Share

Bab 04

Stacey Waldermar POV

“Jadi, ceritakan padaku bagaimana pria seksi itu bisa menjadi pengawal pribadimu?”

Aku mendongak ke atas, membuang napas panjang dan menunggu hingga cangkirku terisi penuh oleh kopi pahit. Aku tidak terbiasa dengan kopi pahit tapi dengan terpaksa aku membuatnya di pagi hari, aku tidak tahu jika siang nanti lambungku akan terasa perih karena kafein—aku melakukan ini karena sejak semalam, aku hanya tidur selama empat jam saja dan hari ini aku bekerja hingga malam jadi kuharap kopi ini akan membuatku bertahan hingga malam.

Menyebalkan bukan?

Aku mengambil cangkirku dan berbalik untuk melanjutkan sarapan pagiku dengan Alessandra yang sejak sepuluh menit yang lalu tak henti-hentinya memandangi pengawal baruku di luar sana dan bertanya dengan ribuan pertanyaan yang sama.

“Kau belum menjawab pertanyaanku, Emily.”

Aku meliriknya singkat. “James menyewa pengawal baru tanpa sepengetahuanku, dia bekerja sama dengan ayahku untuk ini,” gumamku sambil mengaduk-ngaduk sarapanku.

Hening.

Aku menoleh ke samping, wanita itu bahkan tidak melepaskan pandangannya dari pengawal baruku tanpa berniat untuk menoleh ke arahku sekedar menatap mataku dalam pembicaraan kami sejak awal. Sudah cukup lelah dengan pertengkaranku dan James semalam tentang kedatangan pria asing yang tak lain adalah pengawal baruku sendiri dan pagi ini, aku di tumpahi ribuan pertanyaan dari wanita di sampingku ketika melihat Richard Bill untuk pertama kalinya.

“Apa kau sadar jika pengawal barumu, Bill adalah pria paling seksi yang pernah kutemui dalam hidupku sebagai seorang pengawal?”

Aku memutar bola mataku malas. “Omong kosong, kau terlalu berlebihan. Pria seperti Bill sering kau temui di tempat kerjamu, di club dan gym.”

Alessandra menopang kedua pipinya. “Tapi ini berbeda, dia bisa cepat menarik perhatian ketika pertemuan pertama. Kau tahu, ketika kau menatap matanya, abu-abu—”

“Itu memang warna matanya.”

Alessandra menoleh dengan cepat ke arahku. “Ayolah, ada apa denganmu? Bagaimana bisa kau tidak bahagia memiliki pengawal setampan Bill dalam hidupmu?”

Aku mendengus. “Oh, ayolah, Alessandra, bisakah kau tidak usah membicarakannya? Aku benar-benar muak mendengar namanya sejak semalam.”

“Dia memiliki warna mata yang sama seperti Kathleen, abu-abu.”

Hening.

Alessandra menarik napas dan membuangnya perlahan. “Sudah terhitung 4x kau mengatakan itu, sialan. Berhentilah, Alessandra. Aku tidak suka keberadaannya disini, dia datang tanpa sepengetahuanku, aku bahkan tidak menyewa pengawal,” kataku kesal.

Alessandra memutar bola matanya malas lalu percayalah, kali ini wanita itu benar-benar menatapku sekarang. “Dengarkan aku, kau harus menikmati sarapan pagimu dengan pemandangan pria tampan dan seksi yang sekarang dia ada dalam pandanganmu, Lynch,” gumam wanita itu seraya menangkup kedua pipiku hingga bibirku mengerucut dan memaksaku agar menoleh ke luar. “Lihatlah dia, pengawalmu bahkan cocok menjadi actor, dia memiliki wajah yang tampan, tubuh yang seksi dan aku sangat yakin jika dia bisa saja mendapatkan tawaran untuk bermain film romantis atau aksi seperti James Bond dan akan diganderungi begitu banyak gadis muda karena parasnya yang tampan untuk seorang pengawal, bukan begitu, Emily Lynch?”

Aku segera menjauhkan tangan itu dari wajahku. “Apa kau sudah gila? Kau sudah memiliki Brad, dia tunanganmu!”

“Tipeku seperti Aaron Taylor-Johnson tapi ketika aku melihat Bill, aku tahu tipe yang kumaksud seperti apa. Bill benar-benar tipeku…”

Alessandra kembali menatap pria itu sambil menopang dagu. “Dengan sedikit membayangkan bagaimana ketika dia di ranjang saat malam hari, tidur tanpa mengenakan pakaian dan memperlihatkan punggung kekarnya tiap pagi dengan suara berat khas bangun tidur, bukankan itu terlihat seksi?”

