Share

Bab 03

Richard Bill POV

Menemukan kediaman supermodel bernama Emily Lynch bukanlah bagian sulit dalam hidupku—tentu aku tahu siapa gadis itu, tentang siapa dia ada di dalam dunia ini, aku tahu itu dan hanya sekedar tahu, aku tidak mengaguminya atau mencari tentangnya di social media, aku tidak melakukan itu. Hidupku di dunia ini hanya bekerja, bekerja dan menunggu giliranku mati karena tertembak, mungkin kurang lebih seperti itu.

Emily Lynch adalah model, aktris berkebangsaan Amerika Serikat, Lynch diketahui telah bergabung dan terkontrak dengan agensi model terkenal sejak usianya masih 14 tahun. Pada tahun 2013, Emily Lynch memulai debut runaway-nya pada Burberry dan satu tahun setelahnya yakni 2014 menjadi momen berharga bagi Emily Lynch sebagai awal mula puncak kariernya di dunia model lalu mulai meranjak untuk menjadi model di berbagai rumah mode ternama lainnya seperti Dolce & Gabbana, Ralph Lauren, Givenchy, Fendi dan lainnya.

Selain sebagai model, Emily Lynch juga memulai karir aktingnya dengan peran kecil dalam film pertamanya pada tahun 2016 yang di adaptasi dari sebuah novel rom-com terkenal lalu Lynch kemudian berperan sebagai pemeran utama dalam film keduanya di tahun setelahnya, kali ini Lynch di temani oleh actor terkenal bernama Jared Hanks, dari film keduaanya bersama Jared Hanks, Lynch mendapat banyak pujian dari penonton, rekan aktris bahkan Jared Hanks sendiri memuji penampilannya dalam film tersebut, salah satu komentarnya mengatakan bahwa,

“Emily membuktikan bahwa dia layak berada di industry perfilman karena dia memiliki skill acting yang bagus dan tidak kaku dalam film keduanya, dia sudah berusaha keras dalam rumah fashion dan setelah aku melihat film keduanya, aku sangat yakin jika gadis itu akan sukses di film-film selanjutnya.”

Setelah film keduanya, nama Lynch semakin dikenal sekaligus asmara pertamanya dengan actor 26 tahun tersebut sejak Emily Lynch muncul ke dunia fashion dan perfilman.

Aku mencari tentangnya—bukan karena aku penasaran tapi karena aku harus mengenalnya. Aku melirik jam di pergelangan tangan kiriku yang menunjukkan pukul enam sore—aku terdiam sejenak lalu meletakkan ponselku di samping kursiku kemudian menjalankan mobilku dan berhenti di depan gerbang hingga pintu terbuka lebar untukku, ujung bibirku tertarik membentuk senyuman tipis lalu menjalankan mobilku masuk ke dalam pekarangan mansion dan berhenti tepat di samping pancuran air.

Aku melepaskan sabuk pengaman dan keluar—mataku dimanjakan dengan bangunan besar modern yang mendominasi warna putih dan abu-abu di hadapanku, tanaman hijau yang sehat bertumbuh besar berada di sekeliling pagar menutupi sisi mansion.

Aku mengamati semuanya, tidak memiliki penjaga, gerbang mansion selalu terbuka untuk siapapun, mereka memiliki banyak tumbuhan yang tumbuh di depan pagar tetapi mereka tidak memiliki pagar yang tinggi sehingga siapapun dapat melihat aktivitas yang berada di dalam mansion. CCTV, aku hanya melihat satu kamera terpasang di gerbang, selain itu tidak ada lagi.

Pandanganku teralihkan dengan getaran ponsel dari saku celanaku—pesan itu dari Bakeer Waldermar, seseorang yang memaksaku untuk bekerja dengan seorang gadis sepuluh tahun lebih muda dariku.

Bakeer Waldermar: Terimakasih sudah menerima tawaranku, Bill. Aku percayakan putriku padamu.

