Share

3. Siapa Dia?

Penulis: Glory Bella
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-09 12:21:26

Dilihatnya sosok yang berdiri di hadapannya sekarang. Shada mematung terpukau dengan keindahan yang sedang disaksikannya. Seumur hidup, ia tak pernah melihat paras seelok ini. Jauh elok dibanding aktor dunia dimana pun.

Alis tebal dengan mata perunggu yang terkesan tegas. Kulit yang putih pucat, bahkan lebih putih dari batu pualam marmer yang murni. Rambutnya hitam legam. Dan setelah ia amati lagi, hidung mancung dan bibir merah merekah.

Beberapa menit ia terhanyut pada rupanya. Tiba-tiba ada perasaan ingin menangis sejak pertama kali melihatnya. Ia tak tahu kenapa. Apakah mungkin ia mengagumi keindahannya? Ia benar-benar frustasi dan kelewat sedih. Sontak ia sadar dan sepenuhnya membawa diri.

"Aaaakh! Kau siapaaaa?!"

Suara Shada nyaris teriak, namun nyatanya tercekat di kerongkongannya sendiri.

Tak ada jawaban, sosok yang dilihatnya cuma diam, menatap skeptis lawannya.

"Shada.."

Shada tergegau. Bagaimana mungkin pria asing yang di hadapannya sekarang sudah tahu namanya. Ia ingin sekali bertanya, tapi tetap tidak bisa mengeluarkan suaranya.

"Shada, jangan takut." Suara berat dan lembutnya membelai telinga Shada.

Sedetik berikutnya, Shada justru menatapnya marah, dengan ketakutan yang tak berkurang tentunya. Bagaimana bisa ia tak takut, sementara pria yang di depannya ini muncul tiba-tiba, dan apa? Ia berada di atas pohon! Shada merengut dalam hati.

Ia meraup banyak udara di sekitarnya dan dengan kasar mengembuskannya, berusaha mengendalikan diri agar tidak pingsan mendadak. Ia lalu mencubit pipinya.

"Aduh! Ternyata ini bukan mimpi." Shada bergumam pelan, nyaris seperti bisikan pada diri sendiri.

"Lalu kau siapa? Kenapa kau ada di sini?" Akhirnya Shada berhasil mengumpulkan keberaniannya kembali. Ia menatap nyalang pria itu.

"Aku Demian. Kau tidak ingat denganku, Shada?" sanggahnya lembut sambil melihat nanar Shada.

Shada menelan salivanya dengan susah payah. Ia mengingat mimpinya dengan pria itu. Dan parahnya, ia menyukainya. Bagaimana mungkin ia bisa lupa dengan dirinya? Shada tertawa getir.

"Sejak kapan kau ada di mimpiku?" Shada merasa pertanyaannya kurang tepat, lalu meralatnya, "Eh tidak, sejak kapan kau datang ke rumahku?"

Shada menatap lurus Demian. Berusaha menemukan sedikit jawaban atas kejanggalan di sana. Demian membalas juga tatapannya. Namun, ia justru menatapnya sedih.

"Kau benar-benar melupakanku, ya?" Suara Demian sedikit bergetar. Ia seperti menertawakan dirinya sendiri. Sedangkan Shada dirayapi oleh perasaan gelisah.

"Tentu saja aku ingat," kata Shada berusaha membela diri. Demian menatapnya senang, sedetik kemudian berubah menjadi penasaran.

"Apa yang kau ingat?" tanya Demian tak percaya. Ia menyelidiki penuh ekspresi Shada yang mulai bergerak kebingungan.

"Ya, tentu saja. Ingat saat kita tidur bersama," cicitnya segera mematikan seluruh kesenangan Demian tadi.

"Sudahlah, kau memang tidak ingat. Kau ingin tidur?" Suara lembut Demian membelai kembali.

Shada mengerjapkan mata menatapnya. Ini sungguhan, dan sekarang ia benar-benar bertemu dengan sosok di mimpinya. Ketampanannya tidak nyata. Tapi, ia bukan manusia, bodoh! Sadarlah! Shada lalu menampar pipi kanannya sendiri.

"Kau bukan manusia. Lalu apa?" sanggah Shada tak menjawab pertanyaan Demian.

