi dan panas.

Di kamar yang berukuran tiga kali empat itu, Damar mengadukan segalanya tentang apa yang terjadi padanya pagi ini kepada sang sahabat. Keributan dengan ibu dan kakaknya yang hanya perkara sepele, hingga akhirnya dia disalahkan karena tidak mengambil jurusan bisnis.

Belum lagi saat di jalan malah bertemu dengan kekasih yang sudah menemani sejak lama berpaling dengan pria lain yang bermobil dan berdasi. Rasanya kesialan selalu menghampiri Damar.

"Ya mau bagaimana lagi? Tidak semua orang bisa sepemikiran denganmu, Dam. Jika kamu berharap mereka akan menerima pilihanmu, jelas itu egois."

"Kok kamu malah belain mereka si, Gun? Aku itu sahabat kamu!" sahut Damar tidak terima.

Guntur mengangkat telapak tangannya. "Aku hanya realistis. Kita ini hidup di kota, wanita mana yang akan mau dengan pria dengan hobi dan cita-cita jadi petani? Coba, bisa jawab nggak?"

Damar menghela nafas panjang, otaknya berkelana mengamati setiap wanita yang dia temui entah di jalan, tempat belanja ataupun makan. Memang kebanyakan wanita ingin hidup enak, tidak mungkin ada yang mau jadi istri seorang petani.

"Tapi petani juga bisa sukses, Gun."

Masih merasa tidak terima dengan jawaban sahabatnya, Damar pun membela diri. Dia ingin membuktikan bahwa pandangan orang-orang yang sebelah mata terhadap petani itu salah.

"Kalau begitu buktikan! Aku aja yang kerja kantoran begini diselingkuhi, apalagi kamu, Damar."

Guntur geleng-geleng kepala menyaksikan temannya yang masih bersikukuh ingin mewujudkan cita-citanya, meskipun tidak mendapatkan dukungan dari manapun termasuk dirinya.

Sebagai pria kota, jelas Guntur mengarahkan agar Damar melupakan cita-cita konyolnya itu. Lebih baik mulai belajar lagi di perusahaan milik orang tuanya.

"Lagian kamu aneh, udah enak tinggal nerusin bisnis orang tua. Malah mau hidup susah jadi petani."

"Susah kalau ngomong sama orang yang tidak paham dengan bercocok tanam."

Perdebatan antara dua pria yang memiliki pandangan berbeda tentang bertani itu pun terhenti. Mereka saling diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

Drrrttt…drrrtttt…drrrttt…

Tiba-tiba ponsel Damar yang berada di saku celana bergetar. Segera pria bertubuh jangkung itu mengambil benda pipih tersebut.

"Danu? Tumben banget nih orang," gumam Damar saat mengetahui siapa yang tengah menunggu panggilannya diangkat.

Guntur yang sudah duduk di kasur hanya memperhatikan sambil mengernyitkan dahi. Dari nama yang disebut sepertinya cukup familiar, tapi dia lupa siapa itu Danu.

"Ada apa, Mase? Tumben banget" sapa Damar seraya berjalan ke tepi jendela.

"Hah?! Seriusan?" Raut wajah Damar berubah menjadi serius bahkan terkejut. "Waduh…aku pikir-pikir dulu ya, Mase. Nanti aku kabarin lagi."

Klik

Pembahasan yang sebentar dan membuat Damar begitu terkejut, semakin membuat Guntur penasaran. "Siapa, Dam?"

Seulas senyum terukir di sudut bibir pria berambut ikal itu. Jelas Guntur tambah penasaran karena semula Damar tengah bersitegang dengannya.

"Sepertinya kali ini semesta berpihak kepadaku, Gun." Damar berucap sambil meregangkan tangannya ke atas.

Pria berhidung mancung itu menjelaskan bahwa tadi yang telepon adalah Danu, temannya di Desa Pendul, tempat Damar KKN dulu.

Jadi menurut Danu, ada seorang juragan sayur dan buah yang sedang butuh pekerja untuk di kebunnya. Pekerja yang dibutuhkan bukan sembarangan, wajib mengerti tentang tanaman bahkan bila perlu memiliki ilmu tentang tanaman dan meningkatkan hasil panen.

Kini Guntur mulai paham, dia pernah mendengar nama Danu ya dari Damar yang sering bercerita. Sempat bertemu beberapa kali juga sewaktu mengantar dan menjemput Damar karena ada keperluan di masa KKN.

"Sebentar. Maksudnya kamu mau bekerja jadi tukang kebun di Desa Pendul gitu?" tanya Guntur tidak percaya.

Sialnya Damar malah tersenyum sambil mengangguk mantap. Sungguh jawaban diluar dugaan.

"Gila kamu, Bro. Sia-sia sekolah sampai sarjana, tapi kerjanya cuma jadi tukang kebun."