Aku berdehem pelan lalu memasukkan ponselku ke dalam saku celana tanpa membalasnya, dari sini aku sangat yakin bahwa siapapun bisa keluar dan masuk secara bebas tanpa terlihat termasuk kejadian malam ketika paparazzi masuk di jam tidur, itu adalah kesalahan fatal.

Mansion ini tidak memiliki keamanan yang ketat seperti mansion para orang-orang terkenal pada umumnya.

Aku melangkah menuju pintu, menekan tombol bel sebanyak dua kali lalu berbalik dan kembali mengamati besarnya mansion yang akan aku singgahi sampai kontrakku habis dengan Bakeer Waldermar.

“Siapa kau?”

Aku berbalik, seorang wanita berkisaran kepala empat berdiri di depan pintu—mengamatiku dari ujung kaki hingga kepala dengan tatapan bingung. “Richard Bill, sudah membuat janji dengan James Herb—”

“Mr. Bill.”

Pandanganku teralihkan dengan seorang pria muncul di belakang wanita itu. Pria itu tersenyum padaku dan meminta wanita itu masuk untuk melanjutkan pekerjaannya.

“Menunggu lama?”

“Tidak,” kataku.

“Kita langsung saja, ada yang harus aku tunjukkan padamu, ikut aku,” kata James.

James masuk lebih dulu dan aku mengikutinya dari belakang—mataku menjelajahi sekeliling mansion ketika aku di dalam, suasana mansion seperti pada umumnya, tenang, hening dan sepi.

Pandangan pertama ketika aku masuk adalah sebuah meja di tengah ruangan dengan lampu gantung di atasnya. Meja berbentuk lingkaran itu hanya terisi sebuah vas bunga saja kemudian aku kembali melangkah lebih dalam, mansion ini tidak memperlihatkan sisi feminim seorang gadis, semuanya tampak normal seperti mansion kebanyakan hanya saja memiliki beberapa pajangan gambar gadis itu dan James.

“Mansion sebesar ini ditinggali 2 orang saja?”

James mengangguk. “Bakeer Waldermar yang meminta. Tapi belakangan ini, beberapa asisten rumah tangga tetap tinggal. Awalnya kami ingin tinggal di penthouse tetapi ayahnya menolak.”

Tidak ada foto keluarga ataupun bersama Bakeer Waldermar—gadis yang memiliki masalah ayah akan lebih banyak berontak, liar dan dia akan melatih kesabaranku.

Mataku memperhatikan setiap inci dari mansion yang sebagian besar bangunan dari tempat ini adalah kaca. Bangunan ini memanjang, ketika masuk, di bagian kiri aku bisa melihat dapur bersih lalu bisa menembus ke kolam renang juga taman.

“Jika kau ingin membuat kopi atau teh, buatlah tanpa harus meminta izin. Aku sudah menyiapkan semuanya, kau bisa berenang jika kau mau. Belakangan ini gadis itu jarang berenang dan lebih sering melakukan aktifitas di luar mansion termasuk malam ini, Stacey tidak masalah jika barangnya dipakai, tenang saja, dia terbuka,” kata James.

Di bagian kanan, aku bisa melihat terdapat meja billiard dan sebuah piano dan tiga ruangan di belakang tangga. “Tiga ruangan di dekat tangga, itu adalah kamarku, ruang CCTV dan kamar tamu, itu akan menjadi tempatmu. Semuanya sudah dibereskan, kau hanya tinggal membawa barang yang kau perlukan.”

Aku berjalan mengikuti langkah pria itu menaiki anak tangga hingga berhenti di depan pintu berwarna putih. James membuka pintu itu lalu mendorongnya hingga terbuka lebar yang ternyata ini adalah milik gadis itu.

“Ada berapa kamar di mansion ini?”

“6 kamar.” Aku mengangguk. “Aku meminta maaf karena Mr. Waldermar sedikit memaksamu, tapi percayalah, dia sangat menyayangi Stacey.”

Aku melangkah masuk ke dalam, tujuan pertamaku adalah balkon kamar—aku segera membuka lebar pintu balkon yang tidak terkunci dan berdiri di luar. Cukup menarik perhatian, kamar ini cukup besar untuk satu orang dan dari sini aku bisa melihat bagian depan mansion secara jelas.

“Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan padamu, Bill.”

Aku berbalik dan menghampiri James yang sedang mengeluarkan tumpukan surat dari laci—keningku berkerut dan mengambil salah satu surat itu dan membacanya.

Pandangan mataku teralihkan untuk James dan kembali membaca surat itu. “Sejak kapan Stacey mendapatkan surat ini?” tanyaku seraya membaca surat lainnya satu persatu.

“Sekitar 4 bulan yang lalu, kurasa.”

“Apa kau sudah mencoba melapor?” tanyaku seraya mengangkat salah satu kertas itu. “Ini ancaman pembunuhan, ‘Aku tahu semua rahasiamu, Stacey Waldermar’ kapan surat ini datang?” tanyaku.

“Itu surat pertama yang mereka kirimkan untuk Stacey, lalu surat kedua untuk ancaman pembunuhan yang aku terima dalam dua minggu setelah surat pertama muncul,” kata James, dia meletakkan surat kedua di hadapanku.

Hening.

“Katakan sesuatu, Bill…”

Aku berdehem. “Ada beberapa surat ancaman pembunuhan, pemerkosaan dan menjatuhkan karirnya, apa kau tidak berniat untuk membawa kasus ini lebih lanjut? Jelas ini sudah melewati batas.”

James menaikkan kedua bahunya. “Stacey tidak mau menyewa bodyguard apalagi untuk melaporkan ini, dia pikir ini hal biasa.”

Keningku berkerut. “Apa saja yang sudah mereka lakukan padanya? Apakah mereka sudah berani melukai fisiknya atau mendapatkan pelecehan?” tanyaku—ada sekitar sepuluh lebih surat ancaman yang James tunjukkan padaku, jelas ini sudah melewati batas.

Rahangku mengertak, bagaimana bisa gadis bermanik biru itu merasa tenang dengan surat ancaman yang selalu datang? Ada begitu banyak kata kasar dan sumpah serapah di dalam satu kertas itu—ini adalah kali pertamaku melihat seseorang tidak takut dengan ancaman, gadis itu akan menjadi kiamat kecilku.

“Belum lama ini melempar batu ke kaca mobil, dan mengirim surat ancaman seperti ini.”

James menyodorkan surat ancaman lain dengan tulisan bercat merah seperti darah dan ada tiga tetesan cat itu di ujung kertas. Aku mengambil surat itu dan membacanya. “Apa mereka sudah pernah melakukan hal yang lebih dari itu?”

“Ya, pernah. Pengawalnya dulu sebelum kau dan belum lama ini, seorang paparazzi datang masuk diam-diam ke mansion sekitar pukul 1-2 pagi dan kaki Stacey terkilir karena terkejut tapi pria itu tidak mencelakai secara fisik. Aku tidak tahu, beberapa hari ini semua CCTV mati dan tidak ada yang melihatnya, penjaga mansion tak melihat ada orang yang datang selain aku dan Stacey. Semuanya terjadi seperti tertata rapih…”

“Selain itu?”

James terdiam sejenak berpikir. “Emm... Ada seorang pria yang datang dan memberikan kotak merah berisikan burung mati pada penjaga mansion untuknya, kejadiannya baru tadi siang sebelum aku datang ke rumahmu.”

“Apa mereka orang yang sama?”

James menggeleng. “Aku tidak tahu, mereka tidak menujukkan diri. Surat itu datang secara tiba-tiba, surat itu selalu datang setiap hari minggu di pos mansion. Prescott tidak pernah melihat kapan surat itu datang, surat itu selalu ada di mejanya.”

“Selama 4 bulan itu, mereka tidak menunjukkan diri sedikitpun?”

“Pernah sekali, aku tidak sengaja melihatnya dari kamar Stacey. Saat malam hari, dia seorang pria itu memakai topi dan menutup mulutnya.” James terdiam. “Apa kau bisa menjaga Stacey?” lanjutnya.