Namun, Shada tak mendengar suara apapun. Demian bungkam dengan pandangan yang tetap tajam. Nyali Shada lantas menciut dibuatnya.

"Kau hanya perlu mengingatku," desis Demian lalu menghilang di tengah gelapnya malam.

Shada termangu melihat kepergian Demian. Ia berdecak kesal lalu kembali ke kamar, berusaha untuk tidur.

♡♡♡

Paginya, Shada segera mandi dan bersiap-siap pergi ke kantor. Ia terpaku pada pantulan wajahnya di depan cermin. Terdapat lingkaran hitam tepat di garis bawah kedua matanya. Ini pasti karena semalam ia tidak bisa tidur. Ia sibuk memikirkan siapa itu Demian dan bagaimana ia bisa mengetahui namanya.

Shada mengeluarkan concealer dari laci meja riasnya, lalu ia bubuhkan pada garis bawah kedua matanya. Berhasil sedikit menyamarkan mata panda tersebut.

Tak berselang lama ada suara klakson mobil di depan rumahnya, disusul oleh bunyi singkat ponsel Shada. Ia lalu memeriksa pesan masuk dan mengernyit ketika membaca nama Max di sana.

Aku sudah di depan rumah. Hari ini kau berangkat bersamaku.

-Max

"Wah, tumben sekali," gumam Shada senang lalu segera turun menemui Max.

Shada langsung memasuki mobil mewah Max. Ia memandang Max dengan sumringah.

"Kau senang, Sayang?" Max menggoda Shada sambil menaikkan kaca mata hitam yang sedari bertengger di kedua matanya. Aroma clean musk yang maskulin menyeruak memenuhi penciuman Shada.

"Hmm, yeah. Tentu." ucap girang Shada. Pagi ini ia terpesona sepenuhnya pada Max. Ia menyadari betapa kerennya tunangannya itu.

Tangannya lalu membelai pipi Max. Ia mendekat dan mengecup singkat bibir Max. Seketika Max terperanjat dengan ciuman yang didaratkan oleh Shada. Namun, karena kecupan Shada terlalu singkat, maka ia dengan lincah menepikan mobilnya dan berhenti. Ia mendekap wajah Shada yang merona, mencium bibir merah Shada lalu menikmatinya. Ada perasaan rindu pada wanita cantik itu.

Setelah keduanya memasuki area kantor, beberapa pasang mata melihat mereka berdua. Tak terkecuali Ruth, yang diam-diam mencuri pandang.

Shada berhenti pada ruangan terbuka khusus staff lalu mendudukkan dirinya di sana. Sedangkan Max terus berjalan menjauhi area ruangan staff menuju ruangan pribadinya.

Ruth langsung menyambut kedatangan sahabatnya itu dengan sumringah. Baginya, sehari saja Shada libur sudah membuat harinya terasa sepi. Ia hanya bisa terbuka dengan Shada.

"Shadaaa! Tumben sekali kau berangkat bersama Max?" Ruth bertanya sambil cengengesan.

"Iya, aku juga kaget tadi tiba-tiba ia sudah ada di depan rumahku." balas Shada tak kalah bungah. Membayangkan ciumannya dengan Max tadi membuat dirinya kelewat senang seperti orang gila.

"Tapi, Shada. Kau kelihatan kelelahan. Kau yakin sudah istirahat dengan cukup?" Raut wajah Ruth kini berubah menjadi khawatir. Ia tamati wajah Shada namun menemukan kantung mata menghitam yang terlihat kontras dengan kulit putih temannya itu.

Shada refleks mengambil ponselnya lalu menyalakan kamera depannya untuk melihat riasan wajahnya. Padahal ia yakin bahwa tadi concealernya telah menyamarkannya sempurna.

"Ruth, kau ingat perkataanmu kemaren? Aku sudah melakukannya. Hingga akhirnya aku tidak bisa tidur sama sekali." Shada melihat Ruth tercekat, lalu pelan-pelan berubah menjadi khawatir.

"Lalu, bagaimana hasilnya, Shada?" Ruth sengaja melajukan kursi putarnya mendekat kepada Shada, tangannya menepuk pelan bahu kiri Shada. Ia tak sabar menunggu kabar dari Shada, perasaan cemas menyelimuti dirinya.

Shada menarik napas dalam-dalam.