"Hmmm… ini nih ciri-ciri orang sekolah cuma mentingin ijazah, bukan ilmunya. Kamu nggak akan ngerti. Aku pulang dulu ya," pungkas Damar yang segera pergi.

Hal itu membuat Guntur terbengong dan geleng-geleng kepala. Dia tidak menduga anak dari keluarga Adiwangsa yang terkenal kaya, malah mau menjadi tukang kebun di desa.

Damar langsung mengendarai kuda besinya menuju rumah. Rasa sakit hati dan kecewa akibat dimarahi ibu dan kakak, pengkhianatan Rania seakan tidak dia rasakan lagi.

Kabar dari Danu merupakan obat yang mujarab bagi Damar. Kabar tersebut membuat kegundahan selama ini seakan menemui titik terang. Si bungsu di keluarga Adiwangsa tersebut pun tidak segan-segan memberikan kabar kepada ibunya bahwa telah mendapatkan pekerjaan.

"Apa?!"

Damar menutup kedua telinganya saat suara sang ibu begitu melengking saat mendengar kabar yang dia bawa.

"Keterlaluan kamu, Damar! Kamu mau bikin malu Ibu? Bisa-bisanya mau jadi tukang kebun di desa."

"Bu…ini tuh pekerjaan yang mendukung cita-cita Damar selama ini. Melalui perkebunan itu aku akan membuktikan bahwa pendapat ibu dan semua orang disini tentang bercocok tanam itu salah."

Meskipun sudah jika orang rumah tidak akan setuju dengan kabar yang dia bawa, Damar cukup terkejut jika ibunya akan berucap sedemikian rupa.

"Tidak, Damar! Lebih baik ibu kehabisan uang untuk kamu kuliah lagi di luar negri, kamu pelajari ilmu bisnis dan teruskan perusahaan keluarga."

Damar geleng-geleng kepala, dia merasa percuma dan buang-buang waktu saja dengan menjelaskan sesuatu pada orang yang tidak paham.

"Pokoknya Damar akan tetap pergi," pungkas Damar yang kemudian berjalan menuju kamarnya.

"Damar! Berani menentang ibu kamu ya? Damar!"

****

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Rencana Licik Laksono

    “El-Eliana?” ucap Sono dengan suara yang cukup gemetar.Sepertinya kehadiran sang mantan istri cukup memberikan rasa takut pada pria bertubuh tambun itu. Percuma saja berlagak sok berkuasa di depan para pegawai, tapi giliran sang pemilik perkebunan aslinya datang nyalinya langsung ciut.“Apa yang membuatmu tiba-tiba datang kesini lagi, Mas? Urusan kita sudah selesai, bahkan sejak perceraian itu.”Suasana mendadak tegang saat tiba-tiba Eliana datang dan meluapkan segala emosinya pada sang mantan suami. Sungguh di luar nalar. Laksono sudah lama tidak datang ke kediaman Eliana dan juga perkebunan, bahkan sejak ketok palu sidang perceraian. Jika dia mendadak mendekati mantan istrinya lagi, itu artinya ada maksud dan tujuan tertentu.“Eliana, Sayang. Ayolah. Kita berdamai. Aku tau kita sudah bercerai, tapi bukan berarti kita tidak bisa bekerja sama dalam bisnis pertanian ini bukan?”Laksono berjalan mendekati wanita cantik yang pernah dia miliki itu. Mungkin rasa penyesalan menghinggapi be

  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Laksono Mulai Berulah

    Detik jam terus bergulir, tanpa terasa waktu sudah semakin sore. Tapi Damar dan para pekerja kebun lainnya masih sibuk mengolah perkebunan untuk menjadi lebih baik lagi.Begitu pula dengan Danu dan rekan-rekannya, masih sibuk menyelesaikan pembaharuan tembok keliling dan juga pintu tembusan dari perkebunan menuju rumah nyonya bos.“Apa-apaan ini? Kenapa tembok kelilingnya dijebol? Terus ini pupuk apa yang digunakan? Kok beda sama yang aku berikan dulu?”Sebuah suara membuat Damar, Danu dan para pekerja lainnya berhenti dari kegiatan. Mereka dengan kompak menoleh ke arah sumber suara.“Juragan Sono?”Sontak Damar menoleh pada Danu yang memanggil pria berbadan gempal dengan tas pinggang yang melekat di tubuhnya itu. “Juragan Sono?” ulang Damar dengan mengernyitkan dahi.Beberapa hari yang lalu Damar memang melihat Laksono saat berkunjung ke rumah nyonya bos pagi hari, hanya saja karena saat itu terlalu singkat waktunya, Damar tidak begitu memperhatikan dan lupa dengan sosok mantan suami