Aku mengangkat pandanganku menatap James. “Aku tidak bisa menjaga keselamatannya jika Stacey tidak mengikuti aturanku dan tak menyadari situasi ini, tidak peduli dengan keadaannya,” kataku.

“Akan aku buat Stacey menyadarinya, aku janji.”

Aku mengangkat semua tumpukan surat itu ke udara. “Berapa lama kau bisa membuatnya sadar? 4 bulan bukan waktu yang sebentar dan gadis itu masih belum menyadari tentang bahaya yang mengancamnya, mereka tidak hanya melukainya, mereka bisa melukaimu juga, melukai orang yang dekat dengan gadis itu. Dari semua surat yang aku pegang sudah membuktikan semuanya bahwa gadis ini benar-benar tidak peduli dengan keselamatannya, ini sudah melewati batas, ini sangat berbahaya dan dengan siapa dia pergi hari ini?”

“Prescott, dia penjaga mansion. Seharusnya siang ini aku menyusulnya ke tempat syuting tapi karena aku harus menemuimu jadi aku meminta Prescott untuk menyusul.”

Keningku kembali berkerut. “Kau hanya memiliki satu penjaga dalam mansion sebesar ini?”

James hanya mengangguk—aku kembali meletakkan surat itu di meja tanpa mengalihkan pandanganku pada pria itu. “Berapa usianya?”

“Pertengahan usia 50 tahun.”

“Apa dia professional?”

James menggeleng. “Hanya penjaga dan supir pribadi.”

“Di mana dia tidur?”

“Prescott tidak tidur di sini, dia bersama keluarganya. Jadi, setelah Stacey selesai, dia kembali ke rumahnya, Stacey terkadang pergi sendirian karena dia tidak ingin mengganggu waktu Prescott dengan keluarganya.”

“Apa Prescott dapat dipercaya?”

James mengangguk. “Aku dan Stacey mengenal baik keluarganya, Prescott sudah mengenal Stacey sejak kecil.”

“Apakah ada orang lain yang masuk selain kau, Prescott dan wanita itu?”

Dia mengangguk. “Mansion ini tidak dibersihkan olehku ataupun Prescott dan wanita tadi.”

Aku terdiam. “Maksudmu?”

“Setiap akhir bulan, aku menyewa orang untuk membersihkan mansion ini.”

“Kau ataupun Stacey tidak bisa memasukkan sembarang orang ke dalam mansion ini, James. Aku ingin kau kirimkan semua jadwal Stacey padaku, apa yang gadis itu lakukan setiap hari libur dan aku ingin tahu semua yang dia lakukan dan aku ingin ruang CCTV pindah, ini sudah terencana, tidak mungkin jika kamera mati setiap kejadian buruk menimpa gadis itu dan seharusnya kau mencurigai dua orang itu.”

“Akan aku lakukan, akan kubuat Stacey mengerti.”

・༓☾ ☆ ☽༓・

Stacey Waldermar POV

“Selamat malam, Nona Stacey…”

Aku tersenyum. “Jangan katakan pada James kita pulang selarut ini. Sampaikan salamku pada Daisy, selamat malam, Prescott.” Aku menyelipkan ponselku di antara bahu dan telingaku. “James sudah tidur, lampu mansionku sudah mati,” kataku pada Alessandra seraya menutup pintu mobil.

“Baguslah, dia tidak akan marah jika kau pergi denganku,” kata Alessandra.

Aku mendengus. “Dia menyimpan amarahnya saat di rumah, Alessandra. Kau sering mendengar itu.”

“Dia marah untuk kebaikanmu tapi selama kau bersamaku, James tidak akan melarangmu. Brad akan berbicara padanya.”

“Baiklah, aku harus masuk, aku tidak ingin James bangun karena aku baru pulang.”

“Besok pagi aku menjemputmu pukul 10, aku bawa mobil sendiri besok, selamat malam,” kata Alessandra.

“Tentu, selamat malam.”