"Aku sudah bertemu dengannya. Dan kau tahu, ternyata itu bukan mimpi. Namanya Demian, dan dia bukan manusia." Tiba-tiba suaranya tercekat di akhir kalimatnya. Perasaan tegang berhasil menggerayanginya kembali.

"Hah! Apa? Kau serius Shada?" pekik Ruth lalu dengan sadar segera menutup mulutnya, takut orang lain mendengar percakapan mereka.

"Mungkin kau tak percaya, Ruth. Aku pun juga begitu. Tapi aku yakin, dia nyata." jelas Shada sambil memandang lekat wajah sahabatnya itu lalu melanjutkan, "Dan, malam ini aku berharap akan menemuinya lagi."

- Bersambung..

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   106. EXTRA PART ( ꈍᴗꈍ)

    "Aku akan menamakannya Zendaya," ungkap Jennifer sembari memandangi bayi perempuan mungil bermata biru di rengkuhannya. "Zendaya yang berarti bersyukur. Aku sangat bersyukur punya kau, Sayang." Jennifer mencolek puncak hidung kecil sang bayi yang kemudian tertawa. Ariana yang berada di samping Jennifer hanya menghela napas. Hatinya agak nyeri mendapati bayi itu lebih mirip dengan si ayah. Apalagi kenyataan bahwa bayi itu lahir tanpa dampingan sosok ayah. Karena tak ada respon dari bibir Ariana lantas membuat Jennifer mendongak. Senyum di bibirnya hilang seketika tatkala mengerti arti guratan di wajah ibunya. Bagaimanapun, Jennifer berusaha tegar juga selama ini. Terutama saat mendengar berita tentang kematian Max tepat satu tahun yang lalu. "Pokoknya, aku akan menamainya Zendaya, Mom. Zendaya Painter," putusnya kemudian. "White," celetuk tiba-tiba sosok pria yang berderap masuk. "Kau harus memakai nama belakang White mulai sekarang." Baik Jennifer maupun Ariana sama-sama mendonga

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   105. Menjadi Bintang Terbaik (TAMAT)

    "Apa yang terjadi?" Darwin berlari membantu memapah tubuh Demian.Begitu juga Ellene, Shada dan Ruth yang akhirnya mendekat. Mimik mereka tampak khawatir."Kita harus segera merawat Demian sebelum keadaannya semakin parah," cetus Ellene."Apa maksudmu?" Darwin mengerutkan keningnya."Darwin terkena virus manusia setengah vampir di tangannya." Ada kegugupan di dalam suaranya.Sontak wajah Darwin menegang. "Kenapa kau tidak bilang dari tadi?!" bentaknya dengan nada tinggi. "Kita bawa ke ruanganku sekarang juga! Ellene tolong segera siapkan ruanganku."Ellene meneguk ludah, kemudian buru-buru berlari mendahului langkah Darwin dan Mike. Shada dan Ruth saling bertukar pandang sekilas, lantas ikut menggiring kaki cepat mengikuti jejak mereka.Ruth lekas mengusap air mata yang sempat menggenang tadi. Sementara kecemasan melingkupi seluruh pikiran Shada saat ini.Sebenarnya apa efek yang ditimbulkan dari virus Leo terhadap tubuh Demian?Tatkala isi kepala Shada sibuk mempertanyakannya, tak te

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   104. Manusia Setengah Vampir Terakhir

    Tonny melangkah turun, lantas menutup pintu mobilnya. Ia melihat sekeliling sambil memasang kacamata hitam di kedua telinganya. Perumahan dengan gang sempit itu lumayan sepi. Biasanya ia menyaksikan satu atau dua anak kecil bersepeda di jalan di perumahan lain. Tetapi ia tak menemukan satu orang pun di sini.Lalu Tonny mulai menggiring kaki menuju suatu rumah yang telah didiktekan kemaren sore. Setelah menemukan rumah tersebut, ia memencet bel.Tak lama kemudian seorang pria muda dengan jaket berleher tinggi warna abu tua keluar. Rambut pria itu tampak tak rapi. Apalagi baju yang sedang dikenakan. Tonny hanya menelan pikirannya heran mengenai anak muda di depannya yang cukup berantakan dan sepertinya introvert. Tak seperti sebagian remaja yang bersenang-senang di usia mudanya.Tanpa basa-basi, pria muda tersebut langsung menyodorkan sebuah map cokelat. Mungkin ia kesal karena pandangan yang menginterogasi dari mata Tonny."Ini. Data yang kau butuhkan semua ada di sini," ucapnya dengan