Wanita itu kembali menoleh ke arahku. “Membayangkan saja sudah membuatku gugup, bagaimana aku bisa kuat melihat semua itu sendirian, bukan? Percayalah padaku, Emily. Bill akan jauh lebih tampan jika setelan jas itu tidak ada di tubuhnya—”

“Alessandra Thorne!” peringatku. “Kau melecehkannya!”

Lagi dan lagi, wanita itu tidak mendengarku. “Berapa usianya?” Alessandra berdecak kesal. “Kenapa dia sangat tampan? Kau sangat beruntung mendapatkan pria itu dan James, kau harus berterima kasih padanya karena mengirimkan pria dari surga sepertinya, Emily.”

“Ale—”

“36 tahun,” sambar James.

Alessandra menoleh dengan cepat. “Kau bercanda?”

“Sayangnya tidak.”

“Jeez, dia pria yang matang…”

Aku menoleh dengan cepat. James baru saja kembali dari kamar, pria itu menghampiri kami—sebelum itu, dia membuat secangkir kopi kemudian duduk di sampingku dengan pandangan lurus ke depan—menghadap dimana Bill berdiri. Kedua mataku terpejam sesaat, aku menarik napas panjang lalu membuangnya dengan kasar dan sekarang mereka berdua memandangi pria sialan itu.

Tatapan James seolah memperlihatkan sebuah kemenangan yang selama ini pria itu cari karena aku tahu, aku selalu membantah apa yang mereka katakan dan sekarang aku tak bisa mengelak ataupun melawan karena Richard, pria itu sudah masuk ke dalam hidupku sejak semalam.

Richard Bill akan bersamaku sampai beberapa bulan kedepan atau bahkan tahun, aku tidak tahu berapa lama dia dikontrak oleh ayahku yang pasti itu akan lama karena aku tahu seperti apa ayahku. Memiliki pengawal pribadi adalah kesalahan terbesar yang terjadi dalam hidupku, aku tidak akan memiliki privasi lagi karena dia akan bersamaku sepanjang waktu, dia akan tinggal bersamaku dan tentu ke manapun aku pergi, ke manapun aku pulang, Bill akan selalu ada di dekatku.

“Aku sudah menduganya karena Bill seusia James tapi kau mendapatkan pengawal lebih seksi daripada yang orang pikirkan. Apakah dia sudah mempunyai kekasih? Pria itu terlihat sangat matang.”

James mengangkat kedua bahunya. “Aku tidak tahu tetapi saat aku bertemu dengan pria itu, aku melihat anak perempuan kisaran 4 tahun, aku pikir itu putrinya karena gadis itu memiliki warna matanya.”

Alessandra berdehem. “Jangan membayangkan apa yang aku bicarakan tadi, Emily. Ternyata dia sudah berkeluarga,” gumamnya.

“Tapi jika sedikit membayangkan saja tidak masalah, Richard sangat tampan jika kau melihatnya dari dekat, percayalah, akupun terkejut melihatnya pertama kali, kupikir dia adalah adik atau kakak dari Mr. Bill yang aku cari, ternyata dia yang kucari,” lanjut James.

Aku terdiam, menyuap sarapan pagiku dan telingaku terus mendengar pembicaraan mereka berdua tentang pengawal baruku membuatku juga ikut memandangnya, memilih memperhatikannya.

Setelan jas hitam, tidak ada dasi jadi hanya dua kancing kemeja bagian atasnya di biarkan terbuka, aku tidak bisa melihat dengan jelas apa yang ada di balik kemeja itu karena dia berdiri menyamping dan dia sedang menelpon seseorang sehingga aku bisa melihat setengah wajah pria itu—hidungnya mancung tajam, bulu halus tidak terlalu tebal menempel disekitar rahang, bibir yang tipis untuk seorang pria, kakinya panjang dan berotot, dia berdosa dan seksi memiliki bokong yang indah untuk seorang pengawal.

“Sudahlah, Emily, aku tahu kau marah tapi untuk satu ini saja, ikuti apa yang James dan Mr. Bill katakan demi kebaikan dan keselamatanmu. Pengawalmu baru hari ini bekerja dan kau sudah berbicara kasar dengannya.”

Aku mendengus. “Kau membelanya? Dia bahkan mengetahui iden—maksudku semua yang akan aku lakukan dia tahu dan dia akan selalu di sampingku.”