Aku memutuskan sambungan telepon itu seraya masuk ke dalam, dengan sangat perlahan aku menutup pintu dan menguncinya, berusaha untuk tidak menimbulkan suara yang bisa membangunkan James pukul satu pagi karena kedatanganku dan memarahiku tengah malam.

Seluruh lampu mansion mati, hanya temaram di bagian dapur dan itu tujuanku, aku melangkah ke dapur, meletakkan sepatuku kemudian membuka pintu lemari es—aku terdiam beberapa saat, aku melihat lebih banyak cemilan, minuman kaleng soda, lebih banyak es krim, lebih banyak sparkling water, sejak kapan James menyukai sparkling water? Beberapa jenis buah yang hampir habis sudah terisi penuh kali ini, apakah James pergi ke supermarket tanpa aku?

Aku memutuskan untuk mengambil selai strawberry dan roti, aku juga mengambil jus jeruk—Aku meletakkan semuanya di atas piring setelah aku membalurkan selai itu ke atas rotiku lalu saat akan meninggalkan dapur, terdengar suara pintu berderik, aku terdiam selama beberapa detik, napasku tercekat saat lampu tiba-tiba mati dari kamar tamu bukan dari kamar James—aku menelan ludah, aku meletakkan piringku kembali dan melangkah menuju kamar tersebut.

Perlahanan aku menyentuh kenop pintu dan mendorongnya—keningku kembali berkerut, mataku menjelajahi ruangan dan jelas aku melihat banyak sekali perbedaan. Terakhir kali aku disini, ini hanya kamar tamu yang kosong tapi kali ini semuanya seperti ada seseorang yang menempati ruangan. Aku masih terdiam di pintu melihat computer CCTV berpindah ruangan—maksudku, sangat jelas bahwa James tidak akan memindahkan apapun tanpa memberitahuku lebih dulu, tapi ini? aku melangkah masuk melewati pintu, membiarkannya tetap terbuka.

Ruangan tampak temaram, hanya terang karena pantulan dari lampu bagian luar mansion. Jantungku berdetak kencang, suara pintu yang kudengar tadi berasal dari pintu kamar mandi dan air shower menyala.

Aku mendekati kamar mandi, menempelkan telingaku di pintu. “James, itu kau?”

Tidak ada jawaban.

“Kenapa kau memindahkan komputer CCTV ke kamar tamu?”

Tidak ada jawaban.

Aku membuang napas dan kembali menghadapkan tubuhku membelakangi kamar mandi. Mataku menjelajahi ruangan, semuanya tertata rapi dan bersih, James tidak serapih dan sebersih ini, dia tidak akan meletakkan pulpen di tempat pulpen, dia tidak memiliki koper berukuran kecil selama kami tinggal bersama dan koper kecil itu hanya milikku, itu berwarna silver tapi ini berwarna hitam. Sepatu pantofel berwarna hitam, jelas itu bukan milik James, ukuran ini lebih besar dan James jarang sekali memakai pantofel, dia selalu mengenakan sneakers.

Mataku melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul setengah dua pagi, aku melangkah dan berhenti tepat di depan meja komputer. Jantungku seperti berhenti berdetak selama beberapa detik, aku melihat senjata tajam dan pistol di dalam koper yang dibiarkan terbuka itu.

“Sejak kapan kau memiliki benda ini, James?” gumamku.

Aku menyentuh jas hitam yang berada di samping koper itu dan mendekatkan hidungku untuk mencium aromanya, ini bukan aroma parfum James, jelas aku mengetahui selera pria itu, kami memiliki selera yang sama—ini lebih maskulin sementara aroma parfum James sangat lembut.

Prescott? Dia pria kepala lima yang tidak suka memakai parfum, seseorang telah masuk ke dalam mansionku.

Aku teringat bagaimana kejadian malam itu aku menemukan beberapa orang asing masuk ke dalam rumahku, mereka penguntit yang sangat berani muncul tepat di hadapanku. Aku terdiam membeku, air shower mati, aku mencengkeram jas itu sambil meraba koper dan mengambil pistol itu begitu pelan—kedua kakiku terasa tak berdaya, jantungku berdetak kencang, aku mendengar suara pintu di belakangku terbuka, apa yang harus aku lakukan?