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   103. Ternyata Sebuah Legenda

    Sosok yang ada di dalam ruang itu termangu sesaat, kemudian melepas sebuah seringaian yang menyebalkan. Sebelah tangan sisi kanannya langsung bergerak menyembunyikan sesuatu.Namun hal tersebut tak lepas dari pantauan kedua mata awas milik Demian. "Cepat jawab! Apa yang kau rencanakan di sini?!" murkanya.Demian marah memergoki orang lain yang bukan keluarganya masuk ke dalam ruang paling rahasia di rumah ini. Dan sadarlah ia bahwa orang itu pasti sengaja mendekati Ruth untuk tujuan hari ini. Sialnya, Demian tak bisa membaca apapun dari pria di hadapannya sekarang. Bagai sebuah kotak hitam yang tertutup rapat."Kau benar-benar akan mati di sini!" geram Demian tersulut emosi.Mula-mula Leo mengangkat kedua tangannya yang sudah kosong ke atas kepala. "Eitsss, santai dulu. Kita bisa bicarakan ini secara baik-baik, bukan?" Salah satu alisnya terangkat, membuat Demian semakin kesal."Langsung bicara intinya. Apa yang sudah kau curi dari ruang ini? Cepat kembalikan atau nyawamu akan melayan

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   102. Siapa di Sana?!

    Shada mengerjap cepat. Kedua matanya bergerak bingung dengan kehadiran Ruth di sana. Bukan hanya itu saja, Ruth juga membawa serta Leo di rumah keluarga Elliot.Bukannya Shada lupa jika Ruth juga merupakan anggota keluarga itu. Tetapi Ruth bahkan belum bercerita kalau wanita tersebut juga kemari.Tidak, Ruth tidak salah. Shada sendiri tidak cerita bahwa dirinya akan pergi ke rumah keluarga Elliot pagi ini.Dengan mulut yang masih ternganga, Shada menunjuk Ruth dan Leo secara bergantian. "Kalian…"Ruth tergelak, kemudian maju selangkah mendekati Shada yang masih mematung. Mula-mula ia melebarkan kedua tangannya riang."Ya, kami di sini! Hahaha, maaf telah mengejutkanmu, Shada!" kikik Ruth dengan mendaratkan sebuah tepukan di bahu Shada.Shada masih terpegun. Kemaren Ruth memang mengutarakan jika Leo dan wanita itu akhirnya resmi menjalin hubungan. Namun menyaksikan mereka berada di rumah Elliot pagi ini sangat mengejutkannya.Jangan bilang jika Ruth membawa Leo kemari karena akan melanj

  • Terjerat Pesona Vampir Tampan   101. Surprise!

    "Kenapa kau ada di sini?!" Ruth menggeser tubuh menjauh, meski sekarang kedua kakinya hanya menapak pada lonjor besi yang melintang di pembatas balkon. Matanya melotot tak percaya."Sudah kubilang kan, aku mencintaimu." Ada getaran di suara pria tersebut.Buru-buru Ruth menggelengkan kepala. "Tidak! Tidak mungkin! Sekarang kau sudah tahu siapa aku sebenarnya! Menjauhlah dariku!"Leo yang ada di hadapannya justru mendesah berat. Ia menunduk singkat dan memperbaiki posisi kacamata, lantas mendongak menatap Ruth demi meyakinkan wanita itu."Lalu kenapa kalau kau vampir? Aku bahkan tidak peduli," lirihnya kemudian."Kau harusnya peduli! Aku tidak mungkin bisa bersama manusia, apalagi kau!" balas Ruth agak histeris. Maklum, ia masih terpukul dan terlewat sedih."Tidak. Kau juga belum mengenal baik aku. Mari kita hidup bersama, Ruth." Mula-mula Leo mengulurkan tangannya kepada Ruth.Ruth mengerjapkan kedua matanya cepat. Napasnya tiba-tiba sesak dan berat. Tidak, tidak mungkin semudah ini.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status