“Karena memang itu pekerjaannya. Emily, dengarkan aku, kau seorang selebritis, dimana semua orang tahu siapa dirimu, dari mana asalmu dan juga apa yang kau lakukan hari ini, mereka semua tahu. Banyak orang yang mencintaimu dan banyak juga orang yang membencimu, mereka yang mencintaimu akan selalu mendukung apa yang kau lakukan sama seperti orang yang membencimu, mereka akan melakukan apapun agar kau dibenci, entah itu kesalahan yang kau perbuat atau melakukan hal gila seperti mengancammu, itu akan mereka lakukan.”

“Ini, aku yakin mereka masih dan akan tetap terus menuliskan surat ancaman untukmu. Beberapa kali kau celaka dan surat ini juga hampir mencelakai James, karena surat inilah alasan mengapa James sangat mengkhawatirkanmu, Emily. James ingin kau aman, itulah sebabnya dia menyewa Bill untukmu, mempercayakan Bill untuk melindungimu karena sewaktu-waktu James juga sibuk untuk mengurus keperluan pekerjaanmu, dia juga memiliki hidupnya sendiri, James tidak bisa seterusnya bersamamu.”

Aku membuang napas panjang. “Aku tahu, kita memiliki cara lain selain menyewa pengawal.”

“Kau ingin mengandalkan Prescott?” sambung James.

Alessandra menggeleng tidak percaya. “Sudah berapa lama dia bekerja untukmu, Emily? Dia pertengahan 50 tahun, mungkin 5 atau 10 tahun lagi dia akan pensiun dan ingat, Prescott bukan professional, dia tidak memiliki kemampuan menembak dan dia tidak memiliki kemampuan bela diri. Kau tahu? James memberikan pria terbaik untuk melindungimu sampai dia memohon pada Bill yang saat itu dia menolak mentah-mentah karena tidak ingin melindungi selebritas sepertimu karena dia memiliki reputasi yang bagus, dia bekerja sebagai pengawal presiden, dia pernah berada di angkatan laut, para elit politik dan melindungi orang-orang penting lainnya,” jelas Alessandra panjang.

Hening.

Aku terdiam dengan kening berkerut. “Bagaimana kau tahu bahwa Bill mengawal presiden?”

“James menceritakan semuanya padaku semalam setelah kau bertengkar dengannya.” Dia merogoh saku celana mengambil ponselnya dan memperlihatkan sebuah gambar. “Awalnya aku tidak percaya tapi setelah James memberikan foto ini, aku percaya jika Bill pengawal terbaik untukmu, dia veteran.”

“Dia pernah berada di militer?”

Alessandra mengangguk. “He was in the Navy Seals as a sniper, think about how many war tours he's had, Emily.”

Aku kembali terdiam, memandangi foto Richard yang sedang berdiri tegap dengan jas yang melekat dan juga earpiece di telinganya.

Richard adalah orang asing, aku tak mengetahui asal usul pria itu dari mana, tinggal dimana dan juga identitas asli pria itu—semua orang patut mencurigai orang asing yang masuk ke dalam rumah, tidak peduli jika dia seorang veteran atau bahkan anak presiden, orang asing tetap menjadi orang asing. James tak memberikan identitas asli Richard padaku saat semalam kami bertengkar, aku hanya takut kejadian dulu terulang lagi.

Aku menoleh ke arah James, pria itu hanya diam mengangkat kedua bahunya sementara Alessandra mencolek bahuku hingga aku menoleh ke arahnya. “Jadi bagaimana, Emily?” Aku tetap diam, menggigit bibir bawahku.

“Emily?” panggil Alessandra melambaikan tangannya di depan wajahku.

Hingga beberapa detik kemudian, dia menghembuskan napasnya. “Emily Lynch?” panggilnya lagi.

Kedua alisku terangkat. “Akan aku pikirkan lagi,” jawabku.

“Itu baru sahabatku, sekarang, ayo kita berangkat.”

Alessandra dan James bangkit dari tempatnya. “Pengawal itu akan ikut dengan kita?”

“Tentu saja, dia sudah ditugaskan ayahmu untuk menjagamu. Untuk apa dia datang dan tidak melakukan pekerjaannya, lagipula dia tak semenyeramkan itu, jangan berlebihan, Emily,” timpal James.

Aku berdecak. “Berhenti melakukan hal yang menyebalkan seperti itu.”

Alessandra memutar bola matanya malas. “Ayolah, ini masih pagi.”