Aku tidak pernah menempatkan diriku dalam situasi bahaya tapi aku tahu, aku merasakan dalam diriku bahwa aku merasa tidak aman kali ini, aku takut di rumahku sendiri.

“Nona Stacey.”

Lalu pintu itu kembali tertutup, aku benar-benar membeku sekarang—aku berbalik, napasku tercekat, dia berdiri sekitar lima langkah dari tempatku berdiri, aku tidak bisa melihat jelas wajahnya karena ruangan ini minim penerangan, hanya cahaya pantulan lampu menerangi sisi kanan tubuhnya—bagian atasnya telanjang menghadapku, tetesan air dari rambutnya membasahi bahunya, dia hanya mengenakan celana hitam panjang, dia lebih tinggi dariku, dia berotot, aku bisa melihat dari lengannya yang terkena cahaya lampu.

Aku menelan ludah, aku membeku karena dia menatapku. Kami memandang satu sama lain untuk waktu yang lama, tanganku berkeringat ketika matanya tertuju pada senjata yang kupegang.

“B-bagaimana kau tahu namaku?” Dia maju selangkah. “Berhenti disitu atau aku akan melukaimu,” peringatku.

Dia mengangkat kedua tangannya hingga dada dan berhenti sementara aku melangkah mundur tanpa melepaskan todongan pistolku ke arahnya. “Jangan sentuh benda itu jika kau tidak ingin terluka, Nona Stacey.”

Itu suara terberat yang pernah aku dengar membuatku kembali menelan ludah. Aku bersumpah, untuk kali ini saja, aku merasa sangat takut, pria itu mengintimidasiku, dia tak melepaskan pandangannya pada mataku hingga kami terus berkontak mata. Kemana semua orang disini? Bagaimana semua barang, pakaian dan ruangan CCTV berpindah dalam waktu sesingkat itu?

“Letakkan benda itu di meja, Nona,” peringatnya.

Aku menggeleng. “Kau pencuri?”

Pria itu kembali mendekat. “Nona Stacey—”

“Berhenti disitu! Lebih baik kau pergi sebelum aku benar-benar menelpon polisi untuk memenjarakanmu—aku bilang jangan mendekat atau aku akan berteriak—JAMES—” mataku membulat, dia merebut pistol itu dari tanganku tapi aku tetap menahannya dalam genggamanku.

“JAMES, TOLONG! AKU—”

Aku mencoba mendorong tubuhnya ketika dia membekap mulutku, mengunci tubuhku dari belakang dan pistol yang kupegang terlepas dari genggamanku—dia segera mengeluarkan peluru itu dari sangkarnya. “Kau akan membangunkan semua orang, Nona Stacey. Aku bukan pencuri atau penguntit, aku pengawalmu…”

Aku menggeleng. “Aku tidak menyewamu, kau bukan pengawalku.”

Aku tidak menyewa pengawal dari manapun. Jantungku seperti berhenti berdetak, tubuhnya terlalu kuat ketika aku mencoba memberontak—dia terus menahanku sampai akhirnya bekapan itu terlepas ketika aku menggigitnya bersamaan itu lampu kamar menyala, pria itu meringis rendah sementara aku berlari menghampiri James, bersembunyi dari balik tubuhnya.

“James, penguntit. Dia mencoba membunuhku, aku melihat banyak senjata di dalam kopernya. Cepat telpon polisi!”

James berbalik menghadapku, raut wajahnya tidak memperlihatkan ketakutan atau apapun seperti kejadian dulu. James terlihat tenang seolah dia sudah mengenal siapa pria yang membekapku tadi.

“Tidak ada pencuri, Stacey. Dia bukan pencuri, bukan penguntit juga—”

“Dia pencuri—”

“He’s your bodyguard, Stacey.”

Mataku membulat. “What?” Aku menggeleng kemudian memusatkan pandanganku pada pria itu dan kembali menatap James. “My bodyguard?!”

・༓☾ ☆ ☽༓・

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status