  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Kredibilitas yang diragukan

    Ketika tiba di Desa Pendul, suasana sudah begitu sore. Terpaksa pekerjaan dilanjutkan besok hari. Beruntung saat Damar dan Imron pergi belanja tadi Danu bisa menghandle teman-temannya melakukan pekerjaan lain.“Sorry ya, Nu. Aku masih lupa jika jarak dari sini ke kota membutuhkan waktu hampir seharian,” ucap Damar merasa tidak enak.Wajar saja, Damar terbiasa hidup di kota dimana jarak dari tempat satu ke tempat lain cukup dekat dan bisa ditempuh dalam waktu hanya hitungan jam atau bahkan menit.Sementara tinggal di Desa Pendul masih baru dan belum merasakan bolak-balik, jadi dia masih belum terbiasa. Hal itu memaksa Damar harus membuat jadwal kerja dan belanja tidak bersamaan, agar tidak terulang kembali hari yang kurang produktif.“Udah, nggak usah dipikirkan. Kamu belum terbiasa pulang pergi disini,” sahut Danu dengan entengnya.Dia pria yang kini merupakan rekan kerja itu bercerita sambil berjalan menuju kamar mereka, sebelum akhirnya antri untuk mandi. Saat makan malam pun Damar

  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Dihina Mantan

    Disaat Damar masih mencerna dan mengingat mobil siapa yang ada di depan sana. Imron sudah turun duluan dengan emosi yang meluap-luap. Bahkan Damar baru tersadar akibat dirinya terlalu fokus dengan pikirannya, dia tidak mendengar Imron meracau apa saja saat masih di dalam mobil tadi.Brakkk!!!“Woy! Keluar kalian! Bisa bawa mobil nggak sih? Bisa lihat jalan nggak sih!” seru Imron sambil menunjuk-nunjuk dua ora di dalam mobil.Terlihat seorang pria dengan pakaian setelan tuxedo keluar dari pintu kemudi. Wajahnya tak kalah emosinya dengan Imron. Kini dua pria yang tidak saling kenal itu saling berhadapan. Tak sempat dengar apa yang mereka ucapkan karena tidak sekeras sebelumya, tiba-tiba saja Imron menarik kerah baju pria berseragam kantoran itu.Damar yang semula masih mengandalkan Imron untuk mengatasi masalah cukup sepele tersebut, kini terpaksa ikut turun demi melerai perdebatan yang terlihat semakin keruh.Tanpa disadari seseorang yang duduk di kursi kemudi mobil depan juga ikut tur

  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Menjalankan Misi

    Damar dan Danu baru saja tiba di perkebunan pasca menyampaikan idenya pada sang nyonya. Jalan yang harus memutar membuat jarak yang sebenarnya begitu dekat terasa cukup jauh.“Maling! Maling!”Baru saja dua pemuda itu akan melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda, tiba-tiba saja mendengar teriakan maling. Sontak saja Damar dan Danu saling berpandangan dan sepersekian detik berlari ke arah sumber suara.“Itu seperti suaranya Nyonya Bos ya?” ucap Damar.Danu hanya menganggukkan kepala sambil terus berlari. Begitu tiba di gerbang kediaman Eliana, langkah mereka terhenti karena berpapasan dengan Laksono yang mengendarai motor cukup kencang.“Juragan?” Danu terkejut karena melihat mantan bosnya ada di kediaman Eli.Siapa itu, Nu?” tanya Damar masih menatap pria paruh baya yang berlalu dengan kuda besinya.“Juragan Sono. Mantan suaminya Nyonya Bos.”Mendengar jawaban Danu sontak saja membuat Damar terbelalak. Dia geleng-geleng kepala karena tidak menduga mantan suami Eliana setua itu. Bel

  • Terjerat Pesona Nyonya Bos    Parasit

    "Juragan?""Mas Sono?"Ucapan serentak nan kompak tersebut tentunya berasal dari dua wanita yang sedang terkejut dengan kedatangan pria bertubuh tambun. Pria yang sejak tadi sedang mengganggu pikiran Eli hingga membuat wanita berambut keriting gantung itu menjatuhkan gelas.Rasa penasaran dan berbagai pertanyaan tentu menghinggapi benak Eli dan Mbok Sumi hingga mereka berdua saling beradu pandang. Seakan berinteraksi lewat sorot mata masing-masing, dua wanita itu hanya diam lalu kembali menatap pria yang baru saja turun dari kuda besinya.Tanpa beban, Pria bernama Laksono itu berjalan seolah masih menjadi tuan rumah di tempat tersebut, tidak ada canggung sedikitpun. Hingga hal itu membuat Eliana mengernyitkan dahi."Mbok, bikinkan kopi ya," titahnya sambil menunjuk wanita paruh baya yang sedang berdiri di samping Eliana.Sungguh tidak punya adab dan etika. Meskipun dia pernah menjadi tuan rumah di kediaman tersebut, akan tetapi sekarang dia hanyalah orang lain yang jika berkunjung ada

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status