Aku membuang napas panjang—hidupku akan seperti di penjara, aku tidak pernah menginginkan pengawal karena aktifitasku akan terganggu, mereka akan senantiasa mengikutiku kemanapun aku pergi bahkan jika aku ke toilet untuk membuang air atau bahkan untuk mencuci tanganku.

Aku terpejam, mengusap wajahku dengan kasar. “Aku akan menemui seseorang setelah ini jadi aku akan pergi setelah sampai lokasi.”

Mataku terbuka, tiba-tiba saja Richard Bill sudah di dalam, dia berdiri di ambang dapur dan ruang tamu menghadap James. “Aku tidak peduli, Mr. Bill,” kataku.

Dia melirikku. “Aku tidak sedang berbicara denganmu, Nona.”

Lihat? Ini mimpi burukku, aku tidak tahu sampai kapan dia benar-benar akan menghilang dari pandanganku yang jelas aku ingin dia pergi dari hidupku. Aku mendengus kemudian bangkit, Richard masih berdiri di sana dan aku melangkahkan kakiku mendekatinya, dia memberikanku tatapan tajamnya hingga langkahku terhenti tepat di depannya.

“Kau bekerja untukku, kau tahu itu?”

“Aku bekerja untuk ayahmu bukan untukmu, kau tahu itu?”

Aku mengangkat daguku. “Apa yang menarik dari dirimu hingga sahabatku tergila-gila padamu, Mr. Bill?”

“Kau bisa tanyakan pada sahabatmu, Nona, dia yang menilai.”

Keheningan semakin intensif, Richard tidak berbalik untuk pergi dari hadapanku tapi dia terus menatapku dan mendominasiku dengan mata elangnya, aku merasa darah mengalir begitu deras di dalam tubuhku dan jantung sudah lebih cepat berdetak tanpa kuminta.

Aku benci setiap kali aku memperlihatkan kemarahanku padanya, wajah pengawalku hanya diam tanpa ekspresi tetapi matanya yang menunjukkan ekspresinya seolah menganggapku hanya anak kecil yang menginginkan lollipop dan dia masih tetap tenang seperti semalam ketika aku menodongkan pistol itu ke arahnya.

“Kau ingin pergi atau berada di sini hingga malam, Emily?”

Aku menoleh, Alessandra mengangkat kedua alisnya dan mengisyaratkanku untuk lebih dulu menunggu di mobil selagi James masih berkemas di kamarnya. Richard masih tenang, dia sedikit menggeser tubuhnya agar aku bisa segera pergi dari hadapannya. Aku melanjutkan langkahku menuju mobil dan Richard mengikutiku dari belakang, dia membukakan pintu untukku dan menyebut namaku sebelum pintu itu benar-benar tertutup—aku bersandar, menutup kedua mataku.

“Dia benar-benar tampan jika dilihat sedekat itu…”

“Kumohon hentikan.”

Suara pintu kembali terbuka dan aku tetap menutup mataku, James datang dan duduk di dekat jendela kemudian mobil mulai melaju dan menjauh dari mansionku, selama beberapa menit hanya keheningan menyelimuti kami.

“Apakah ini jalan yang sering kalian lewati?”

“Ya, akan lebih jauh jika melewati jalan lain.”

“Kita akan melewati jalan yang lain mulai sekarang.”

Mataku terbuka. “Tidak, lewat jalan biasa saja, Scott, kita akan membuang-buang waktu dan telat jika lewat jalan lain,” kataku.

Dia melirikku dari kaca. “Lewat jalan lain,” ulangnya.

“Kau bekerja denganku baru beberapa jam yang lalu lalu kau sudah memerintah seperti boss? Aku disini bossmu bukan kau, tidak ada yang akan terjadi di jalan karena aku sering melewati jalan ini, apa kau mengerti?”

Aku menegakkan tubuhku dan ketika aku hendak berbicara lagi, James dan Alessandra menahanku lebih dulu. “Hentikan, Emily, aku tidak ingin kita bertengkar pagi-pagi. Bill pengawalmu sekarang, dia yang lebih tau dimana kau akan aman, apa kau mengerti?” kata James.

Aku berdecak. “James,” peringatku.

“Kita bisa melewati jalan lain, Scott, ikuti apa yang dikatakan Mr. Bill tadi,” sambar Alessandra.

Aku mendengus. “Aku tidak tahu apa yang kalian lakukan sekarang tapi hari ini kalian benar-benar menyebalkan, kita akan telat 10 menit sampai lokasi.”

“Berhentilah bersikap seperti ini, Emily.”

・༓☾ ☆ ☽༓・

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status